Thursday, September 30, 2010

Semoga Bisa Kuberikan Berita Gembira Untukmu..

Ya Rabb, ketika aku menghirup udara pagi di Bulan Oktober ini, satu hal terlintas dalam benakku. Akhirnya bulan ini datang juga. Akhirnya saat ini tiba juga. Berasa aura itu kian kental menghiasi hidupku. Satu fokus hidupku. Berusaha mencari tahu dimanakah harusnya aku berada. Di kota inikah aku akan mendapatkan rejeki? di dekat keluargaku tercinta, serta membesarkan usaha rumah? ataukah aku harus berpindah ke lain kota. Wallahu'alam. Akan kunikmati proses ini dengan semaksimal mungkin. Fokuskan diri, hasilnya apa? bismillah..kuyakin itu yang terbaik untukku, dan untuk masa depanku. 

Akhir - akhir ini, aku dihadapkan dengan kondisi bahwa Allah mengabulkan doaku. Dan terkadang ketika doaku itu terkabul? ternyata aku tak siap dengan kondisi tersebut. Masih teringat jelas dalam ingatanku, 6 tahun yang lalu tatkala kutitipkan doa pada ayah bunda waktu ke Mekah. Beberapa doa titipan akan masa depanku, soal pendidikan, iman, serta jodoh. Satu per satu doaku terjawab. Dalam kurun waktu yang ternyata tak singkat. Ada yang langsung dikabulkan, ada pula yang baru terkabulkan akhir-akhir ini. 

Semakin mengingatkan diriku bahwa memang hanya Allah swt lah yang tahu kapan saat terbaik doa kita dikabulkan. Atau memang doa yang kita panjatkan kurang baik, dan akan diganti yang lain yang lebih baik untuk hidup kita ini.

Beberapa bulan yang lalu aku bercanda, berkata pada orang-orang terdekatku, bahwa untuk masa depan, terutama soal kepastian kerja? biarkanlah aku sendiri melangkah dalam hidup. Melangkah kesana kemari. 

Cukup support aku dengan cara mengawasiku dari jauh. Tak usahlah banyak bertanya. Ingatkan saja diri ini, ketika diri ini mungkin kurang berlari. Serta doakan aku selalu untuk bisa segera tahu tentang kepastian langkah hidupku yang satu ini.

Doaku terkabul. 

Bahkan akupun tak mengira bahwa beberapa bulan ke depan ini tampaknya aku harus benar-benar *mandiri* melangkah. Satu hal di luar perkiraanku waktu itu. Kupikir, ada yang bisa menemani tatkala aku harus keluar kota. Atau minimal, adalah seseorang disana yang dekat denganku, dan akan membersamaiku melangkah. Tapi? tampaknya aku harus bersiap untuk ditemani dengan orang-orang lain. Tantangan buatku agar aku bisa lebih bersosialisasi dengan orang lain, dan tak bergantung pada mereka yang selama ini dekat denganku. 

Teringatku akan percakapan di malam itu.

"Sesuai keinginanmu dulu dek, insyaallah aku ga akan menanyaimu soal kerjaan.. terserah, adek mau melangkah kemana..Aku tampaknya juga tak bisa memantaumu untuk beberapa waktu ke depan..ga akan telpon, atau mungkin minim sms yaa.."
"Insyaallah..biarkan kumelangkah disini, dan tentunya dirimu melangkah disana. Semoga ketika kita bisa berkomunikasi lagi seperti sedia kala? aku bisa memberikanmu berita gembira"  [jawabku setelah sepersekian detik kuterdiam]

Ya! sepersekian detik kuterdiam. Oktober - November - Desember. Subhanallah. Akhirnya bulan-bulan ini datang juga. Bulan dimana aku akan diuji soal hidup. Kepastian hidup. Dengan support dari keluarga dan dirinya, walau mungkin tak secara fisik membersamaiku. Walau baru di awal Oktober, tapi ntah mengapa aku sudah merasakan aura haru biru penghujung bulan ini. Mudahkanlah kami semua Ya Allah...dalam meniti hidup ini. Kuatkan iman kami slalu. Kupanjatkan satu doa untuk dirinya yang juga selalu mensupportku. Semoga dia senantiasa sehat, semoga perjalannya di akhir bulan ini selalu Engkau berkahi..

"kutitip doa, untuk bunda dan ayahandaku, untuk keluargaku, serta tak lupa..panggilah namaku disana...smoga kelak aku bisa berada di tempat itu, bersama keluarga kecilku, minimal dengan suamiku.." 




Di Penghujung Waktu

Bulan kesepuluh di tahun 2010. Bakal ada tanggal cantik di bulan dan tahun ini. Jatuh tepat pada tanggal 10 bulan 10 tahun 2010. Sebenarnya bukan tanggal cantik ini yang akan kubahas. Aku lebih ingin membuat tulisan bahwa ini sudah bulan ke 10. Sementara setaun itu hanya ada 12 bulan. Praktis, waktu di tahun 2010 ini tinggallah 2 hingga 3 bulan. Lalu bergantilah ke tahun 2011. 

Tahun lalu? aku masih berkutat dengan skripsiku. Tahun lalu pula, aku mendapati sahabatku bersiap-siap wisuda cumlaude di bulan November. Yap, tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Semalam, aku pun bertanya pada diriku sendiri. 

Apa yang sudah kulakukan selama tahun 2010 ini? Sudahkan target hidupku di 2010 ini tercapai?
Hanya tersisa 3 bulan, untuk mewujudkan sisa-sisa mimpi yang belum terwujud. Hanya tersisa 3 bulan untuk merangkai mimpi baru untuk diraih di tahun 2011. Itupun jika Allah swt berkehendak umur kita sampai di 2011. Apa yang sudah kulakukan selama ini? Hmmm... sekilas aku melihat bayangan diriku setahun ini, dan juga bayangan orang-orang di sekelilingku. Apa saja yang sudah terlewati ? 

2010 

Tahun ini ? yang pasti aku sudah mewujudkan 1 citaku. Lulus. Itupun sebenarnya dengan sedikit catatan hidup, karna aku lulus agak terlambat dari yang kujadwalkan. Time is money. Itu masih berlaku dalam hidupku. Teman-temanku satu per satu sudah mulai kerja. Yang invest pendidikan? juga sudah mulai menunjukkan hasil. Menambahkan 1 titel lagi di belakang titel S.E. Begitupun dengan teman-teman dekatku yang bukan berasal dari ekonomi. Kelanjutan akan studi profesi mereka? tampaknya sudah mau selesai. Itu yang sudah mereka lakukan setahun belakangan ini. Ada juga temanku, tepat di usia 22 tahun sekian hari, dia mengepakkan sayapnya ke Negeri Sakura. Setelah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi 1 tahun ke depan di Tokyo.  Di lain sisi, kulihat temanku pun juga satu per satu mulai menikah. Bahkan ada juga teman dekatku yang  saat ini sedang hamil anak keduanya. 
"Itulah mereka, dengan jalan hidup mereka sendiri-sendiri. Membangun karir, memperdalam studi, ataupun membangun keluarga."

2010 

Berkaca pada pengalaman teman-temanku. Memang ada yang belum lulus kuliah. Tapi aku tak akan bertanya alasan di balik itu. Banyak hal-hal pada orang lain yang tak kita ketahui. Tak adil jika aku menghakimi mereka yang belum lulus itu karna mereka kurang rajin. Ada 1001 alasan di balik itu. Toh, kesuksesan seseorang, tak melulu dinilai dari lulus tidaknya. Walau memang terkadang *parameter serta penilaian masyarakat* itu cukup mengganggu. Aku salut dengan temanku, yang dia memang belum lulus. Tapi sambilan dia? cukup banyak. Sudah menghasilkan uang, dan kuliah tetap jalan. Terlambat lulus? iyaa... tapi dia mencetak kesuksesan di jalan dia sendiri. Nice!

Ada juga temanku yang sudah bekerja, serta merintis karir wiraswasta. Menjadi pegawai di suatu bank swasta, lalu mulai merintis usaha parfum di sana. Keberaniannya membuka usaha itulah yang patut kuacungi jempol. Selain itu? Kudengar pula si Mr. X, seseorang di masa laluku juga mulai merintis usaha di tahun ini. Tak tanggung-tanggung, ketika kudengar cerita di balik bisnisnya itu, menurutku dia mengambil resiko yang cukup tinggi dengan modal yang lumayan besar. Itupun masih dengan statusnya sebagai pegawai swasta di daerah Jabar sana. Akupun sudah berkata padanya, suatu saat, pasti aku akan meguru padanya. ^^ Tak usah jauh-jauh, kulihat pula mbakku yang nomor tiga akhirnya berhasil menggolkan usahanya. Merintis dari nol, di pertengahan tahun ini. Yang tampaknya akan segera disusul oleh mbakku pertama di akhir tahun. 

Lalu bagaimana denganku? apa yang sudah kucapai? Sampai kapan aku melihat kesuksesan orang-orang di sekelilingku..Cerita mereka kian mencambukku. Karna kupikir, aku masih belum begitu meraih mimpiku. Selama ini, cerita orang lain yang mencambukku. Membuatku lebih bangun dan berlari menggapai mimpi. 

Aku ingin, secepatnya aku bisa membuat cerita hidup yang membuat orang lain akan tercambuk. Membuat orang lain akan lebih berlari mengejar mimpi mereka, karna salah satunya mendengar cerita hidupku. 
Saatnya lebih merapatkan barisan. Merapatkan diri. Fokus-fokus dan fokus. Smoga waktu yang tersisa ini membuat kita semua kian baik. Mari berlari, meraih mimpi yang belum terselesaikan. Seuntai kalimat yang kutulis di FBku pagi ini...doaku untuk kita semua.. ^^ 


Oktober, akhirnya datang juga..^^ smoga bisa lebih baik, kian dibarokahi Allah swt, kian ditetapkan jalan hidup, kian dimudahkan dalam menggapai cita, serta dikuatkan tatkala ada kesulitan...amin amin..hohoo...bismillah.. ^^

Tuesday, September 28, 2010

Bersahabat dengan Agenda

~di parkiran mall...intan and I~
ayook mangkat,, kuncine ndi??
Hem..sik - sik.. kok ndak ono yoo? tadi tak taroh sini... 
(merogoh isi tas - cari kesana kemari - tampang pucet )
aiih, kowe ki lho...slalu....!! 

~@Phuket, husni,intan,dyah, and I
Adek, bayarin noh...kan dompet mas yang bawa kamu..

** Bentar yaap.. eh, mas....emmm...ketinggalan di mobil po yoo? kok ndak ada?!? 

(cari-cari di dalam tas - kluarin isi tas satu per satu - keringetan - tampang pucet )

#intan - dyah dah senyum senyum simpul di pojokan#
coba cek di mobil..inget-inget, tadi naroh dimana? 
(setelah aku cek di mobil dan tetep ga ada - makin suwtris nih muka)
 tadi waktu adek ke kamar kecil, ada ibu - ibu nanya ke aku, mas kehilangan dompet ga? ni ada dompet jatuh di bawah mobil..
~HUFFTTH...
=======
Itulah aku.. Selalu tidak cermat dalam hal apapun. Sampai cukup meribetkan diriku sendiri, bahkan terkadang membawa dampak ke orang-orang sekelilingku. Lupa naruh dompet, flashdisk, hape, kunci, atau apapun. Ntah lupa, ntah ga cermat itu tadi. Ga teliti, ga cermat, ga peduli. Terkadang barang yang udah diamanahin ke aku? lupaa naroohnya dimana. Hiks! Kebiasaan buruk. Efeknya? aku harus nyiapin diri buat stres, karna tiba-tiba ada barang yang ktinggalan. Buruknya lagi? jadi harus ekstra waktu. Plus? kalo yang bermasalah ntu barang orang lain ? yaaa...paling jadi diomelin.. Fyuuh...

Mungkin awalnya efek samping *tidak terlalu parah*. Tapi kemarin, ada yang membuatku shock.. ahahhai..shock terapi buat diriku.. ^^ Masa depanku dipertaruhkan hanya karna aku kurang cermat, dan tidak teliti.. haduuh.. ^^ 

Bermula dari daptar-daptar PNS'an. Karna skarang musim PNS, jadi yaa mulai banyak deh bukaan yang ada. Berhubung aku dari akuntansi, alhamdulillah hampir di semua bukaan ada posisi untuk jurusanku ini. Lagi - lagi aku tidak cermat, kebalik baliklah posisi yang kulamar dari satu kementrian ke kementrian yang satunya. Aku lupa, posisi yang kulamar di kementrian A. Kemarin waktu validasi data di kementrian A, ternyata fileku bermasalah. Membuat aku harus mengisi manual untuk posisi jabatan yang kuinginkan. Melongo lah aku, karna ternyata aku lupa! kebalik ama yang kulamar di kementrian B. aiih..dibantuin ama petugasnya buat cari-cari info. Alhasil, aku pilih suatu posisi, dengan penuh keyakinan. Bismillah.. ^^ ampe rumah..kucek lagi?? dan salah.... huwaaakss!! Padahal ini ujianku yang kedua setelah kemarin lolos tahap pertama. Hmmm..bagooss.... smoga aku ahza sajalah. Tapi dudul wae sih, kok bisa-bisanya aku salah isi formasi? bisa -bisa aku ga lolos karna data tidak sinkron..hikss..

Apa lagi ya? cukup  sering aku bermasalah dengan hal - hal seperti ini. Tapi kok ya gak kapok-kapok. Smoga kejadian yang ini membuatku kapok dah. Akhir-akhir ini aku pun membiasakan diri untuk menulis di agenda. Benere dari kemarin aku sudah nulis en catet di hape sih. Tapi kurang lengkap. Jadi skarang, bener-bener tak seriusin kucatat di agenda. Kutulis apa yang harus kubawa, yang harus kulakukan sminggu ini, sbulan ini, atau apapunlah. Kalau soal barang-barang? hmm....kupaksakan diri ini meletakkan barang di tempat biasanya. Terkadang aku ga peduli, suka naroh barang sembarangan. Hedeh..

Harapanku? yaa, smoga di sisa waktu 2010 ini, kebiasan burukku bisa hilang. Bisa karna terbiasa. Yaa, membiasakan diri untuk lebih care, lebih cermat, lebih teliti. Smoga dengan agendaku itu aku bisa lebih terbantu. Smoga juga, aku tak lupa naruh dimana agendaku itu. ahahhaa..sama aja boong dong, kalo smua sudah kucatat rapi, tapi ternyata aku lupa dimana naruh tu agenda.. ^^









Friday, September 24, 2010

Obrolan Ringan di Waktu Malam

Setiap aku buka blog ini, yang aku lihat pertama kali adalah counter di pojok kanan bawah. Setelah itu, aku mengecek kolom Jejak Peninggalan Pembaca, serta Bincang - Bincang Yook.. ^^ makin heran tatkala counter yang ada ternyata berubah jumlahnya. Itu berarti, dimungkinkan ada orang yang nyasar ke blogku ini. 

Bukan indikasi utama bahwa mereka membaca blogku ini sih, tapi..ketika kulanjut ke Jejak Peninggalan Pembaca,  ataupun kolom Bincang- Bincang Yook, dan terlihat ada yang meninggalkan jejak disana, waa..baru sadar ternyata diary online ku ini dibaca oleh orang lain.. ^^ Kalimat pertama yang ingin kuucap, 
  • terimakasih telah meluangkan waktu membaca.. Terimakasih juga telah mau meluangkan waktu untuk meninggalkan komen disini.. Salam kenal buat anda semua.. ^^ 

Kali ini, aku mau berbagi pengalaman saja. Kemarin iseng-iseng aku bertanya pada partnerku. "Menurutmu, apa sih, yang harus dipersiapkan kalau nikah itu?"
Jawabannya simpel namun tidak singkat penjelasannya, 
"Menyiapkan hati". ( Maksudnya apa? tanyaku lebih lanjut )

"Ya menyiapkan hati, bahwa diri ini tidak lagi sendiri. Dengan begitu, konsekwensinya adalah, kita harus siap untuk berbagi apapun. Baik itu berbagi rasa, berbagi pikiran, berbagi waktu, berbagi tanggungjawab, termasuk aku selaku laki-laki yaa tentu saja harus menyiapkan hati untuk bisa memberikan nafkah pada keluargaku kelak". 

Meluncurlah ke topik selanjutnya, yang juga masih ada hubungannya. Membahas suatu kasus yang beredar di dunia maya. Tentang cerita bahwa ada sepasang suami istri, yang keduanya sama-sama sibuk di karier, sehingga anaknya pun lebih diurusi oleh babysitter. Hingga suatu hari, si anak ngambeg, nangis, tak mau dimandikan oleh babysitternya. Dia ingin dimandikan oleh bundanya. Bunda yang tetap bersikukuh tak mau memandikan karna faktor ~keburu ngantor~, membujuk agar si anak mau dimandikan oleh babysitter. Permintaan untuk dimandikan itu berlangsung terus hingga beberapa waktu, dan selalu berujung pada tetap tidak terpenuhi keinginan anak tersebut. Hingga, akhirnya beberapa minggu kemudian, ternyata anak tersebut sakit demam berkepanjangan yang berujung ke kematian. Bundanya baru menyadari kesalahannya, menangis, dan akhirnya memandikan putranya...tapi dalam kondisi sudah terbujur kaku tak bernyawa. Ini link nya > Bunda, Mandikan Aku Sekali Saja

Disini aku lalu bertanya pada partner diskusiku malam itu. 

"Apa komentarmu? ntah itu real story atau tidak, tapi yang pasti? skarang makin banyak saja to? kejadian dimana anak tak lagi mendapatkan kehangatan keluarga? atas nama emansipasi wanita, mereka kerja di luar." kataku.

Dia jawab " Yaap, itulah realita sekarang. Terlebih di kota-kota besar. Anak dititipkan ke orang lain, entah itu orangtua, ataupun babysitter. Ya komentarku sih,
istri tetaplah boleh kerja, namun tetap keluarga yang nomor satu. Semua sudah punya porsi tanggung jawabnya sendiri-sendiri." 

"Aku setuju pendapatmu" sahutku. 
 Tapi menurutku, ada pergeseran norma juga sih di masyarakat. Aku pernah baca hasil survei di majalah F***** 
"Apakah anda keberatan bila istri anda bekerja dan punya gaji lebih tinggi dari anda?"

Mayoritas menjawab : tidak masalah, karna istri jadi bisa turut membantu perekonomian keluarga. Tidak masalah, selama masih bisa tetap menghormati suami. Serta jawaban lainnya? mengatakan keberatan, karna khawatir jadi acuh terhadap suami. 

Yaa..itulah realita. Hidup itu sekarang serba mahal. Kalau pemasukan keluarga bisa bertumpu pada lebih dari satu pos pemasukan, mungkin akan terasa lebih ringan. Namun, terjadi pergeseran disini, bahwa tugas ibupun menjadi teralih. Sebagaimana yang dulu pernah kutulis, bahwa aku sangat sangat salut pada wanita yang memilih bekerja di luar, namun tetap mengurusi keluarga. Tanggungjawabnya besar, serta capeknya itu lhoo? luar biasa.. ^^
Aku jadi teringat akan status FB mbak Ajeng. 

Islam memuliakan wanita, ibu rumah tangga pekerjaan mulia. Demikian juga wanita yang bekerja yang tiap sen uang yang dibelanjakannya untuk keluarga dihitung sebagai sedekah, karna itu bukanlah kewajibannya. Enaknya menjadi wanita.... tinggal luruskan saja niat anda

Aku juga menyukai komen di bawahnya yang mengatakan, "itulah wanita..mudah masuk surga, tapi juga mudah masuk neraka".. hehehee...betul betul betul.. Karna aku juga sering dengar, bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kaum wanita, naudzubillahi min dzalik..

Malam itu, aku kembali mengupas diskusi dengan partnerku. 
"Apa keinginanmu ketika besok sudah nikah?" tanya dia

"Banyak. Smua juga sering kutulis di blog. Yaaa, kelak smisal aku diperkenankan menjadi istri ataupun ibu, aku ingin selalu bisa mengobrol ringan dengan keluargaku. Entah sebentar, ataupun lama. Di sela-sela kesibukan masing-masing, tampaknya itu harus dibudidayakan dari awal. Via telpon, atau perantara lain, maupun langsung. Agar chemistry antar anggota keluarga tetep terjaga. Sesibuk-sibuknya bapak, ataupun sesibuk-sibuknya aku sebagai istri, ataupun kelak jika punya anak,? aku ingin budaya itu slalu ada. Bercanda satu sama lain. Agar kehangatan keluarga tetap terjaga. Walau mungkin secara fisik jauh, tapi teteplaah, komunikasi antar anggota keluarga terjaga."

Di menit-menit obrolan kami waktu itu, topik beralih pada mengapa pasangan sering pada bertengkar.

"Beda pemikiran itu wajar. Karna emang, wanita itu lebih peka, lebih pakai hati daripada pria. Besok smisal benar-benar berjodoh, aku ingin bisa slalu bertukar pikiran denganmu tatkala ada perbedaan sikap. Sudut pandangku, sudut pandangmu, kita gabungkan..dan kita lihat dari atas. Pasti akan terasa lebih menyenangkan. Aku jadi tau apa maumu, dan dirimu pun akan tau apa yang ada di pikiranku. Itu semua harus dilakukan saat waktu luang antarpasangan, dan ngomongnya harus dalam kondisi tenang. Kalau salah satu ngomel? yaa..yang satunya ngademlaah"
Aku penasaran, kalau besok semua seperti rencana kita, bisakah kita masih ngobrol dan sharring sperti ini? harus bisa yaa..? Nikah kan ibadah, setiap jengkal dalam pernikahan dinilai sebagai ibadah, tentu dengan diniatkan lillahi ta'ala. Telfon? ibadah..ngobrol? ibadah..membantu istri? berpahala.. semua yang di fase pacaran = terlarang,waktu nikah? malah jadi dapat pahala. Aku heran, knapa ada kasus, pasangan yang waktu pacaran beromantis ria, tapi seiring waktu, tatkala married, kebiasaan romantis ria itu malah pudar. Kan rugi to? Salut dah ama pasangan Sophan Sopyan ama Widyawati yang sampai akhir hayatpun tetap membudidayakan beromantis ria ama pasangan. ^^ Besok aku gimana yak? hee...  

di akhir pembicaraan, aku hanya berucap..
Trims ya..sudah jadi partner diskusi ku selama ini. Dari kerjaan, sampai soal idup. Dirimu support aku dengan cara beda dari orang lain. Trims yaa.. ^^ Perumpamaannya, kalau aku lapar..orang lain memberiku nasi bungkus. Tapi kamu? malah memberiku penggorengan. Padahal aku belum bisa masak. Harus belajar dulu, sampai akhirnya aku bisa menyajikan makanan lalu menyantapnya. Dan kenyang. Itulah kamu. Mensuportku dengan cara lain. Memberikan alat, agar aku berusaha dulu dan mencapai apa yang kumau serta kubutuhkan. 

========================
* cerita di atas campuran antara asli ama fiktif. ^^ 
kalau semua ditulis sesuai asli? tampaknya jadi lebih panjang.. 

*kutulis sbagai pengingat untuk diriku sendiri di masa mendatang.. ^^ 














Wednesday, September 15, 2010

Para Wanita Cerdas



Masih kuingat satu materi kuliah taraweh bulan lalu, yang aku suka. Aku catat disini agar aku ingat.  Yakni tentang 4 kunci kebahagiaan : (1).hati yang lapang,sabar,ikhlas (2).berada di lingkungan orang-orang cerdas dan sholeh (3).amal ibadah yang kelak jadi penerang di hari kemudian (4).pasangan sholeh/sholehah.

Lagi suka menyoroti yang nomor dua. Alias berada di lingkungan orang-orang cerdas dan sholeh. Memang kuakui, lingkungan itu sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakan diri ini. Menurut Pak Wildan, selaku pengisi kuliah waktu itu, orang cerdas disini tak hanya cerdas di akademisi. Tapi cerdas dalam apapun. Misal, cerdas dalam memanage usaha, cerdas dalam mengasuh anak, cerdas dalam karir, atau apapunlah. Jadi bukan hanya cerdas dalam artian sempit, misal masuk fakultas di universitas terkemuka. 


Memang lebih enak berada di lingkungan orang-orang cerdas. Menjadi orang yang bodoh di sekitaran orang-orang cerdas? menurutku baik. Karna dengan demikian, kita akan mengejar ketertinggalan. Lebih termotivasi, tepatnya. Walau nanti di akhir, memang..kita harus membagi ilmu kita pada yang lain. Yang belum paham akan ilmu yang kita miliki. Sekalian untuk investasi jangka panjang. Amal jariyah.
Diri inipun ingin menjadi wanita cerdas. Kriterianya apa yak? Aku tak tau apa kriteria agar disebut cerdas. Yang kutau, diriku punya keinginan. Meniru orang-orang hebat di luar sana. Hebat itu relatif sih. Disini aku akan mengatakan, wanita wanita berikut ini orang-orang hebat. 
 

"Yang aku sebutkan kali ini, lepas dari embel embel agama yaa.. Aisyah, Khatidjah, Fatimah, dan lainnya itu buatku sudah menu wajib yang harus ditiru, tapi untuk wanita wanita berikut ini? boleh juga kutiru. Nomor urut bukan berdasarkan prioritas, hanya sekedar apa yang teringat di kepala"

1. Wanita yang berkiprah di dunia kenegaraan 
Lady Diana

Buatku, mereka wanita-wanita hebat, pintar, nan cerdas. Terlepas dari masalah politik yang membelilit. Dulu yang sempat terlintas dalam pikiranku, bagaimana ya para ibu ini membagi waktu untuk negara dengan waktu untuk keluarga mereka. hohoho.. itulah pengorbanan. Banyak sumbangsih, yang sudah mereka berikan untuk negara ini, atau bahkan dunia. Sebut saja Ibu Sri Mulyani, Ibu Mari Eka Pangestu, ataupun para ibu negara. Dengan menjadi orang yang punya kedudukan, maka kita bisa melakukan hal lebih. Kita bisa membantu kaum lemah, dan lain sebagainya. Jadi itu sebabnya aku salut pada ibu-ibu ini. Yang sudah menterjunkan diri dalam kancah kenegaraan. Lady Diana, Ibu Ani Yudhoyono ataupun Ibu Ainun Habibie? itu juga wanita hebat. Kepedulian terhadap sesama patut ditiru. Selain itu, tak mudah menjadi wanita yang bersuamikan orang hebat. Itu sebabnya, aku selalu berkeinginan, kelak menjadi wanita cerdas yang punya kedudukan. Entah dimanapun, yang pasti? semisal kita punya jabatan, kita bisa lebih berdaya untuk melakukan hal - hal baik. Semoga juga, kelak suamiku bisa menjadi orang hebat di bidangnya, dan aku bisa selalu mensuport kegiatan dia, untuk kemajuan bersama. 

 

2. Wanita Pandai Masak

Mentang-mentang aku belum bisa masak nih. So? aku demen sangat dengan para wanita yang suka dan pintar masak. Sebut saja langsung, yang sekarang lagi tenar, si juru masak Farah Quinn. Dia sekolah S2 di luar negeri, di bidang kuliner. Suatu bidang yang sebenarnya tak sejalan dengan S1 nya. Satu keinginanku? smoga dalam waktu dekat ini aku bisa menjadi wanita yang demen masak juga. Jadi besok saat berkeluargapun? suami dan anak anak bisa betah makan di rumah. Lebih oke lagi, smisal bisa mendatangkan income tambahan #baca : buka katering atau apapun yang berbau masakan#. Kalau untuk saat ini? wiih... bisa keracunan orang orang yang mencicip masakanku. Maklum, beda pala dengan kemiri saja aku tak tahu.

 

3. Wanita yang Mengedepankan Keluarga

Della dengan kulkas ASI

Menjadi ibu bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagaimana tak mudahnya menjadi seorang bapak yang harus mencari nafkah. Bukan suatu hal yang mustahil, wanita jaman sekarang lebih suka bekerja dan *menitipkan* anak anaknya pada pekerja rumah tangga. Terkadang, fitrah seorang wanitapun terabaikan #baca: fitrah dari kacamata agamaku,islam#. Kenalkah anda dengan Della Sabrina? Istri dari Irfan Hakim? Dia ibu dari 3 orang balita. Dua diantaranya adalah kembar. Insyaallah tahun ini mereka berdua mau naik haji. Tentu ketiga buahhatinya harus dititipkan. Lalu bagaimana dengan asupan gizi serta asi? Ternyata jauh-jauh hari Bunda satu ini sudah berusaha menyediakan stok asi. Dengan jumlah yang tak tanggung-tanggung, target? mengumpulkan 600 botol asi untuk buah hatinya!  wauuuuw..subhanallah.. ini nih linknya #600botol asi untuk stok selama menunaikan haji#. Banyak ilmu yang beredar dewasa ini, soal bagaimana mengasuh anak yang baik. Ternyata susu formula itu tak baiklah, lalu baiknya 6 bulan pertama benar benar asi saja, dll dsb. Banyak sekali ilmu, yang ternyata baik untuk wacana seorang ibu. Keinginanku lagi? kelak sebagai apapun diriku ini, untuk urusan keluarga dan anak? smoga tetep bisa terkendali. 

 

4. Ibunda dari Anak-Anak Qurani

Untuk yang satu ini, sebenarnya harus dilakukan berdua. Yakni dengan support suami.
Sampul Buku

Baru tadi siang aku tau profil dari Ibunda Wirianingsih. Seorang ibu dari sepuluh putra/putri, yang mendidik anaknya untuk bernuansakan islami. Tak tanggung-tanggung, semua anaknya hapal Al Quran. Minimal? si kecil juga sedang dilatih untuk bisa menghafal seperti kakak-kakaknya. Bersuamikan Mutammimul Ula yang juga berkiprah dalam dunia politik. Ya, di tengah kesibukan mereka berdua terjun di perpolitikan, ternyata mereka juga sukses mendidik keluarga mereka. Link mereka? ini nih.. *potret keluarga Qurani*. Hebat nih, patut ditiru. Dalam artian? konsekwen, punya anak banyak, namun bermutu. Tak hanya punya anak banyak, tapi tidak jelas mau dibawa kemana hidupnya. 


Itulah sekelumit cerita soal wanita-wanita cerdas versiku. Ada banyak lagi sebenarnya, tapi secara garis besar, sifat mereka itulah yang aku kagumi. Menjadi wanita cerdas yang :
  1. Mempunyai jabatan di masyarakat agar bisa lebih mempunyai daya.
  2. Mensupport suami dalam kondisi apapun. Semisal suami juga punya kedudukan yang penting? juga selalu mendukung.
  3. Memilihkan makanan sehat dan bergizi untuk keluarga. Lebih baik lagi bila bisa mendatangkan income tambahan.
  4. Selalu update dan tau fitrahnya menjadi ibu. Apa yang menjadi hak anak haruslah dipenuhi, apa yang menjadi kewajiban seorang ibu? haruslah selalu dipelajari. Ilmu tentang itu?setiap masa selalu berubah menuju lebih baik.
  5. Mampu menerangi keluarganya dengan nilai-nilai islam. Pada dasarnya? ini tanggung jawab semua, bukan semata-mata seorang ibu saja, namun bagaimanapun juga, seorang ibu lebih dekat terhadap anak-anaknya
Lalu bagaimana dengan anda? Bagaimanakah kriteria wanita cerdas ataupun istri cerdas? Bagi para pembaca yang wanita, Semoga kelak kita mampu menjadi wanita cerdas nan sholehah, 
Sementara bagi para pembaca lelaki : smoga beristrikan wanita cerdas nan sholehah (tentu memperbagus diri sendiri dulu-agar bisa dapat pasangan yang oke juga). hehheee....


 

 


Saturday, September 11, 2010

Ada Yang Terasa Kurang di Lebaran 1431 ini.. ^^

Bagaimana rasanya berlebaran tahun ini? Senang, sedih ataukah biasa-biasa saja? Entah mengapa, tahun ini ada yang berbeda kurasa. Sedikit sama dengan tahun lalu, walau lebih mellow di tahun ini. Mungkin karna banyak pengingat di sekelilingku. Banyak kejadian, yang membuatku kian tersadar. Bisa saja ini RAMADHAN TERAKHIRku. Kalau dulu? aku tau teori ini, tapi tak begitu membekas di hati. Entah mengapa tahun ini. Sedih kurasa.

Mengikuti taraweh terakhir di masjid tercinta malam itu? terasa sedih. Karna pengisi kultum yang tak lain adalah ketua takmir, lagi - lagi mengingatkan para jemaah, bahwa kita tak tahu hidup sampai kapan. Bahwa kita harus bersedih, karna tamu agung kita akan pergi. Bahwa beliau juga mengatakan,  

>Manusia itu sering melupakan 2 hal, yakni KESEHATAN serta WAKTU LUANG

Disitulah aku merasa kalimat tersebut menghujam pikiran dan hatiku. 

Ya, tahun ini aku lebih merasa malu. Malu karna tak bisa memaksimalkan Ramadhanku. Tahun - tahun lalu? mungkin aku terkesan biasa-biasa saja, Ramadhan pergi? yaaa...berganti dengan lebaran. Tapi ntah mengapa, tahun ini aku merasa sedih. 

Sedih karna teringat ucapan-ucapan orang disekelilingku,
Ketua takmirku yang berpesan seperti itu..
Lalu aku juga sedih karena teringat ucapan temanku yang sakit tumor, dan kutengok awal puasa kemarin..
"Sehat kui larang..aku gur pengen mari,njuk Ramadhanan meneh"

Ya..kalimat itu.. awal bulan lalu. Membuatku sedih. Tak pernah aku tahu skenario Allah padaku, ataupun pada orang-orang di sekitarku. Akupun tak menyangka, temanku yang sehat walafiat itu tiba-tiba divonis seperti itu. Sepenggal kalimat yang diucapkannya pelan, dengan sorot mata berbinar, namun dengan tubuh yang tak sesegar dulu kulihat. Waktu aku mengunjunginya di RS kala itu. 

Slain itu? aku selama 6 tahun ini berada di lingkungan tetangga yang aura islaminya sangat kental. Entah mengapa, aku merasa sedih, aku tak tahu apakah tahun depan masih bisa berada di kampung ini, ataukah sudah merantau? ataukah umurku tak sampai lagi? wallahu alam. Aku sedih, hingar bingar kampoeng ramadhan jogokaryan sangat kurasa. Aku pasti kehilangan di saat aku jauh dari kampung ini. Pasar sore, alunan sholat taraweh, subuh, ataupun perjuangan teman-teman yang berdarah darah selama menjadi panitia? itu lah warna warni di kampungku. Aku saja sudah malu, tahun ini tak urun dalam membantu kepanitiaan. Tak ikut andil mengambil pahala di jalan Allah swt.


Sedih yang lain? pasca aku melihat bunda, dan tak terasa aku sedih. Jujur, aku teringat Bapakku. Aku yang harus selalu menangis sendiri, tak boleh ketauan Bunda. Khawatir kalau bunda juga ikutan sedih. Itu alasanku. Tak bisa juga curhat colongan di FB, karna teman temanku disana terlalu banyak, dan family ku juga terlalu banyak. Lebih aman aku menulis disini. Aku masih ingin berlebaran dengan Bunda tahun depan. Entah, apakah itu bisa atau tidak. Karna lagi-lagi aku tak pernah tau apa skenario Allah swt.

Kangen rutinitas pergi bersama-sama ke alun-alun utara di pagi hari sholat ied.
Berenam kesana. Lalu dilanjut rutinitas ke rumah pakdhe, dilanjut pulang untuk sungkem sekeluarga. Bapak, bunda,  3 mbakku, dan aku. Rutinitas yang kini sudah 3 tahun tak kurasa. Berawal dari kakakku nomor tiga menikah dan menetap di luar kota, yang terkadang dia tak bisa langsung mudik saat hari H. Sehingga? terkadang rutinitas taunan itu, tanpa dirinya. Tapi kondisi berubah kembali. 

Tahun lalu? Rumah masih ramai dengan mbakku nomor 2 beserta ketiga anaknya, karna suami sedang dinas di lepas pantai, tak dapat cuti. Lalu mbak yang di Bandung? juga datang sekeluarga. Menginaplah mereka di rumahku. Menemani bunda, dan aku waktu itu. Rame? sangatlah! karna 4 balita berada dalam 1 atap. Sedikit terobati rasa sepi karna Bapak yang kebetulan sudah tak bisa secara fisik berada di sini. Itu tahun lalu. Tahun pertama lebaran tanpa bapak.

Walau sudah tak pergi ke alun-alun untuk sholat ied. Walau tak ada acara sungkeman, tapi nuansa ramai rumah, masih terasa. Lagi-lagi aku bilang, itu tahun lalu!

Tahun ini? bisa kubilang aku sedih. Aku kangen nuansa berangkat ke alun-alun utara berenam. Aku kangen acara sungkeman bersama. Aku kangen bercandaan dengan mbakyu-mbakyu dan ibu di waktu malam, pasca ponakan-ponakanku sudah tidur. Aku kangen  kebersamaan itu. Ya..tahun ini, karna suami kakak kduaku dapat cuti, praktis tak ada 3 krucil yang menginap di rumahku. Tahun ini pula, kakakku yang ketiga dari bandung, belum hadir di Yogya. Praktis rumah di waktu malam? hanya berisikan aku dan Bunda. 

Aku kangen..
Kangen kebersamaan keluarga kecilku. I am so sad.. 
Kalau aku sedih? Bagaimana dengan bunda..? hemm... Bagaimana tahun depan? smisal aku sudah merantau di kota lain. Heww..lagi-lagi pikiran meloow itu melintas dalam pikiranku. Aku hanya kangen suasana hangatnya rumah. Ngobrol bersama, bercanda bersama, bertukar pikiran, bahkan debat bersama-sama.. 

Lagi-lagi aku hanya bisa curhat colongan dalam diary onlineku
Sekedar mengingatkan juga..untuk teman-teman yang kebetulan nyasar baca.
Sayangi orangtua dan saudara-saudara kita yaaa..
Belum tentu, tahun depan kita masih bersama mereka..
Mungkin mereka yang akan berpisah sementara dengan kita..
atau bisa juga, diri kita ini yang tak sampai umur untuk membersamai masa tua mereka..

selagi ada waktu..
sayangilah keluarga kecil kita..melebihi pasangan kita
ingatkan pasangan kita juga, untuk lebih ingat akan keluarganya.. ^^
#kalo yang belum punya pasangan? hehehe..yaa sahabat bolehlaah#
selagi bisa..
pergunakan waktu sebaik-baiknya..
kalimat di atas lebih ditujukan untuk diriku sendiri. Yang harus lebih mengoptimalkan waktu yang tersisa. Konsistensi dalam beribadah, itu niatanku. Bismillah...smoga bisa. 

Ya Rabb
kumohon jagalah selalu Bapak Ahriadi disana..
sampaikan salam hormat dan rinduku ini..
Rindu kami, tepatnya.. :)
terangilah kuburnya..lapangkanlah kuburnya..ampunilah dosanya..
smoga sgala amal ibadahnya Engkau terima, 
dan smoga sgala amal jariyah masih senantiasa mengalir untuk beliau..

Smoga Engkau berkenan mempertemukan kami skeluarga, kelak...
di SurgaMu Ya Allah..
sehingga perpisahan sementara ini tak akan ada dukanya lagi..
karna kami bisa melepas rindu..kelak..berkumpul bersama umat muslim lainnya. 
amin amin amin Ya Rabbal Alamin...


#makasih buat yang sudah membaca, dan scara tak langsung juga turut mengamini..smoga Allah swt slalu memberkahi anda semua# ^^

 


Wednesday, September 01, 2010

Sekelebat Bayang Dalam Hidupku

Sejenak aku teringat diriku beberapa tahun yang lalu. Bayangan itu sekelebat melintas dalam pikiranku tadi pagi. Ya..tatkala aku duduk terdiam. Berada di ruangan dengan pencahayaan yang meremang, namun banyak orang. Semua tak ada yang saling menyapa. Semua sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Bermunajat pada Sang Pencipta.

Semua bayangan itu terputar dalam memoriku. Tatkala aku kecil, lalu pindah rumah, masuk ke SLTP, mengalami masa-masa suka duka SMA, beranjak ke kampus, hingga berpisah sementara dengan ayahanda. Terakhir? memoriku mengalir pada beberapa tanya mengenai masa depanku. Cepatnya waktu berlalu.  Lepas dari pikiranku akan hidup, aku melihat mereka yang ada di sekelilingku. Entah apa yang ada di pikiran para jemaah pagi itu. Yang pasti, kulihat sekilas mereka semua khusyuk untuk dzikir, berdoa, ataupun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Seperti aku saat itu. 

"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Sejenak kuteringat ayat itu. Nikmat Allah banyak sekali kurasa. Kian kurasa. Aku di tempat ini. Aku bangun, dan melangkahkan kaki ke tempat ini. Bersama bunda. Aku berjilbab. Aku masih bisa mengucap syukur. Masih bisa merasakan dinginnya sepertiga malam. Masih sehat jasmani. Dan yang terpenting? aku masih berada di jalur islam. Teringat keluargaku dulu..Teringat aku dan kakak serta bundaku dulu tak berjilbab..jauh dari suasana keagamaan. Alhamdulillah sekarang perlahan kami berubah.

Lingkungan. Alhamdulillah Ya Allah..lewat lingkungan sekitar kami, Engkau membukakan hati kami. Mencerahkan pikiran kami, membuat kami kian dekat padaMu. Masih teringat dengan jelas, pertama kali aku duduk di bangku kelas 3 SD, aku bertanya pada bunda : "Kenapa Islam ada yang berjilbab dan ada yang tidak?" dan akupun juga lupa apa jawaban bunda. Sepertinya hanya tersenyum. 

Masih kuingat juga ketika aku duduk di kelas 5 SD, pesantren kilat. Waktu itu aku duduk bersama Sofie. Ditanya oleh ustadzah kami, "Jilid berapa?". Suatu tanya yang langsung dijawab oleh Sofie "Tiga bu..", sementara aku?? masih kuingat..aku hanya terdiam, tak tau apa itu JILID..ada berapapun aku tak tahu. Dan akupun langsung menjawab " Tiga". Serupa dengan Sofie. Alhasil, ketika diberikan buku jilid tiga, aku makin keringat dingin. Karna aku selama ini tak pernah tau apa itu huruf arab. Ketika pelajaran agamapun? aku selalu menggunakan yang bahasa indonesia. Lagipula? kalau hapalan..biasanya kan satu kelas menghafal ramai-ramai. Sehingga sampai kelas 5 SD aku *aman* tidak ketahuan kalau aku buta huruf arab.

Lalu kuingat pula, waktu itu kelas 3 SLTP. Disaat aku mempunyai 2 sahabat lelaki dan 2 sahabat perempuan.Waktu itu, entah mengapa aku sering sharing soal agama pada sobat lelakiku itu. Maklum, dia sempat menjadi tentor TPA di wilayahnya. Sementara aku? nyaris tak tersentuh oleh ilmu agama di rumah. Mulailah aku mengenal jilbab lebih sering. Dipuji pula oleh temenku. Namanya juga perempuan...demenlaah kalo dipuji tambah cantik. ^^ Makin sukalah aku memakai baju panjang.

Hingga akhirnya entah mengapa, waktu masuk SMA, aku minta pada bunda untuk dibelikan seragam yang lengan panjang. "Aku maw pake jilbab saja buk". Pernyataan yang jelas membuat bundaku terheran. Dan mulailah masa dimana aku memakai jilbab di sekolah. Selepas sekolah? yaa..gitu deh.. ^^ namanya juga masih latihan. Masih kuingat dalam memoriku, tepat aku ulang tahun ke 16. Malam-malam. Sahabat SMPku datang. Berniat memberikanku hadiah. Tatkala aku membukakan pintu, tanpa jilbab. Dia langsung tak mau memandangku. "Masuk dulu..pakai jilbablahhh". Aku tertegun. Baru kali itu, ada yang menegurku dengan cara seperti itu. Malu, marah, kesal? semua bercampur jadi satu. Ini kan rumahku..pikirku waktu itu. Mengapa aku harus pakai jilbab di rumahku sendiri?? sebersit tanya dalam pikiranku. Butuh beberapa minggu untuk akhirnya aku dapat memahami sikapnya. Mulailah aku belajar untuk lebih konsisten dan paham makna dibalik jilbab itu.


Teringat pula saat awal-awal dulu Bapak pergi sholat jumat. Lalu terjun dalam dunia keorganisasian masjid. Itu juga berkat lingkungan tetangga. Kuingat pula..setelah itu, perlahan aku melihat bapakku sholat 5 waktu di rumah. Suatu hal yang tak pernah kulihat sebelumnya di lingkungan rumah terdahulu. Sepersekian waktu? kuingat juga masa dimana bunda juga perlahan lebih mengenal Islam. Sholat serta ikut pengajian. Lalu? kapan tepatnya...aku lupa, yang pasti bunda mengikuti jejakku menggunakan jilbab. Disusul pula dengan kakak kduaku yang akhirnya berjilbab pasca menikah. Setelah itu?beberapa tahun kemudian, Kakak pertamakupun juga mulai mengubah penampilannya disaat hari ulangtahunna. Tinggal sekarang..satu kakakku yang masih *setia* dengan penampilannya. (semoga segera menyusul ya mbak ^^ )


"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Memoriku kembali berputar, banyak kejadian yang membuatku serta keluarga akhirnya lebih mengenal indahnya Islam. Kami dulu bukan apa-apa. Sekarangpun ilmu kami juga masih sangat dangkal. Begitupun aku. Namun, aku sungguh bersyukur, apabila melihat kisah keluargaku dulu. Sungguh sangat berbeda. Bahkan, tatkala datang hari perpisahan sementara kami dengan Bapak, kami berlimapun masih bisa melihat ini dari kacamata positif. Bahwa semua ini milik Allah, dan akan kembali pada Allah. Kami bisa bilang, kami bangga ditinggalkan Bapak dalam kondisi Bapak seperti ini. Kami ingin, kelak juga meninggal minimal seperti bapak. Dalam kondisi tenang, semua serba cepat, tidak merepotkan orang, dalam kondisi yang sudah menyelesaikan amanah, serta banyak yang merasa kehilangan, banyak yang menyolatkan. Dari Wakil Wali Kota hingga teman  semasa kecil, memberikan penghormatan terakhir untuk bapak. Bahkan keluarga yang ditinggalkanpun bisa ikhlas. Semua ini berkat lingkungan tetangga kami. Mereka yang selalu mengingatkan, bahwa hidup itu sudah digariskan. Bahwa ini hanya perpisahan sementara. Bahwa kitapun juga kelak akan menyusul mereka. Serta aura positif lainnya yang senantiasa mendoktrin pikiran kami waktu itu.

"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Begitu banyak nikmatMu Ya Rabb. Aku pernah terjatuh. Sangat kelam, kurasa. Sakit, namun banyak hikmah yang kupetik di masa lalu. Alhamdulillah Ya Allah, atas nikmatmu. Nikmat yang Engkau berikan langsung, maupun lewat sekelilingku. Sekeliling kami. Tetangga yang baik. Sahabat sahabat yang senantiasa mengingatkan. Keluarga yang saling membantu. Hikmah yang Engkau berikan selama ini, tak terhitung. Jagalah mereka selalu Ya Allah. Orang-orang baik disekelilingku. Lewat mereka, aku lebih memahami diriMu. 

Doaku,  

"Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbi ala dinnika wa tha'atik"

Karna kita tak akan pernah tahu. Sampai kapan nikmat iman ini kita rasa. Kalimat itu yang masih terngiang dalam ingatanku hingga sekarang. Suatu kalimat dari ustadzahku dulu. Sering-seringlah berdoa, agar kita selalu diberikan nikmat Islam, agar selalu diberikan keistiqomahan di jalan ini. Alhamdulillah Ya Allah...Lindungilah dan berkahilah kami selalu..