Thursday, July 22, 2010

Persaingan Bisnis vs Moral

Kalo kita setel tipi, atau ubeg-ubeg situs pemberitaan nasional, pasti bakal nemu satu ataupun beberapa berita yang membahas soal public figure di negara kita ini. Pemberitaannya pun bisa seputaran soal keluarga, bisnis yang digeluti, karier yang udah dilalui, sampe berita yang miring en negatip. Yaw..yaww..kemarin aku sempat jengah mendengar berita soal salah satu artis papan atas ibukota. Padahal itu juga awalnya ga' sengaja. Pagi itu, ntah kenapa aku setel tipi dari jam 05.30 WIB. Liat Mamah Dedeh, ataupun Liputan 6. Sambil beres-beres rumah, kudengarkan acara tipi itu. Awalnya tak apa-apa. Tapi jam 06.30, berhubung Apa Kabar Indonesia Pagi sedang iklan, kupindahkan channel ke stasiun tipi lainnya. Nah lhoo! cuman 3 menit kupindah, eh kok yo ndilalah pas acara infotainment dan menyoroti sikap salah satu artis. Yang bikin geregetan, lah kok sensornya cuman sparo'e?!? walahh. Beberapa tahun yang lalu aku pernah corat-coret soal pertelevisian kita, masa iya skarang aku masih maw nulis lagi, walaupun skarang yang kusorotin beda. Kalo dulu sinetron, skarang? tayangan infotainment (atau brita nasional juga termasuk?).

Belum kelar kasus yang kemarin, eh skarang ada kasus lain. Kalau tidak salah, kemarin para petinggi, salah satunya  KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) juga sudah mengingatkan pada para wartawan untuk tidak terlalu mengekspos brita yang *ga perlu* diekspos. Yah, bukan rahasia umum, kalo yang tadinya cuman masuk brita gosip, eh karna meresahkan masyarakat, jadi masuk pemberitaan nasional. Orang yang tadinya ga nonton gosip, hanya nonton britapun juga malah jadi tau.. Masalahnya..kenapa yang lebih sering ditayangkan adalah *terjadinya*..dan bukan penyelesaian. Heehee..alasan utama spertinya karna ini merupakan marketing oknum-oknum tertentu sih. Alias umpan buat para pencari berita, untuk membaca, ataupun menonton tayangan tersebut lebih lama. 

Ini aku menyoroti tayangan pemberitaan nasional. Kalo soal infotainment? ga usah ditanya lah..Sudah pasti,lebih banyak mengedepankan hal-hal yang lebih ga pantes buat ditayangin. Karna yang disoroti bukan penyelesaian, tapi lebih pada kenapa itu terjadi, dan terkadang emang dibuat-buat britanya. Kalo soal pemberitaan nasional? sempat sih kurasa kurang proporsional. Tidak seimbang pemberitaannya. Lebih banyak mengungkit kejelekannya daripada penyelesaiannya skarang. 

Hewww..trus gimana doonk? atas nama mencari rejeki, trus nabrak tata krama penyiarankah? atas nama persaingan bisnis, trus mengesampingkan efek samping kerusakan moral? Tapi inilah realita idup. Salah sapa? ya salah smuwa kali yak! ^^ Yang nonton juga kebagian salah lhoo.. hehehe.. Solusi? ntahlah.. Kalo kupikir mah, semua harus saling mengingatkan saja. Hal pertama yang kulakukan cuman memimalisir melihat berita tayangan televisi, tidak membuat status di jejaring sosial yang bakal membuat orang lain yang tadinya tak tau, malah jadi tau. Trus ya urun suaralah. Kemarin ikut urun suara dengan cara join grup di salah satu situs jejaring sosial. Selain itu, aku masih berharap smoga KPI bisa melakukan sesuatu. Beberapa tahun yang lalu sempat sih aku melayangkan pojok aduan ke website KPI . Ntah dibaca atau tidak, tapi yaa minimal aku melakukan sesuatu dah. Bagaimanapun juga, sebisa mungkin krisis moral diminimalisir yuuuk.. Kasian penerus bangsa ini. Kecuali kalo emang kita mau bergeser norma, dari adat timur beralih ke adat orang-orang barat yang bebas melakukan apa saja. Tapi apa iya itu yang patut kita tiru, sementara mayoritas penduduk Indonesia muslim? Lebih mending kalo kita meniru kemajuan teknologi, pelestarian alam dan budaya, atau apapunlah yang bisa membuat Indonesia lebih berdaya di mata internasional.


*sekedar corat-coret sebagai bentuk luapan keprihatinan akan ketidak seimbangan berita saat ini ^^

========3 jam setelah posting 
*huraaay....baca dari viva news, bahwa KPI pun menegur stasiun TV 
Dalam pemberitaan tersebut, tertulis bahwa Komisioner KPI, Nina Armandoya menyatakan bahwa KPI telah melayangkan teguran pertama ke stasiun televisi yang sempat menayangkan pemberitaan yang kurang baik untuk diekspose, dengan harapan mereka tidak lagi menayangkan hal sama, baik itu dengan cara diburamkan atau tidak

*langkah awal yang bagus.. #SMILE#


=========6 hari setelah posting 
*MUI mengeluarkan fatwa haram untuk infotainment baik bagi yang manayangkan maupun menonton. Fatwa tersebut disahkan dalam pleno MUI dalam Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta, Selasa oleh Ketua Komisi Fatwa MUI, Ma`ruf Amin. ~dilansir dari : antara news


Nice! walaupun dalam situs tersebut kurang terinci apa yang dimaksud haram, tapi berhubung tadi pagi (27Juli 2010) aku sempat nonton Metro Pagi Ini yang juga mengupas hal serupa, ternyata yang disebut haram ialah pada bagian-bagiant tertentu/kontennya. Semisal masih berupa fakta? infotainment ya tidak haram. Hal ini juga sudah sejalan dengan KPI sebenarnya, karena lembaga lainpun juga mengatur hal serupa namun hanya beda kemasan, yakni berupa Kode Etik Penyiaran. Wah wah..baguslah semisal akhirnya ada aturan tegas seperti ini. Dalam fatwa tersebut, soal gosip/ghibah maka yang terkena  dampak*haram*  mulaii dari pencari, media penyiaran, bahkan konsumen akhir yang melihat/mendengarkan. 
Hehehhee..yap yap, pasti bakal ada pro dan kontra di balik sikap MUI ini. Aku mah setuju-setuju aje yaa... karna ini kan untuk mengatur agar semua lebih rapi, lebih tertata, dan juga lebih bermanfaat. Walaupun nih, yakiiiin deh, pasti agak susah penerapannya. Mana yang masuk kategori ~ghibah~ dan juga bukan. Mana yang termasuk melanggar wilayah privacy orang, mana yang tidak melanggar. Tapi? yaa sudahlah..minimal kan ada aturannya.. ^^ tinggal masyarakatnya aja nih..mau diatur atau tidak.. :)

Tuesday, July 20, 2010

Luar Negerii? Mauu dooonk....^^

"Kalian harus punya cita-cita pergi ke luar negeri.  Biar bisa lihat, dan membuka mata kalian akan dunia luar sana. Efeknya akan beda, orang yang pernah pergi ke luar negeri sama yang belum.Ya? buat apapunlah..buat studi atau apapun. Minimal 1 negara saja. Apalagi kita kan muslim. Minimal, cita-citakan dan usahakanlah biar bisa ke Arab buat Haji atau umroh." (Arman,2006)


Masih kuingat jelas di ingatan akan ucapan itu. Ya ga sperti itu sih, tapi miriplah.. Intinya sperti itu. Ucapan yang kudengar beberapa tahun yang lalu di bangku kuliah. Dari dosen muda, cakep, dan sudah pernah ke luar negeri buat menuntut ilmu pula.Perkataan beliau, kian menguatkan keinginan hatiku untuk pergi ke luar negeri. Suatu saat. Ntah kapan. Nabuuuung? itu yang terlintas di pikiranku.. ^^ biar bisa ke luar negeri.. hohohoo.. Kalo gak gitu? gimana bisa kesampaian ke luar negeri.. 


Tapi, itu pikiranku jaman dulu. Skarang? hee..ada pikiran lain yang lebih menguat terlintas dalam hidup. Yahh..yang namanya rejeki, kalo emang jatahnya ke luar negeri, pasti akan kesono. Ntah dari duit sndiri, atawpun dari yang lain. Kalopun punya tabungan bejibun, ampe beberapa rekening? tapi kalo emang ga ada jalannya buat kesono? ga bakal kesampaian dah. Sapa tau, gagal ke luar negeri gara-gara urusan waktu. Urusan kantor. Ataupun urusan keluarga yang ga bisa ditinggalkan. Sama aja kan?Pa lagi, kebetulan sekelilingku, aku mendapati orang-orang yang pergi keluar negeri, bukan murni dari tabungan mereka sendiri. Weww..doanya pada kenceng kali ya? itu pikirku. Emang, kalo Allah swt udah berkehendak kita jatahnya maw ke Zimbabwe ataupun Amrik? pasti akan ada jalan buat kesono. Yaaah..tetep usaha sih. Minimal dengan doa tentunya. Tapi tetep, doa buatku jadi senjata pamungkas.. hooohooo... Semakin tersadar dengan cerita orang-orang di sekelilingku. 

1. JEPANG
Kakakku nomor dua, kebetulan pernah ke Jepang selama beberapa hari. Kejadian itu waktu aku masih SMA spertinya, atau 8 tahun yang lalu. Waktu itu, dia kebetulan kerja di sebuah pabrik baterai di Bekasi. Gaji? spertinya biasa-biasa saja, cenderung ngirit sangat bila dibandingkan lulusan UGM pada umumnya. Tapi emang rejekinya dia. Baru setaun lewat dia kerja disana, eh si boz ngajak studi banding ke negeri Sakura. Dan? dia termasuk di dalamnya! Heppi lah dia. Saking hepinya? dia pun ampe stres. Malah kemudian ditambah salah makan? dan sakit, en opname. Pupuslah harapan mbakku itu buat ke Jepang. Jadwal berangkat 2 hari lagi, eh dia malah opname. Tapi? balik lagi..memang kalo udah rizkinya? ga akan lari kemano. Si boz yang juga asli Jepang, mengundurkan jadwal berangkat. Menanti mbakku itu sembuh total. Wuaaauww.. Lucky benerr... so? jadilah dia berangkat ke Jepang..merasakan musim salju disana. Pakai duit sndirikah? tentu tidaaak. Paling duitnya juga buat beli skedar oleh-oleh buat adiknya ini.. hehehhee.. 


2. MEKAH
Pergi ke Mekah dan naik haji. Idaman banyak orang. Tapi aku waktu kecil hingga SMA spertinya tidak pernah mendengar keinginan itu terucap dari kedua orangtuaku. Maklum lah, aku besar di keluarga yang waktu itu tidak mengedepankan nilai-nilai agama. Seiring berjalannya waktu, dan hidayah Allah? alhamdulillah keluargaku bisa lebih tercelup dalam nuansa dan pemikiran islami. Banyak tetangga, yang pemikirannya sudah slalu ingin naik haji. Yaw yaw..apa yang kita dapat, apa yang kita dengar, apa yang kita pelajari, tentu akan berpengaruh pada pola pikir kita. Kebetulan aku berada di lingkungan tetangga yang islami. Alhasil, nyaris semuanya slalu bercita-cita dan menabung buat naik haji. Padahal kalau dilihat secara ekonomi? pas-pas'an saja. Itu sebabnya, ortu slalu diprospek buat ikut bimbingan haji. Mungkin karna secara fisik, tampak mampu. Tapi bapak slalu bilang, maaf..kami ga ada uang. Anak saya masih 2 yang belum mentas. Jadi untuk saat ini tampaknya belum bisa buat membiayai naik haji. Sempat terlintas pertanyaan di benakku waktu itu, benere ortu pengen kesono ga sih..?!? Kata orang kan, ntar kalo kesono juga duitnya bakal balik. Knapa mesti takut? Tapi pemikiran itu segera kuhilangkan karna akupun juga tau. Realita hidup emaang maahal,teman! ^^

Mungkin, doa bapak ibu untuk pengen naik haji cukup kenceng. Tanpa sepengetahuan anak-anaknya, doa itu dipanjatkan. Sehingga? 2 tahun setelah bapakku diprospek untuk ikut KBIH, ada rejeki datang. Lewat tanteku, Allah membukakan jalan buat ortu. Tanteku yang waktu itu masih dalam kondisi sedang berduka karna ditinggal Om (adiknya bapak), ntah kenapa tiba-tiba menanyakan haji pada mereka. Tanya kenapa sampai skarang belum pada haji, padahal di jajaran keluarga? smuanya sudah pada haji. Berkat Allah juga, Tanteku malah menawarkan untuk nalangi haji. Berdua, bapak dan ibukku. Subhanallah! Dan Allah juga mengirimkan kemudahan, bapak dan ibu bisa pergi haji setaun berikutnya.Tak sperti skarang, yang harus antre slama 3 tahun. Slain itu, alhamdulillah pula, mereka mendapatkan haji akbar. Yang konon katanya,pahalanya 7x lipat dari haji biasa. Subhanallah.. Kalau inget cerita ini, aku jadi kian bersyukur. Karna aku tau, dulunya keluargaku besar sperti apa. Smoga Allah swt slalu merahmati  dan menjadikan ini sebagai amal jariah untuk Tante Oel, Om Seno, dan Andien. amin.. ^^

3. KOREA
Cerita ketiga berasal dari teman. Teman yang sebenarnya aku belum pernah bersua. Namun pernah say heluw di dunia maya. Dia teman dekatnya temenku. Lulusan IE UGM angkatan 2004.Biasa dipanggil Mas Pri oleh teman-temannya. Dia keterima kerja di Astra. Setelah training di Jakarta, ternyata dia ditempatkan di Bulukumba, suatu wilayah yang menurut kabar, sedikit sulit dijangkau di daerah Sulawesi. Susah dapat sinyal, kata dia waktu tak tanya kenapa jarang online. Tampaknya dia mulai sedikit suwtris dengan kerjaan. Yang aga jauh dari kotalah, ataupun karna jauh dari pacarnya juga. hohohooo... Tapi emang Allah berkehendak lain. Baru setahun dia kerja disana, eh perusahaan mengadakan kunjungan wisata ke luar negeri. Spertinya itu emang ada alokasi dari Astra, buat para pegawainya. Tujuannya 2 negara pula. Korea salah satunya. Wuaaauww... waktu dengar itu, aku langsung mikir. Ga disangka bener. Yang kemarin dia cukup suwtris dengan penempatan nun jauh plus pelosok itu, eh ternyata dari situ pula rejeki dia ke luar negeri berasal. 

4. BRISBANE
Cerita lain sebenarnya masih banyak. Tapi cukup 4 saja yak yang diceritain scara deskriptip .Brisbane, kota ketiga terbesar di Aussie. Begitulah kata orang. Banyak yang ingin pergi ke Aussie untuk sekolah lagi. Kali ini ada juga kenalanku, seorang PNS Jakarta yang kemarin baru saja ditugaskan kesono. 10 hari pula. Weww...aku yang dulu tak begitu melek soal dunia perPNSan, jadi kian penasaran pada 1 profesi itu. Ya maklumlah, image PNS kan tak selalu baik. Yang dibilang gaji kecillah ( tunjangan'e sing gedhe kali yoo!? ahhahaa) bila dibandingkan profesi lainnya. Trus ritme kerja yang membosankan,dll dsb. Sebut saja dia dengan nama Husni. Salah satu karyawan PNS Kementrian di Jakarta. Belum genap 2 tahun dia kerja disana, tapi jalan rejeki dari Allah mengharuskan dia ikut program study tour selama 10 hari di Brisbane. Nice! keren.. Bersama 20 orang, mereka melakukan study tour (tapi kayake banyak fun-nya daripada study nya). Sementara akhir bulan ini, kantor kementrian mereka juga mengirimkan 1 tim untuk kunjugan ke Filiphina. Hmm..emang deh..kalo dah rejeki? ga akan lari kemana... ^^
5. PERTH - MEKAH - SHANGHAI
Masih ada cerita lainnya. Tapi bakal kepanjangan kalo diceritain smuwa. Omku (adik'e ibuk) yang mualaf,  seorang dosen di Udayana dan jadi takmir masjid di Bali sana juga mendapat kemudahan untuk dibiayai pergi haji. Siapa yang memberangkatkanpun? beliau tidak tahu. Karna uangnya hanya dititipkan ke pengurus takmir. Sepupuku? yang kerjaannya sebagai seniman (pekerjaan yang tak seperti pegawai kantoran *gaji tetep* tiap bulan), ternyata malah rejekinya juga di luar negeri. Dia yang notabene penganut Katolik yang taat malah pergi ke luar negeri bersama suami dan anak-anaknya. Ke Shanghai, dan Perth. Untuk itungan bulan pula! Suaminya juga begitu. Selalu mendapatkan rejeki, dines keluar negeri. Cerita lainnya? tahun ini, insyaallah kakak ipar juga diberikan rizki berangkat ke luar negeri tanpa biaya sendiri. Suami kakak keduaku itu beruntung mendapatkan undian pergi haji , dibiayai Connoco Philips, kantornya. 15 orang yang diberangkatkan, berdasarkan pengalaman kerja, dll dsb. 10 orang benar-benar di tes oleh perusahaan, dan 5 orang terakhir? berdasarkan undian. Dan? dia termasuk dalam 5 orang tersebut. Nice! smoga smua lancar, dan akhir taun ini bisa berangkat sesuai rencana. Amin.

Secuplik cerita di atas, semakin menyadarkanku, bahwa memang doa itu yang utama. Dan memang kalau sudah rizki kita? pasti akan ada jalan dan ga akan lari kemana. Tapi aku tetep sadar, smua itu tidak datang dari langit. Usaha mereka semua pasti kenceng. Kerja keras, semangat, dan berdoa? itu pasti. Mas Pri yang rela jauh dari kotalah, Omku yang bener-bener mendedikasikan buat masjid, atau apapun. Smua itu tak mudah. Mereka semua? berasal dari profesi yang berbeda. Swasta, seniman, PNS, wiraswasta, dosen. Tapi punya satu kesamaan, yakni ditakdirkan Allah swt untuk mengunjungi negeri orang, tanpa  sepenuhnya dibiayai sendiri. So? aku masih penasaran dengan skenario hidupku. Akankah aku diberi jalan untuk bisa mewujudkan keinginanku pergi ke luar negeri? Dengan uang sendiri, ataupun dibiayai orang lain. Atau malah sapa tau? rejekiku kelak,dapat suwami yang kebetulan bisa dan mau ngajak aku dan anak-anak keluar negeri? hihihii.. *ngarep.com*. Amiiin... yaw yaw..apapun bisa terjadi. Bener-bener, rejeki ntu? Allahlah yang mengatur. ^^

#say thanks to :
1. Bapak Arief Rahman, smoga apa yang anda ajarkan slama ini ke mahasiswa slalu bisa kami amalkan..dan menjadi amal jariyah bapak kelak, amin.
2. Mas Husnirokhim Nurdin 'alim : hee..aiii ambil photonyaa nihh..dua pula! ^^ nice camera..nice pict..smoga kapan-kapan aku bisa mengikuti jejakmu juga deh tapi tentu dengan alur yang beda...hohoho.. :)

Saturday, July 17, 2010

Sekedar Pengingat

Surat Untuk Buah Hatiku (Renungan)



  • Anakku yang kusayangi….

    Pada suatu saat di kala kamu menyadari bahwa aku telah menjadi sangat tua,
    cobalah berlaku sabar dan cobalah mengerti aku.

    Jika banyak makanan yang tercecer di kala aku makan…,
    jika aku mendapat kesulitan mengenakan pakaianku sendiri…, sabarlah !Kenanglah saat-saat di mana aku meluangkan waktuku untuk mengajarimu tentang segala hal yang kau perlu tahu, ketika kau masih kecil.

    Jika aku mengulang mengatakan hal yang sama berpuluh kali,
    jangan menghentikanku ! Bersabarlah mendengarkan aku!
    Ketika kau kecil, kau selalu memintaku membacakanmu cerita yang sama berulang-ulang, dari malam yang satu ke malam yang lain hingga kau tertidur,
    dan aku lakukan itu untukmu!

    Jika aku enggan mandi atau membutuhkanmu untuk memandikanku, jangan memarahiku, dan jangan katakan kepadaku bahwa itu memalukan!
    Ingatlah berapa banyak pengertian yang kuberikan padamu menyuruhmu mandi di kala kecilmu.

    Jika aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
    janganlah menertawaiku! Beri aku waktu lebih banyak untuk mengerti!
    Renungkanlah bagaimana aku dengan sabarnya menjawab setiap “mengapa” yang engkau ajukan di saat kecilmu.

    Jika terkadang aku menjadi pelupa dan aku tidak dapat mengerti dan mengikuti pembicaraan, beri aku waktu untuk mengingat dan jika aku gagal melakukannya, jangan sombong dan memarahiku, karena yang penting bagiku adalah… aku dapat bersamamu dan dapat berbicara padamu.

    Jika aku tak mau makan, jangan paksa aku!
    Aku tahu bilamana aku lapar dan kapan aku tidak lapar.
    Bersabarlah terhadapku….

    Ketika kakiku tak lagi mampu menyangga tubuhku, untuk bergerak seperti sebelumnya…,
    bantulah aku dengan cara yang sama ketika aku merengkuhmu dalam tanganku,
    mengajarimu melakukan langkah-langkah pertamamu.

    Pada suatu saat nanti, ketika aku katakan padamu bahwa aku tak lagi ingin hidup…,
    ketika aku ingin mati…, jangan marah…!

    Karena pada saatnya nanti kau juga akan mengerti.
    Cobalah untuk mengerti bahwa pada usia tertentu,
    kita tidak benar-benar “hidup” lagi, kita hanya “tidak mati”.

    Suatu hari kelak kau akan mengerti bahwa di samping semua kesalahan yang aku buat, aku selalu ingin apa yang terbaik bagimu dan bahwa aku siapkan dasar bagi perkembangan dan kehidupanmu kelak.

    Aku mengajarimu banyak hal…,
    cara makan yang baik…,
    cara berpakaian yang baik…,
    berperilaku yang baik…,
    bagaimana menghadapi problem dalam kehidupan….

    Kau tak usah merasa sedih, tidak beruntung atau gagal di hadapanku melihat kondisiku dan usiaku yang sudah bertambah tua.

    Kau harus ada di dekatku, mencoba mengerti aku bahwa hidupku adalah bagimu, bagi kesuksesanmu, seperti apa yang aku lakukan pada saat kau lahir.

    Bantulah aku untuk berjalan, bantulah aku pada akhir hidupku dengan cinta dan kesabaran. Satu hal yang membuatku harus berterima kasih padamu adalah senyum dan cintamu padaku.

    Aku mencintaimu, Anakku …..

    Ayahmu, ibumu
    =====
    postingan kalie ini adalah copas..berulang kali aku membaca ini dari beberapa tempat. ntah itu fesbuk ataupun website lainnya. tapi kali ini yang ingin kucantukan sumbernya adalah website temanku. Karna dari sini, aku benar -benar mencopy dan mempaste. Artikel ini untuk pengingatku semata.. That's why..aku kopikan ke blogku ini...^^ thengkw to ardian - teman SDku. Skalian tak promosiin yee.. Tak buatin link dari sini deh..hohoho..Aku suka blogmu.



  • Thursday, July 15, 2010

    Terkadang Tutup Mata Itu? Perlu.. ^^

    Dua hari ini lagi - lagi aku dihadapkan pada suatu pilihan. Seakan aku berada di persimpangan jalan. Mau ambil jalan ke kiri atau ke kanan. Semuanya sama-sama belum kutau ujungnya. Apakah jalan yang mulus? berkerikil? atau bahkan berbatu dan terjal? Entahlah. Kutanya hati kecil. Namun lagi-lagi antara hati kecil dengan pemikiranku bertolak belakang. Realita hidup dengan keinginan? lagi-lagi (sedang) tidak berada dalam satu atap. Underpressure time membuatku harus cepat untuk memutuskan. Kiri atau kanan. 

    Keinginan hati kecil? ambil jalan kanan. Cita-citaku selama beberapa bulan terakhir ini,malah. Tapi logika dan pemikiran, menyudutkanku untuk memilih jalan ke kiri saja. Konsekwensinya? Pupuslah keinginan hatiku. Aku harus membuat cita-cita lainnya.Toh? sperti yang kutulis di awal, "semuanya sama-sama belum kutau ujungnya". Hmm...memang, tutup mata itu (terkadang) perlu. Tatkala (mungkin) aku sudah memilih jalan ke kiri? harus kumantapkan dalam hati, ini yang terbaik buatku. Walaupun mungkin tak sesuai dengan keinginan dan harapanku di awal? tapi aku percaya nanti akan ada gantinya. Wallahu'alam. Ini sekedar upaya penghiburan diri semata, atau memang harus seperti ini agar lebih terasa nyaman menjalani pilihan. Berpikir positif. Lagipula, satu hal yang menguatkanku, walau aku lupa kutipan ini darimana. Allah berfirman,"Aku berada pada persangkaan hambaKu kepadaKu. Maka hendaklah dia membuat persangkaan kepadaKu menurut kehendaknya"

    Yaaa, insyaallah..ketika aku sudah memilih, akan kututup mata. Tak akan menoleh ke belakang. Bismillah, kan kumantapkan hati dengan sgala konsekwensi di balik pilihan ini. Kecewa bolehlah..tapi snantiasa kuingatkan pada diri, tuk tak boleh berlama-lama. Sekedar teori sih ini. Minimal dengan teori, nanti kan prakteknya jadi lebih terarah..heeheehee..Toh yang namanya hidup, pasti akan menemukan banyak pilihan. Banyak persimpangan. So? positive thinking..ketika sudah memilih, yakin bahwa ini yang terbaik. Bismillah.. ^^


    ==========
    *5 menit setelah aku menulis ini, tiba - tiba aku mendapat sms dari seseorang, yang menanyakan, apakah aku mau ambil jalan ke kiri atau ke kanan. Daripada hanya bertanya via sms, kuputuskan untuk menelpon saja. Aku yang tadinya sangat ingin memilih jalan kanan, namun kuniatkan ke kiri, setelah menelpon dan berbincang dengannya.Kuputuskan? untuk memilih jalan ke kanan.
    Hmmm...begitu cepat aku beralih..Tapi? balik lagi, hidup memang pilihan. Kita yang menentukan..walau itu semua pada dasarnya juga sudah takdir Allah. Yap..just wait and see..apa yang terjadi selanjutnya. Satu hal yang pasti? kuyakin ini yang terbaik.Walau ntah mengapa, hati ini sdikit meragu..

    =================
    * 2 jam berikutnya. Hati kok spertinya tetep kurang tenang. Padahal aku merasa, ini jalan yang sesuai kenginanku, dan cita-citaku. Tapi ternyata ada yang mengganggu pikiranku. Sore hari, ntah mengapa keinginanku untuk pindah jalan semakin menguat. [dudul banget!!]. Aku tau, masih ada kemungkinan untuk berpindah jalan. Tapi merasa aneh, karna ini kan cita-citaku dari dulu. Berada di jalur ini. Kenapa ketika aku baru mau menapaki jalur ini? aku malah tidak tenteram. Semalaman kupikir kembali. Pagi hari berikutnya, ketika kubuka mata. Akhirnya, aku pun memutuskan untuk pindah jalan. [hayahh..!!plin plan opo piee iki?]. Tapi ntah mengapa, ketika aku memutuskan untuk pindah jalur ini..aku heppi. Padahal, jelas - jelas ini keinginanku dari dulu. Hoo..anehh..aneh... Yap! saatnya merangkai cita-cita baru di jalur baru, yang berbeda dengan cita-citaku yg dulu.. #bigsmile#

    Tuesday, July 13, 2010

    Senyuman Itu.. ^^

    "Maturnuwun mbak...smoga smakin lancar usahanya..." Ucap seorang ibu yang separuh baya dengan raut muka berseri waktu itu. Siang yang sangat terik. Dan ibu itu mencoba mengais rejeki, dengan mengamen. Salah satunya, di rumahku, tentu saja. Berpeluh keringat, dan sambil menggendong seorang balita yang tampaknya juga kepanasan, ibu itu menyanyikan beberapa patah kata yang tak begitu kudengar.

    T
    ak seberapa yang kuberi. Maklum, aku masih belum punya banyak uang. Namun ntah mengapa, di bawah sadarku, aku menarik laci meja kerja, mengambil uang tuk lalu kuberikan pada ibu itu. Langkahku terhenti sesaat tatkala melihat anak kecil dalam gendongan ibu itu. Dekil. Baju lusuh. Serta tampak murung. Kepanasan mungkin ya? ntahlah. Aku tak tau apa yang ada dalam pikiran anak kecil yang sorot matanya tampak tak ceria itu. Melihat anak itu, tiba-tiba aku mengambil minuman kotak dan satu bungkus makanan kecil yang di display di warungku. Harga kedua barang itu? lagi-lagi tak seberapa. Dengan senyuman akupun mendekat pada ibu itu. Kuulungkan uang dan minuman itu pada beliau. Lalu kuberikan juga sebungkus makanan kecil pada anak kecil yang ada dalam balutan jarik lusuh. "ini buat adekkk..mau kan?"
    Kulihat sorot matanya yang redup sedikit ceria. Iapun tersenyum. Tangan kanannya yang kusam itupun terulur menerima bungkusan.

    "Maturnuwun mbak...smoga smakin lancar usahanya...smogaa bla bla bla bla.."
    ujar ibu itu dengan muka yang berseri. Beliau mendoakanku. Kusahut dengan ucapan "amin..amin..smoga ibu juga tambah lancar rizkinya"

    Lalu ibu itupun berbalik arah..melanjutkan langkahnya. Masih kulihat anak kecil dalam gendongan itu, berseri sambil mengayun-ayunkan tangannya yang memegang bungkusan makanan.

    Sejenak aku terdiam. Ada suatu perasaan yang mengalir dalam pikiran dan hatiku. Rasa senang, tatkala melihat senyuman itu. Tatkala aku melihat raut bahagia. Senyuman dari anak. Maupun dari si ibu. Perhatian kecil yang kuberi, ternyata bisa membuat orang lain bahagia. Aku didoakan pula. Doa yang mungkin saja langsung diijabah oleh Allah swt. Subhanallah. Semakin rasanya, aku ingin Allah menambah rizkiku. Aku ingin bertambah kaya. Supaya aku bisa lebih membantu mereka. Membantu orang-orang yang memang butuh bantuan. Membantu adik - adik kecil di luar sana yang putus sekolah karna keadaan. Saat ini? yang bisa kulakukan tentu sangat sedikit. Ingin rasanya, ntah kapan. Jika diperkenankan Allah, aku ingin kaya rejeki, kaya hati, kaya teman. Sehingga mungkin aku bisa melakukan hal lebih, daripada yang bisa kulakukan di siang ini.

    Berbagi rasa. Berbagi keceriaan. Berbagi dengan sesama. Semua terasa menyenangkan. Membuatku kian bersyukur. Alhamdulillah, aku dilahirkan dalam keluarga yang perekonomiannya baik. Alhamdulillah, aku slama ini tak hidup dalam kondisi yang kekurangan. Alhamdulillah, slama ini orangtua mengajariku untuk hidup hemat. Membeli apa yang kubutuhkan, bukan apa yang kuinginkan. "Ijinkan aku Ya Rabb..untuk lebih bisa menjemput rizkiMu, dan bisa lebih sering berbagi dengan yang lain" bisikku seraya berjalan kembali ke arah meja kerjaku..

    Satu Tanya


    "Ra daptar kerjo ning perbankan Yogya, kowe?"
    Tanya temanku, sore hari ini. Satu pertanyaan simpel, singkat, namun cukup membuatku menghentikan aktifitasku menyeruput minuman yang ada tepat di hadapanku.

    Pertanyaan itu..

    Ntah mengapa terasa berat kudengar. Telingaku seakan tak mau mendengar pertanyaan itu, atau semacamnya. Sejenak kuhela nafas, sambil sedikit senyum kecut, aku sunggingkan di wajahku yang sudah kusam karna sengatan matahari yang menyinariku waktu kuberangkat menuju rumah makan tempat kami berada sekarang.

    "Kan dah tau jawabnya to..? aku masih belum tau mau gimana untuk urusan gawean" jawabku sambil meringis pada dua orang lelaki di hadapanku. Dua orang lelaki yang cukup tau tentang jejak hidupku sejauh ini.

    ~Cita-Cita..Dunia Kerja..Kota tempatku bekerja..Orang-Orang yang kucinta..~

    Semua saling berhubungan.

    Sedikit (masih) gelap kurasa, untuk satu masalah ini.Terlalu banyak variabel yang berperan, aku pikir. Yogyakarta? tempatku lahir dan dibesarkan..Apakah juga akan menjadi tempat tumpuanku menjemput rizki? Bersama orang yang kusayang. Yang slama ini slalu aku cinta. Atau..haruskah aku melangkahkan kaki ke luar kota? Bersama dengan orang lain yang juga kusayang. Yap.. Semua penting dalam hidupku. Mereka sama-sama ada di dalam hatiku. Ini smua bukan pilihan. Tapi aku merasa aku dipaksakan untuk memilih. Aku tidak suka kondisi ini. Namun tetap harus kulewati. Ntah sampai kapan.

    Sampai Allah swt memberikan jawabnya. Itu yang pasti. Positif thingking..percaya akan adanya kemudahan di setiap kesulitan. Serta percaya bahwa hanya dengan doa dan dzikir, maka hatiku menjadi tenang, slalu menjadi langkah utama dalam hal menghibur diri. Menguatkan hati. Tapi sungguh, bila aku melihat kalender, aku semakin diburu oleh waktu. Aku memang hanya wanita biasa. Yang tak bisa slalu berfikir positif. Yang slalu menangis tatkala ada sesuatu yang membuatku gundah. Tapi, aku bersyukur..dengan adanya kegundahanku ini, dengan adanya satu tanya yang belum terjawab ini, aku merasa dekat dengan Allah swt.

    Curhat dengan teman? rasa rasanya, orang di sekelilingku tak bisa membantu memberikan solusi. Aku malah khawatir mengganggu waktu mereka. Atau bahkan, membuat mereka sedih. Cita-citaku? ingin membuat orang-orang yang kucinta di sekelilingku, agar heppi. Walau mungkin, itu bertentangan dengan hati nuraniku. Melihat orang yang kucinta bahagia? lebih tak ternilai. Tapi bila ada dua hal yang bertentangan diantara orang-orang yang kucinta, dan aku diminta untuk memilih salah satu diantara mereka? Sungguh. untuk yang satu ini, aku belum bisa.

    tiba - tiba, teringat akan status temanku di FB..
    "jika ada pilihan, saya ingin berada di sini"

    Hanya Allah yang Maha Tau yang terbaik untukku..
    walau mungkin itu kan berat kulakukan..
    tapi sungguh, aku sudah pasrah..akan skenario hidup selanjutnya..
    Yang aku mau skarang, aku ingin melakoni peran dalam skenario itu..sebaik-baiknya.
    Bagaimanapun peran yang akan diberikan Allah swt padaku,nantinya..

    Satu tanya.
    Sampai kapan aku kan memiliki satu tanya ini?
    wallahu'alam.. ^^



    Monday, July 12, 2010

    Cakap - Cakap dengan Customer

    "Ternyata memang benar ya mbak..
    Allah yang menuntun hati saya biar saya bayar disini.
    Memang, kalau sudah rejeki? tidak akan lari kemana
    "
    begitulah sepenggal kalimat yang kuingat dari customerku, waktu itu.


    Rutinitas harianku, setiap jam dan hari kerja ialah di rumah. Sebagai frontliner alias garda depan. Tapi bukan satpam, tentu saja. Dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 WIB, hari Senin sampai dengan Sabtu. Yap! pasca Bapak kembali pada Allah lebih dahulu daripada kami, keluargaku membuka usaha pembayaran online listrik dan telpun di rumah depan. Juli 2010 ini, tepat 1 tahun 2 bulan usaha ini berdiri. Pasca kakak pertamaku melahirkan, praktis yang menjadi garda depan hanya aku dan ibu.

    Yaa..namanya saja masih usaha kecil, dengan modal (yang aga) kecil, dengan resiko kecil. Maka? kami belum bisa dan belum siap untuk rekrut pegawai. Alhasil, bergantianlah kami berdua menjaga usaha YK00063 ini. Masih kuingat jelas dalam ingatan, betapa minimnya pendapatan di awal bulan. Sedih rasanya. Tapi memang kami belum melakukan marketing apapun agar orang percaya datang kemari. Semakin menyadari betapa susahnya mencari uang. Semakin menyadari bahwa rejeki itu harus slalu disyukuri.

    Bulan berganti bulan, ketika kami merekap laporan keuangan, ternyata pendapatan kami slalu naik. Perlahan, tapi pasti. Alhamdulillah. Mungkin memang tidak seberapa besar seperti pegawai kantoran. Tapi? untuk suatu kerjaan yang dilakukan di rumah, tidak terlalu mengeluarkan energi? aku rasa ini lebih dari cukup. Alhamdulillah, Allah memberikan rizki lebih pada kami. Allah yang mengatur hati orang-orang untuk percaya melangkahkan kaki ke rumah kami, untuk melakukan pembayaran. Membuat perlahan tapi pasti? income kami slalu bertambah tiap bulannya.

    Dari pergantian bulan itu, kami belajar dari setiap masalah. Bagaimana menghadapi customer yang rese' sampai menghadapi transaksi yang error. Menghadapi uang palsu? juga pernah. Semua kesalahan, kekurangan ini slalu membuat kami terpacu untuk melakukan dan memberikan yang terbaik ke depannya. Demikian pula aku. Aku merasa bersyukur, tidak menganggur setelah selesai kuliah. Aku jadi belajar banyak dari kerjaan ini. Database. Kesabaran. Ketelatenan. Knowing my customer. Masih banyak lagi pelajaran yang mungkin tak kan kudapatkan bila aku hanya menganggur semata. Berada di samping bunda? itu juga tak ternilai buatku. Yah, daripada aku bekerja jauh di luar sana, mendapatkan banyak uang, namun bunda sendirian? hmm..aku belum bisa.

    Selain itu? ada lagi yang lebih menyenangkan. Selama menjadi garda depan, aku bertemu dengan banyak orang. Macam-macam orang. Dari yang cuek, hingga yang ramai abis-abisan. Dari bapak-bapak tua hingga mas ganteng. #ahemm..#

    Mereka kemudian secara garis besar, kubedakan menjadi dua golongan. Customer bubble dan customer tetap. Customer bubble? hehehee...nasabah yang datang dan membayar tagihan, karna sekedar lewat saja, bulan berikutnya? belum tentu datang. Sementara customer tetap? yang snatiasa datang, dan lambat laun malah menjadi teman baru buatku, dan ibuku tentunya.

    Customer bubble inilah yang harus diberikan pelayanan ekstra. Ya! kami kan bagaimanapun juga bekerja di bidang jasa pembayaran. Senyum, sapa, ramah, santun, dan cepat dalam pelayanan? is a must! Dengan demikian, aku berharap, mereka akan terkesan dengan sikap frontliner, nyaman, dan bulan berikutnya? datang lagi deh ke rumah untuk melakukan pembayaran.

    Banyak hal yang menarik kupetik dari cakap-cakap dengan customer. Singkat, namun terkadang banyak makna. Seperti halnya siang itu. Seorang ibu, berjilbab. Dilihat dari cara pakaian? tampaknya ia seorang PNS. Betul saja, ia mengulurkan tagihan listrik untuk suatu kelurahan. Customer baru nih,pikirku. Wajahnya yang tak familiar di ingatanku membuatku berfikiran sperti itu. Aku tak banyak ucap. Maklum, cuaca sangat panas, ditambah rasa kantuk karna kurang tidur semalam? cukup mengganggu. Namun walau begitu, aku masih bisa untuk mengulaskan senyuman di wajah, dan berusaha bersikap ramah pada ibu itu. Ternyata ibu itu kemudian bertanya.

    Ini penghargaan dari Takmir Masjid ya mbak? tanyanya seraya membaca piagam yang tertempel di dinding rumah. Yang kujawab dengan senyuman dan anggukan kepala. "Beliau ini ya yang dapat?sampun almarhum?" tanyanya lebih lanjut sambil melihat ke arah foto Bapak yang juga terpajang tak jauh dari piagam. "Iya ibu..sudah setaun yang lalu".

    "ow..wajahnya kok familiar, nyambut damel wonten pundi".. begitulah kira-kira percakapan awalku dengan ibu yang belakangan kutau bernama Bu Retno, yang beralamatkan hanya 500meter dari rumahku. Dan ternyata, beliau juga pernah satu forum dengan Bapak di Kepatihan.

    "Enak ya mbak,buka usaha gini. Ga usah keluar rumah. Daerah sini juga belum banyak yang buka pula." Kata Bu Retno beberapa menit setelah kujawab pertanyaan yang awal.

    "Alhamdulillah ibu..dulu juga tak terlintas akan sperti ini. Yaa..daripada rumah ini nganggur, eh ternyata alhamdulillah prospek ke depannya cerah. Tapi, di sekitar sini sudah ada banyak kok buk, yang buka loket sperti ini. Ada lima, malah." Jawabku sambil sesekali membereskan berkas di meja.

    "Woiyaa? dimana, saya malah tidak tahu."

    " Sebelah rumah saya itu, juga bisa lho bu.." jawabku sambil tersenyum dan menunjuk rumah tetanggaku, yang hanya selisih 1 rumah saja. "Bahkan, kalau ibu mau, disana spertinya malah bisa untuk bayar Kartu Hallo dan kredit motor".

    "eh..iya po mbak? saya pikir itu warung kelontong saja"

    "Ya..warung kelontong iya..tapi usaha online juga iya. Deket masjid juga ada kok bu.. dekat rumah ibu juga ada, setau saya. Di BNI, serta BPD sekarang juga bisa. Yah..yang pasti, sekarang customerlah yang diuntungkan. Mau bayar dimana saja yang dirasa nyaman, dan dekat? bisa. Sudah ada banyak pilihannya."

    "Lagipula..yang namanya rejeki kan sudah ada yang mengatur, betulkan bu? kemarin kami sempat tidak enak hati dengan tetangga, karna usaha kami kok mirip. Tapi, alhamdulillah.. tetangga juga laris, walau dari dagangan kelontongnya. Dan kami alhamdulillah juga dipercaya orang-orang, di bagian payment online ini"

    "Waduh mbak..ngomongin soal rejeki sudah ada yang mengatur. Kok saya tiba-tiba jadi merinding ya tangannya. Bener ini mbak. Tadi itu, sebelum kesini, saya sudah pergi ke BPD dan juga BNI. Tapi saya tidak tahu kalau disana ternyata bisa dilakukan pembayaran juga. Rencananya mau ke BRI dekat rumah saja, tapi tidak tau kenapa, saya teringat tempat ini. Seingat saya, struk dsini lebih besar mbak, daripada yang di BRI. Soalnya kalo kecil-kecil kan repot buat SPJ nya nanti. Lagipula tidak pakai antri. Maka walaupun jauh, dan panas, ga tau kenapa saya pilih kesini. Ternyata memang benar ya mbak.. Allah yang menuntun hati saya biar saya bayar disini. Memang, kalau sudah rejeki? tidak akan lari kemana." kata Bu Retno panjang kali lebar sambil tersenyum ke arahku.

    "Yasudah mbak..maaf, dengan mbak siapa ini? biar besok kalau misalnya saya kesini lagi kan, juga bisa tau nama mbak." Katanya sambil mengulurkan tangan, dan menutup pembicaraan singkat kami, namun bermakna.

    "Saya fitri,bu..Terimakasih juga, telah membayar disini, dan juga malah sedikit berbagi cerita dengan saya. Mohon dicek ulang ibu, nota pembayaran serta uang kembaliannya, daripada nanti ada yang salah, dan harus bolak balik." Jawabku sambil senyum.

    "Sudah semua mbak, terimakasih.. assalamualaykum"
    seraya menganggukkan kepala dan membalikkan badan. "waalaykumsalam bu..terimakasih, selamat siang"

    Coba saja aku tadi tidak bersikap ramah..coba saja aku tadi menunjukkan wajah ngantuk ataupun judes
    . Pasti ibu itu tidak akan mau berlama - lama di tempat ini. Bahkan bisa saja ibu itu tidak akan bertanya-tanya dan sharring sperti ini. Terimakasih Ya Allah, lewat Bu Retno, Engkau kembali mengingatkanku, bahwa Engkaulah yang Maha Segalanya. Termasuk soal rejeki, dan menggerakan hati orang-orang sehingga mereka melangkahkan kaki kemari. Ingatkan kami slalu untuk slalu bersyukur Ya Allah..dan pastinya ingatkanku tuk lebih berusaha lagi menjemput rizki yang barokah di jalan ini. ^^









    Dari Mereka Aku Belajar

    Ahmad Reza Febriansyah, Ahmad Nayottama Juliansyah, Farzan Ahza Argani, Muhammad Rifansyah Rasendriya Juno, serta Marsita Prada. Itulah guru-guru kecilku. Yang berusia 5, 3, 1 tahun, dan 4 bulan. Guru-guru kehidupan yang menyusup pada diri kelima ponakanku tersayang. Guru yang mengajarkan secara implisit, tidak sperti yang kudapat di bangku kuliah ataupun sekolah selama ini.

    Yap...yang namanya pelajaran, bisa kita petik dari mana saja. Yang namanya guru bisa berasal dari siapa saja. Termasuk dalam hal ini, anak-anak kecil di sekelilingku. "Pipiiiiitth..." begitulah Maz Reza dan Maz Nayo memanggilku. Sementara bayi yang lain, masih baru bisa berceloteh tanpa kutau maknanya.Dari Maz Reza, aku seperti diingatkan oleh Allah swt. Bahkan, sampai sempat kubuat satu postingan dalam blogku ini, yang berjudul "Aku Ingin Sperti Reza" Tapi tak hanya itu saja..ada banyak hal yang scara implisit mereka ajarkan padaku. Atau mungkin Allah ingin menunjukkan padaku, sesuatu, lewat mereka. Dan aku sungguh bersyukur, aku dapat melihat ilmu itu. Bisa saja kan? bagi sebagian orang, itu bukan suatu ilmu, namun suatu hal yang biasa saja. Tidak demikian olehku. Aku merasa itu bukan hal yang biasa.

    Banyak orang yang suka dengan bayi. Banyak remaja yang gemas dengan bayi dan balita. Demikian juga aku. Tapi ketika melihat keponakan-keponakanku ini dari bayi hingga usia 5 tahun. Terkadang aku tidak gemas dengan mereka. Yang ada? aku capai melihat tingkah mereka. Bayi sampai dengan 6 bulan sungguh tak berdaya. Tangisan adalah satu - satunya komunikasi untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Sudah digendong? diganti popok? tetap menangis. Lama dan kencang pula. Tidak enak didengar.

    Sementara bayi 6 bulan sampai dengan 1 tahun? memang masih lucu. Tapi? terkadang aku merasa, mereka bergerak terus, kesana kemari, karna mereka memang berada dalam fase merangkak. Kalo saja kita waktu dititipi bayi usia segitu dan tidak teliti? bisa-bisa si bayi sudah berada di bawah kolong meja, lalu menatap kita dengan polosnya sambil tersenyum ceria. (padahal kita mungkin saja mencarinya ksana kemari). Ya! mereka menikmati dunia. Mereka seakan menjadi Dora the Explorer. Menjelajah kesana kemari, tanpa merasa capai. Padahal mereka hanya merangkak. Walo hanya merangkak, tapi itu cukup membuat mereka harus diawasi ekstra keras. ^^ Lalu bagaimana dengan bayi usia 1 tahun hingga 2 tahun? fase yang juga telah kulihat dari para ponakanku. Fase pertumbuhan bayi dimasa ini ialah mereka berceloteh, atau mulai belajar berjalan. Tertatih-tatih. Ataupun terbata-bata. Lucu? sangat! Namun, terkadang aku sedikit *gemas* karna tak sabar menetah mereka. Memegangi tangan, melihat senyum terkembang di wajahnya. Ataupun? mengajak mereka bercerita, agar mereka termotivasi untuk bicara.

    Usia 2 tahun sampai 3 tahun? lain cerita. Sepertinya, di usia ini, bayi sudah menjelma menjadi balita. Yang sudah bisa berlari. Serta mempunyai keingintauan yang tinggi. Ingin ke sana kemari. Alhasil, mereka menjelma menjadi seorang pelari ulung. Tanpa merasa capai. Atau? mereka ingin bertanya mengenai segala macam sesuatu. Apa - apa ditanya. "Ini apa Mah?", "itu untuk apa Yah?"; "Mengapa harus sekolah?" ;"Kenapa harus makan? "Sedang apa Mah?" ; "Untuk apa?" serta serentetan pertanyaan lain. Yang jika dijawab, mereka masih akan memiliki pertanyaan lanjutan yang tampaknya tak kunjung habis. Pernahkan anda memperhatikan itu pada anak kecil di sekeliling anda? ^^ Selain itu, aku merasa, umur 2 hingga 3 tahun ialah fase dimana sisi *jail* mereka muncul. Mereka mulai paham apa itu ngambeg, tidak mau makan, tidak mau tidur, serta negatif serta sifat pembangkang lainnya biasanya akan muncul di usia ini. Terkadang? aku yang hanya sebagai tantenya, merasa gemas. Gemas karna capai,melihat mereka berulah seperti itu. Tapi? itulah anak-anak.

    D
    emikian pula halnya dengan anak usia 3 hingga 4 tahun. Ada ada saja ulahnya. Karna faktor usia dan makanan, mereka tumbuh menjadi lebih tinggi. Lebih lincah. Ingin memegang ini. Ingin memegang itu. Semakin dilarang? semakin penasaran. Itu sebabnya, dewasa ini, ada pengajaran untuk mendidik anak tanpa menggunakan kalimat larangan. Karna dengan dilarang, maka secara di bawah sadar anak-anak malah akan tertantang untuk melakukannya. Sebenarnya ini juga terjadi pada orang dewasa. Apa anda merasa pernah seperti itu? Memasuki usia 5 tahun? walau mulai bisa diajak diskusi ringan, namun usia 5 hingga 7 tahun juga masih tetap saja anak-anak yang bisa membuat kita makan hati.

    Lucu dan menggemaskan? Iya. Namun, berada di dekat anak kecil secara terus menerus? ternyata bisa cukup menguras jiwa dan emosi. Hmm..dari situ, aku menjadi banyak belajar. ^^ Belajar bahwa memang yang namanya bayi sangatlah lemah. Sangat bergantung akan orangtua atau pengasuhnya. Mereka polos. Merekalah yang mengajariku agar aku bisa lebih sabar. Tangisan mereka yang sedikit - sedikit meledak? harus bisa kuuraikan dan kudengar layaknya nyanyian yang nyaman di telinga. SABAR. Itulah caranya menghadapi bayi dan anak-anak. Bagaimana mungkin bayi bisa berkata "aku laparrr Mah!".. mereka hanya bisa menangis. Bahkan terkadang sang Mamahpun masih bingung. Setelah kenyang? mereka tetap menangis. Kepanasan? Ngantuk? Ingin pipis? Masuk angin? mereka tetap menangis. Jadi? dari bayi inilah aku belajar satu hal lagi, yakni PEKA.

    Ada buku yang mengatakan, tangisan bayi itu sebenarnya berbeda. Ada tangisan lapar, tangisan ngantuk, tangisan takut, atau hanya sekedar tangisan manja. Itu semua baru akan disadari apabila orangtua/ pengasuhnya peka, dan sabar dalam mendengarkan setiap tangisan si bayi. Proses itu akan indah bila kita tahu dan TEKUN belajar memahami. Selain itu, dari anak kecil, aku belajar menjadi pribadi yang PANTANG MENYERAH. Itu pelajaran yang kupetik lagi. Memangnya ada ya? bayi yang langsung bisa berlari tanpa melewati proses merangkak? tidak kan? Jatuh dan menangis, lalu bangkit. Itulah bayi. Aku belajar dari mereka. Untuk selalu berusaha tak menyerah dalam tiap masalah. Serta tidak menyelesaikannya secara instan. Karena tak ada satupun yang bisa instan. Untuk dapat berlari? sebelumnya harus belajar berdiri dulu. Dari mereka, akupun belajar. Bahwa hidup itu terkadang memang menyakitkan. Menguras air mata mungkin. Namun harus tetap bangkit! menggapai langkah kita lagi. Sebagaimana akhirnya nanti seorang bayi bisa berdiri tegap walaupun sudah berulang kali jatuh. Apakah itu semua selesai? tidak! itu baru awal. Karna setelah berdiri, dan melangkah? mereka belajar berlari. Begitu juga aku. Tak boleh berdiam diri di suatu kondisi. Harus slalu melangkah. Namun juga terkadang harus berlari, mengejar sesuatu.

    Pelajaran lain adalah PUNYALAH RASA INGIN TAHU YANG BESAR. Dengan begitu, aku akan tau banyak hal. Bertanya pada orang yang tepat, sehingga orang tersebut nantinya (diharapkan) bisa menjawab pertanyaanku. Atau? bertanyalah pada buku, atau apapunlah. Yang nantinya bisa menjawab teka-teki yang ada di pikiranku ini. Itulah pelajaran yang kupetik juga dari anak-anak. Dari mereka, dari ponakan-ponakanku, aku belajar satu hal yang utama. Menjadi orang tua itu tidak mudah. Belajar memahami anak? itu sulit. Mengarahkan anak dalam jalur yang lurus? itu butuh kesabaran. Namun itu semua bukan suatu hal yang mustahil dilakukan. Dari keponakanku inilah, aku belajar lebih MENCINTAI ORANGTUA.

    Bapak, dan ibu. Keduanya tak dapat dipisahkan dari proses pengembangan seorang anak. Bapak atau ayah? yang selalu berpikir mencari rizki demi anak dan istri. Menyayangi anak, walaupun tidak bisa dengan cara yang lemah lembut seperti yang bunda lakukan. Bekerja dan bertindak tegas demi buah hati. Tak bisa terlalu ekspresif dalam kasih sayang,? bukan berarti mereka tidak cinta dengan buah hati. Memang itulah cara Bapak mencintai anak-anaknya.

    B
    unda? juga demikian. Mual-mual ketika trimester pertama. Susah tidur ketika trimester ketika. Sakit ketika melahirkan? menjadi terobati, tatkala melihat buah hati dalam pelukan. Aku memang belum pernah melahirkan. Namun karna aku pernah menemani kakakku melahirkan? aku tau, itu sakit [tanpa mereka ceritakan padaku]. Aku juga pernah melihat kakak-kakakku terbangun di awal-awal bulan kelahiran. Dengan badan yang masih belum pulih benar, stamina belum baik, namun mempunyai kewajiban untuk memberikan ASI pada bayi. Padahal bayi newborn bisa stiap setengah jam membuka mata, menangis, dan meminta minum. Tidak mudah menjadi seorang bunda. Tidak mudah pula menjadi seorang ayah. Bahkan, jika tidak siap mental dan pengetahuan menjadi orangtua? apapun bisa dilakukan. Entah membuang bayi itu, tidak terlalu care dengan si baby, atau bahkan bisa juga mengalami sindrom baby blues, sperti yang banyak dikupas akhir-akhir ini. Stres pada orangtua. Kurang lebih itulah maknanya. Hmm..aku jadi teringat, aku punya banyak salah pada orangtuaku. Bandel, ngeyel, aleman, apapunlah. Pernah kulakukan dari jaman bayi hingga skarang. Melihat proses kakak-kakakku serta keponakanku yang beranjak besar? merupakan suatu pelajaran penting buatku. Alhamdulillah..aku bisa melihat itu semua sebagai pelajaran. Dari mereka pula, aku menyadari satu hal. WAKTU BERJALAN SANGAT CEPAT. Dulu keponakanku baru satu, Reza. Bayi nan lucu, cakap, menggemaskan! Itu 5 tahun yang lalu. Sekarang? Bayi Reza yang sudah bukan lagi disebut bayi, telah memasuki TK Nol Besar. Bahkan sudah mempunyai empat sepupu! Yang tak lain berarti aku sudah mempunyai lima keponakan. Cepatnya waktu itu. Dan aku tak mau menyia - nyiakan waktu. Last? Aku belajar dari mereka, untuk BERSYUKUR pada Allah swt. Bersyukur aku masih bisa melihat mereka, bersyukur karna aku bisa memetik hikmah dari kelakuan mereka.Bersyukur karna aku dibesarkan di lingkungan yang baik. Alhamdulillah.

    Teringat juga akan The Prophet; (aku copas dari FB mbakku)
    "Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu...
    Mereka adalah putra-putri kerinduan Sang Hidup akan diri Nya
    Mereka datang melalui engkau, tapi bukan dari engkau
    Dan mesti mereka bersamamu, tapi mereka bukanlah milikmu..
    Kau bisa memberi mereka cintamu, tapi bukan jalan pikiranmu
    Sebab mereka memiliki jalan pikiran sendiri
    Kau bisa tempatkan raga mereka, namun tidak jiwa mereka
    Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah hari esok
    Yang tak akan bisa kau datangi, meski dalam mimpi
    Kau boleh berupaya untuk menyerupai mereka
    Tapi jangan coba-coba membuat mereka menyerupaimu
    Sebab hidup tiadalah berjalan mundur dan tiada pula terpancang pada hari lalu
    Engkau adalah busur dari anak-anakmu,
    seperti anak-anak panah yang disentakkan ke depan...."
    -Kahlil Gibran-

    Terimakasih guru - guru kecilku. Berkat kalian, aku lebih terbuka melihat proses kehidupan. Berkat kalian, aku belajar melewati masalah. Dari kalian? aku belajar lebih mencintai, dan sabar. Berkat kalian pula nantinya, aku pasti kan mendapatkan ilmu - ilmu baru yang sebelumnya tak kusadari. Terimakasih juga untuk kakak-kakakku, kakak iparku, ibuku, keluargaku tersayang, sahabatku bunda Ayu, serta bunda bunda dan ayah lainnya, yang secara implisit maupun eksplisit mengajari aku akan hidup. Dan aku? tidak ingin berhenti disini. Aku masih ingin terus belajar lagi.Belajar dari orang-orang di sekelilingku.



    Sunday, July 11, 2010

    Dunia Kerja Dunia Kita


    "Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah.
    Bahkan, bisa saja orang yang tidak mampu? karna usaha dan doa? rejekinya menjadi lancar, atau diberi kemudahan mendapat beasiswa sekolah lagi?
    dari orang lain"


    Yap yap yap...kupilih judul Dunia Kerja Dunia Kita untuk postinganku kali ini. Karna memang, tulisan yang ingin kubuat bertemakan dengan dunia kerja. Lebih tepatnya tentang pandanganku akan dunia kerja. Hidup dan kerja? bagaikan dua hal yang menurutku tak bisa dipisahkan. Keinginan, ambisi, serta cita-cita pun slalu menyertai dunia kerja. Keinginan? hmm.. yap, keinginan untuk bisa hidup lebih baik, keinginan untuk punya jabatan yang lebih tinggi, atau keinginan untuk berada di lingkungan kerja yang nyaman, lebih barokah? itupun juga bisa. Semua bergantung pada pemikiran tiap orang tentunya. Iya kan? ^^

    Lalu bagaimana pandanganku akan dunia kerja? Aku yang notabene anak kemarin sore, yang baru saja lulus kuliah, di usia 22 tahun. Hmm..kuliah? itu brarti aku dulu memang dijalurkan oleh orangtuaku untuk sekolah tinggi, biar (diharapkan) pekerjaannya pun lebih layak. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang tetap saja yang namanya syarat administrasi menggugurkan sgalanya di awal. Syarat : Pendidikan S2, berpenampilan menarik, mampu bekerja dalam tim, dll. Mau tak mau, yang mendaftarpun *hanya* orang-orang jebolan S2. Tentu itupun sepadan dengan gaji awalnya. Tingkat pendidikan pasti mempengaruhi gaji. Sebagaimana di PNS pun juga demikian. Menentukan golongan, dan jenjang karier.

    Balik lagi ke kehidupanku. Alhamdulillah, aku masih bisa disekolahkan orangtuaku hingga tamat S1 Akuntansi. Bersyukur? jelas. Karna aku melihat, di luar sana banyak orang yang ingin sekolah tinggi? namun karna kondisi keuangan, terpaksa membuat cita-cita itu tertunda, atau bahkan pupus! Aku tau, kondisi negaraku ini masih belum mampu untuk membuat biaya sekolah murah dan terjangkau untuk sgala kondisi masyarakat. Inilah seleksi alam. Kejam? iya.. tapi menurutku? selama kita usaha, dan berdoa? apapun masih bisa terjadi. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Bahkan, bisa saja orang yang tidak mampu? karna usaha dan doa? rejekinya menjadi lancar, atau diberi kemudahan mendapat beasiswa sekolah lagi? dari orang lain.

    Di bawah sadar, karna kondisi lingkungan keluarga, dan apa yang kulewati slama ini, membentuk suatu pola pikir tersendiri dalam hidupku. Termasuk dalam hal ini tentang menyikapi dunia kerja. Aku sadar bahwa aku perempuan. Muslim. Lulusan S1 Akuntansi. Slama ini aku melihat satu per satu kakak perempuanku memasuki dunia kerja-menikah-menjadi seorang ibu. Ada satu hal yang sama pada ketiga kakakku itu, yakni resign setelah punya anak. Memfokuskan diri pada investasi mereka, yakni anak-anak. Mereka mau tak mau menutup telinga, atas cemoohan beberapa orang yang menyayangkan keputusan mereka untuk meninggalkan karir yang sudah ditapaki slama ini. Atau? meninggalkan dunia mereka yang slama ini bertemu dengan banyak orang, tumpukan kerja, lalu saat ini berada di rumah, melakukan rutinitas yang berbeda dengan keseharian sebelumnya. Mereka juga menutup mata atas pandangan miring orang-orang yang meyayangkan gelar S1 mereka, titel mereka, IPK cumlaude, serta universitas ternama yang membesarkan mereka waktu itu. Selain itu? tentu dengan keluarnya mereka dari dunia kerja akan sedikit (atau banyak) berimbas pada neraca pemasukan keluarga. Tapi itulah hidup. Mereka memilih pada porsi, membesarkan anak di rumah. Yahh..beberapa dari kakakku memang berencana menjadi wiraswastawati kecil-kecilan. Tinggal menentukan waktu, ntah kapan mewujudkannya.

    S
    epemahamanku, dalam ajaran agama yang kuanut, sudah jelas pembagian wilayahnya. Bahwa istri tidak wajib mencari nafkah untuk keluarga. Kewajiban istri adalah urusan domestik, yakni lebih bertanggung jawab akan rumah tangga, serta perkembangan anak. Kuberi kata *lebih* karna sungguh tidak adil apabila suami kemudian benar-benar lepas tangan akan perkembangan anak. Tidak! Anak tetap tanggung jawab bersama, namun porsinya lebih banyak ke istri. Semisalpun istri bekerja (yang telah direstui suami), penghasilan dari bekerja itu nantinya menjadi hak istri, serta untuk diri mereka sendiri. Kalaupun uang itu digunakan untuk kepentingan keluarga? itu merupakah shodaqoh istri. Serta, walaupun istri sudah bekerja, tetap yang namanya suami itu memberi nafkah secukupnya untuk istri. Kata *secukupnya* kuberi font besar, karna sepahamanku juga, suami sebenarnya tidak berkewajiban memberikan semua gaji pada istri. Itu yang terkadang salah kaprah. Banyak istri yang uring-uringan karna tak tau jumlah gaji suami. Istri pun setauku, tidak wajib mengetahui berapa jumlah total gaji/ take home pay suami. Cukuplah istri diberi uang secukupnya untuk kehidupan rumah tangga. Semisal suami memberitahu jumlah gaji total setiap bulannya? ya itu alhamdulillah...tapi semisal tidak? tidak masalah. Selain itu, salah kaprah kedua biasanya adalah, ada beberapa suami yang merasa tidak perlu memberikan gajinya, karena si istri sudah punya penghasilan sendiri. Bahkan bila gaji si istri lebih tinggi. Hemmm....

    Pemahamanku dan kondisi lingkungan yang kualami itulah yang akhirnya menyeretku pada satu pemikiran akan dunia kerja yang ingin kujalani. Aku ingin menjadi seorang Mompreneur. Yap, istilah itu muncul akhir-akhir ini untuk seorang Mom yang ingin berwiraswasta. Sebelum berumah tangga? spertinya aku inginlah menjajaki dunia kerja. Walaupun hatiku meragu, karna jika baru 2 tahun lalu resign? kok spertinya sayang. Atau? mungkin baru saja diangkat jadi pegawai tetap? lalu aku menikah dan resign? kok sayang ya? Tapi lagi-lagi itu pilihan hidup. Okelah..aku longgarkan lagi keinginanku. Slama aku belum punya anak, bolehlah aku kerja di luar, kerja kantoran dan pulang malam, (asal dibolehkan suami). Usiaku sekarang 22,5 tahun. Aku punya keinginan untuk menikah muda, minimal dalam kurun waktu 1 - 3 tahun lagi. Dengan siapa? wallahu'alam. Sejauh ini belum ada yang melamarku. ^^ Tapi jika memang keinginanku married 1-3 tahun lagi tak bisa terlaksana sperti keinginanku? maka aku memilih untuk workaholic dulu. Menjadi wanita karier slama 5 tahun, menabung, dan tetap..kelak menjadi Mompreneur.

    Sebenarnya, semenjak lulus, aku ingin langsung terjun ke dunia wiraswasta kecil-kecilan. Tapi ada lagi yang membuatku terpaksa mengurungkan niat. Yakni tabunganku slama ini masih minim. Aku tak mau menggunakan uang dari orangtua, karna kuyakin, jika aku gagal? maka konsekwensinya lebih berat dibandingkan bila aku menggunakan modal dari tabunganku sendiri. Walaupun aku terlahir dari keluarga yang berwiraswasta, namun bapak, terlebih ibuku bukanlah termasuk risk taker. Sedangkan untuk saat ini, bapak kebetulan sudah dipanggil Allah swt. Sehingga? untuk kasus ini, aku merasa sedikit kurang bisa menjalankan niatku ini. Tapi aku tidak menyalahkan bunda, karna aku tau..ini bentuk sayang Bunda padaku. Mencari uang itu susah. ^^ Oiya..aku juga sangat salut pada Bunda, yang telah membesarkan keempat putrinya hingga S1. Melihat satu per satu putri kecilnya beranjak dewasa dan menikah. Serta memperbolehkan putrinya untuk memutuskan resign walaupun sudah sekolah di ITB skalipun. I love u Mom..Aku tau, ada orangtua yang memandang miring akan profesi ibu rumah tangga. Sayang, sudah sekolah mahal-mahal kok cuman dipake di rumah. ^^

    Kembali ke topik. Yap, karena faktor modal? akhirnya keinginanku untuk wiraswasta dari lulus kuliah, kutunda dululah. Setaun ini spertinya aku ingin berusaha kerja dulu. Walau aku tau, sebenarnya ada lagi masalah lain di balik ini, yang belum kuungkap dalam tulisan ini. Aku hanya ingin kelak kalau aku mempunyai anak, aku bisa fokus ke anakku. Melihat dia tumbuh dari waktu ke waktu. Tapi disisi lain? aku tetap mempunyai income. Aku harus membuka mata, bahwa apapun sekarang serba mahal. Akan lebih baik bila pemasukan keluarga berasal dari dua pihak, suami dan istri. Namun? aku tak mau bila kerja kantoran. Terpaksa meninggalkan anakku demi uang dan rejeki di luar. Kebetulan aku mempunyai pemahaman, dan keyakinan, bahwa rejeki bisa didapat dari mana saja. Selama kita berdoa dan usaha. Semisalpun nanti wiraswastaku belum terlalu maju. Aku akan slalu snantiasa berdoa, agar rejeki suamiku lebih lancar. Tak apa apa bila rejekiku belum lancar, tapi smoga rejeki keseluruhan di keluargaku lancar. Yang utama? aku ingin lebih menjaga investasi jangka panjang kami. Yakni anak.

    Ada hal lain yang membuat aku ingin menjadi seorang Mompreneur. Selain agar bisa melihat anakku dari waktu ke waktu dan mengurus suami. Dengan menjadi Mompreneur? aku ingin membuka lapangan kerja, bermanfaat untuk orang-orang di sekitar, yang mungkin karna faktor keadaan membuat keahlian mereka tidak terasah dengan baik. Jika semua orang ingin mencari kerja? sementara negara saja masih timpang dalam jumlah pencari kerja. Trus bagaimana? Aku sudah cukup capai melihat lulusan S2, tapi banting harga mencari kerja untuk posisi yang harusnya untuk S1. Juga demikian halnya S1, daripada nganggur? lalu menyasar kerjaan yang diperuntukkan untuk D3. Seleksi alam? memang. Itulah sebabnya aku ingin wiraswasta. Selain itu? aku sadar aku adalah seorang perempuan. Pemikiranku ini pasti akan berbeda bila aku seorang lelaki. Jika aku lelaki? aku akan memilih kerja kantoran yang relatif lebih aman gajinya. Tidak seperti wiraswasta. Mungkin di usia 35 atau 40 tahun, aku seorang lelaki yang bekerja kantoran, namun punya sambilan rumah makan. hehehe.. Tapi?inilah aku. Seorang perempuan. Yang sebenarnya tidak terlalu dituntut untuk menafkahi keluarga. Namun diberi tanggung jawab lain yang tak kalah besarnya dengan lelaki.

    Disisi lain, aku sadar diri akan kekuranganku. Aku sedikit lemah fisik, ntah itu karna kurang terlatih saja atau memang dasarnya seperti itu?aku tak tau. Tapi sepertinya akan sangat menguras tenaga sekali, wonder woman sekali aku, bila bekerja sebagai ibu namun juga wanita karier. Wauw! sungguh aku sangat salut dan ingin tau bagaimana kinerja dari para wanita/istri yang tetap bekerja di luar, namun juga sangat bertanggungjawab akan kehidupan rumahnya. Bagaimana mereka mengontrol capek diri, serta psikis, dan tingkat stres. Itu yang ingin kupelajari. Tidak mudah berada dalam kondisi underpressure kerjaan kantor, pulang-pulang rumah masih berantakan, anak rewel, suami juga mungkin sedang cuek karna capai dengan kerjaan. Itu susah! tapi bukan hal yang tak mungkin. Namun, sejauh ini, aku merasa diri ini belum sanggup bila menjalani itu smua. Sehingga aku memutuskan untuk bekerja? tapi dari rumah saja. Tetap mempunyai income, membantu sesama, mempunyai komunitas, ilmu S1 ku pun tetap terpakai, dan yang terpenting? dekat dengan keluarga.

    Keinginanku? Semoga aku kelak bisa menjadi wiraswastawati yang sukses, istri yang sholehah dan ibu yang baik untuk anak-anak. Senantiasa bisa menjaga diri ini dan keluargaku dalam jalan yang slalu diridhoi dan diberkahi Allah swt. Aku ingin, menjadi ibu yang snantiasa ada disaat anak-anak membutuhkan, aku ingin menjadi istri yang menyejukkan suami, yang telah lelah karna rutinitas di luar. Susah? memang. Terlalu muluk? tidak juga. Kalo bisa bercita-cita yang tinggi dan susah, serta mentargetkan diri untuk hal yang baik? kenapa harus memilih cita-cita yang biasa? heee... Semua butuh proses, dan proses butuh waktu.Yap, smoga aku bisa menggapai itu smua.Amin. ^^

    Saturday, July 10, 2010

    Pengalaman Pertama Ikut Tes CPNS Kemenkeu 2010


    slamat pagi semuwa...
    #posting halaman ini, pas di pagi hari sih#

    Aku selalu suka cerita tentang pengalaman idup, dan mungkin juga yang pertama kali kualami. Termasuk kali ini, ntah napa pengen nulis soal pengalaman pertama kali ikut menjajaki peruntungan di dunia PNS. Alhasil, kemarin 10 Juli 2010 tepat jam 08.00 ting tong, di Sanata Darma Yogyakarta, aku mencoba yang namanya ujian Kementrian Keuangan.


    Jauh hari sebelum ujian ini berlangsung, aku sudah diberitau kakak angkatan, dan juga dengar dari kabar yang berhembus, kalo yang namanya Depkeu alias Kemenkeu, soal ujiannya slalu unpredictable..tidak terkesan sama dengan soal PNS lainnya. Hmm...tapi tetep, berhubung masih pertama? jadi ya buta akan soal PNS? bersandarlah aku pada buku-buku PNS lungsuran mbakku ( yang juga kagak lolos). hihihii...Belajar seriusan dan rutin? ahh..nggak juga. Rutinitas harian bersama bunda di rumah, tuk jadi front office cukup menyita waktu, sehingga aku tak bisa terlalu fokus belajar. Lagipula, eneg juga liat bahannya. Saking kenyang liat bahan, aku malah jadi posting en curhat colongan di blogku ini tanggal 6 Juli kemarin ( Cinta Negara = Mumet Juga ) ahahhaha..!

    ~Tanggal 09 Juli 2010~
    S
    ehari sebelum ujian, aku buka lagi website ppcpns.depkeu.go.id untuk memastikan tidak ada ralat (lagi). Yap! dari awal hingga akhir, ternyata ada beberapa ralat lokasi, kalo tidak cermat kan bisa berabe tuh. Setelah itu, aku cek lagi nomor ujianku, lokasi, dan ternyata di website juga sudah diberitaukan mengenai nomor kursi. Yasudahlah, kucatat smua nomor-nomor itu. Sore? setelah jam kerja, aku pun melenggang ke Sanata Darma Paingan untuk mengecek ruanganku. Sebenarnya tak cuma ruangan yang harus dicek, tapi juga letak KAMAR MANDI! ahaha.. wajib ini.. mengingat kamar kecil ini akan sangat dicari orang, ketika sedang ujian hidup.. ^^

    -Malam Menjelang Ujian-
    Setelah mengecek lokasi di Sanata Darma bersama temenku Usmin, akhirnya aku sampai rumah menjelang isya. Lalu ngobrol, makan, dan rencananya tidur. Tapi? mengingat persiapan materiku terasa kurang, aku pun membuka kembali buku-buku lungsuran, dan kitab kitab lainnya.. ^^ yang kupelajari malam itu? aljabar, aritmetika, deret angka, lalu amandemen, berita terkini slama staun? kubaca lagi, terus apa ya? yaa..sekilas soal sejarah BPUPKI, sampai Adam Smith dengan teori ekonominya pun kubaca. Sudah merasa bosan membaca? aku pun mempersiapkan berkas, dan juga baju bahkan sepatu. Semua sudah beres? bahkan supportpun juga datang dari Bunda, mbakyu-mbakyu, sahabatku tercinta, dan si Om yang malam itu juga mau merantau ke negeri kangguru. Hwaaa... oke oke..banyak yang sayang denganku. Aku ga mau mengecewakan. Minimal? aku mencoba lakukan yang terbaik besok pagi. Bismillah! :) Lalu?tidurlah aku jam 23.00, kusetel alarm 4 kali dari jam 03.00 sampai jam 04.00 (mengingat track recordku yang buruk slama ini, alarm jam 4? tapi bangun tetep jam 5!!)

    -Rumah [ 02.45 - 07.00 ]
    Aku terbangun! 15 menit sebelum alarmku yang pertama berbunyi. Alamak!! kepagiaaan.. aku mencoba tidur lagi? namun mata ini tumben tumbennya langsung 100watt. Mungkin ini memang saatnya aku buat bangun dan bermunajat lebih awal, agar psikisku tenang. Lalu? sholat malamlah aku..berbisik bisik pada Allah, seraya pasrah akan jalan hidupku untuk yang satu ini. Yap, soal jodoh dan karir? akhir-akhir ini slalu kupasrahkan, aku sudah tak mau lagi ngarani, dan meminta "Ya Allah,smoga aku bisa keterima jadi PNS Kementrian-amin". hmm..itu doaku duluuuuuuu..Skarang aku hanya berdoa :

    "Ya Allah..Engkau yang lebih mengetahui mana yang baik untukku..
    jika memang Kementrian Keuangan barokah untukku,baik untuk diriku,
    orang - orang di sekelilingku, keluargaku skarang,
    dan juga kehidupan anak-anak serta suamiku kelak,
    smoga aku bisa diterima dsana, dan lebih bersyukur padaMu..
    tapi jika tidak? smoga Engkau snantiasa memberiku petunjuk,
    dimana aku bisa meraih rizkiku yang lebih baik.
    Ingatkanlah hamba untuk slalu bersyukur Ya Rabb..amin"

    Setelah sholat, aku pun melanjutkan membaca skilas, tak terasa sudah jam 04.00. Akupun membangunkan sobatku MamahAyu, yang juga ikut ujian kali ini. Setengah jam kemudian, bundaku yang sedang kurang enak badanpun sudah bangun (maap Bunda..pagi ini aku terpaksa ijin keluar rumah dulu..tak bisa temani bunda). I love my mom.. Sedih terkadang, mengingat tampaknya aku belum bisa menunjukkan yg terbaik untuk beliau, dan tak slalu ada dsaat beliau ingin aku ada.. ^^ Adzan subuhpun berkumandang, sgera akupun sholat subuh dan dilanjutkan dengan sarapan pagi pagi buta lalu mandi. Ntah knapa, aku merasa ingin lebih pagian saja melakukan rutinitas itu. Tepat jam 07.00 pagipun aku berangkat ke lokasi. Untungnya jalananpun masih sepi. Sebelum ke Sanata, kusempatkan diri ke Maguwo, rumah kakak keduaku untuk mengantarkan hadiah buat ponakanku tercinta. ^^

    -Sanata Darma 07.40
    Selesai memarkirkan motor, akupun bergegas mencari kamar mandi yang terletak di dekat ruanganku. Selama aku ke lante dua, aku melihat banyak juga peserta yang cukup kebingungan mencari ruang ( Ketauan nih! pada ga liat lokasi H-1). Ada juga yang ditungguin oleh orangtua, pacar, ataupun penggembira lainnya. Slain itu, ternyata banyak yang tidak tau nomor kursi! waduh..ribet tuh.. ga tau nomor kursi = ga tau ruangan. Tettooot!! Sudahlah! tak usah mikirin orang lain..batinku waktu itu. Selesainya dari kamar mandi, aku pun bergegas masuk ke ruang K207.

    Pukul 07.40 - Pukul 10.xx
    "Maaf mbak..harap tas dan papan kertasnya diletakkan di depan..yang boleh di meja cukup alat tulis dan kartu serta KTP" ujar petugasnya beberapa detik setelah aku menghempaskan diri duduk di kursi nomor 248. Weewww. ternyata tak boleh pakai papan ^^

    #padahal tadi ada peserta yang ga bawa papan, trus nglarisi penjual dadakan yang ada di halaman..pasti harganya mahal banget tuh.hihiii..dan ternyata? ga kepake pula..itung itung amal yak!#

    LJK pun dibagi, kami langsung diminta isi untuk data diri. Spertinya sudah 5 menit sebelum ujian dimulai, tapi aku masih melihat ada peserta yang datang nyaris terlambat, dan ngos'ngos'an. Make upnya pun jadi sdikit luntur karna keringatnya. wedew.. stres tuh pasti..pikirku.

    Tepat jam 08.00 Soal Kementrianpun kami buka. Soal yang masih disegel itu, ternyata terdiri dari 4 bagian. Tiap bagian ada menitannya sendiri. Itu yang langsung kucek, aku tak mau kekurangan waktu sperti waktu tes BSM dulu. Bagian awal masih mudah. Seingatku bagian I ini terdiri dari 80 soal, 30 soal pertama? isinya samaaaa laah sperti Tes Potensi Akademik kebanyakan, yakni soal analogi, sinonim, antonim. 30 soal berikutnya? aw aw aw..ternyata tentang pengetahuan umum.

    ~Tuiiiiink!!~

    Yang slama ini kupelajari soal info terkini? NOTHING smuwa. hihihhii!! kagak ada yang namanya aritmetika, aljabar, deret angka, pasal-pasal, tata negara, bahkan istilah ekonomi. Masih kuingat beberapa soal pengetahuan umum. Kira-kira bisa pada jawab ndak ini? kalo bisa jawab? berarti kalian lebih pinter daripada anak kelas 5 SD!!

    1. Selat Gaspar menghubungkan pulau apa?
    2. Pegunungan Alpen terletak dimana?
    3. Tari Tor-Tor berasal dari wilayah mana?
    4. Kantor berita Negara Malaysia adalah...
    5. Terusan Suez menjadi penghubung antara laut apa dengan apa?
    6. Pledoi istilah di bidang?
    7. Tagalog merupakan bahasa negara?
    8. Tanggal 9 Agustus 45, di Jepang, kota apa yang di bom oleh Amerika?
    9. Lagu kebangsaan Negara Malaysia adalah?
    10. Morse merupakan penemu?
    11. Rugby merupakan olahraga yang berasal dari negara apa?
    12. Pelukis Affandi merupakan pelukis yang beraliran?

    Selanjutnya? apa ya? lupa..yang pasti keluar istilah Shakespeare. Atau soal soal pengetahuan umum kenegaraan lainnya. Pengetahuan umum mengenai berita terkini? waktu itu sama sekali tidak diulas, dan dijadikan pertanyaan.

    Bagian kedua soal? lebih menyenangkan dan menuntutku untuk lebih was-was akan waktu. Soal-soal memang dibuat untuk banyak wacana, banyak bacaan, sehingga kalo terlalu tekun membaca? bisa dipastikan kurang waktu. hohhoo... ^^ Bagian kedua ini kebanyakan tentang Bahasa Indonesia, dan membuatku harus menggunakan logika berpikir untuk menjawab pertanyaan. Karna ini bukan sekedar menjawab pertanyaan bacaan, tapi menggunakan logika. Nice! Dilanjut lagi ke yang lebih "menyenangkan".

    Kalo biasanya aku melihat option jawaban :
    A. jika pernyataan pertama dan kedua benar serta saling berhubungan
    B. Jika pernyataan pertama dan kedua benar namun tidak saling berhubungan, dst....

    ataupun option (pilihlah)
    A. Jika 1,2,dan 3 benar
    B. Jika 1 dan 3 benar
    C. Jika 2 dan 4 benar

    tidak demikian halnya dalam tes kali ini. Lebih njlimet penyajiannya. Ini baru njlimet option jawabannya. Belum soalnya lho!! ahahahak! Aku lupa secara pasti option jawaban, tapi kurang lebih ya seperti ini. Pilihlah :

    A. Jika pernyataan pertama saja mampu menjawab pertanyaan, sementara jika pernyataan kedua saja belum bisa menjawab pertanyaan.
    B. Jika pernyataan kedua saja mampu menjawab pertanyaan, sementara jika pernyataan pertama saja belum bisa menjawab pertanyaan.
    C. Jika pernyataan pertama dan kedua diperlukan untuk bisa menjawab pertanyaan.
    D. Jika salah satu pernyataan saja sudah cukup untuk menjawab pertanyaan.
    E. Jika kedua pernyataan tersebut dirasa belum cukup untuk menjawab pertanyaan, sehingga dibutuhkan pernyataan yang lain..

    DOENK!
    Bingung bacanya? sama.. hihihihi.. yaach kurang lebih kalimatnya sperti itulah. Aku lupa, yang kutau waktu itu, wah..ini soal keren bener..kalo ga dong? isi C smua ajalah. ^^

    Contoh soalnya waktu itu? ( misal aja nih. Aku juga lupa sih)..

    Berapakah jumlah gaji Pak Arif selama tahun 2002 sampai dengan 2010?
    1. Rata-rata gaji Pak Arif di tahun 2003 adalah Rp 3.500.00/bulan.
    2. Gaji Pak Arif di tahun 2002 adalah Rp 3.000.000/bulan.


    ~itu contoh dudul aje sih..dah pasti jawabane E, karna aku juga ngawur bikinnya.

    Ya smacam itu, yang pasti ribet. Itu masih mending, karna 1 kalimat saja, smentara soal yang lain? ada yang terdiri dari 4 kalimat baru ditutup dengan pertanyaan, serta 2 pernyataan lagi. hihihii...


    Udah mabok bacaan gitu? masih dilanjut ke bagian 3. Disini lagi - lagi dihadapkan dengan penalaran, dan uji kecepatan waktu pikir. Tapi lebih manusiawi yang disini menurutku. Karna option'nya lebih simpel. Waktu itu ada kolom kiri dan kanan.

    Option jawaban adalah :
    A. Jika nilai kolom kiri lebih besar daripada kolom kanan
    B. Jika nilai kolom kanan lebih besar daripada kolom kiri
    C. Jika nilai kedua kolom sama besar.
    D, dan E aku lupaaaa.... ^^

    Baru deh masuk ke soal. Soal nya macam -macam, matematika juga ada waktu itu.
    Logika? pastilah! Contohnya waktu itu ada lingkaran sperti gambar di samping.
    Dengan panjang busur 5 cm. Kolom kiri bertuliskan Keliling lingkaran = ....? dan Kolom kanan bertuliskan angka 25 cm. Tentu untuk menjawab pertanyaan, aku harus mencari keliling lingkaran. Setelah ketemu angkanya, aku bandingkan dengan angka 25. Jika ternyata keliling lingkaran > 25cm, tentu aku jawab A. tapi jika ternyata keliling lingkaran < 25 maka aku jawab B. Smetara bila keliling lingkaran = 25 cm? maka aku harus menjawab C Last? bagian ke 4, ditutup dengan sangat cantiknya oleh soal Bahasa Inggris. 30 soal pilihan ganda spertinya. Mulai dari vocab, lalu grammar, sampai bacaan. Yaa..mirip miriplah ama soal EPT LIA (lebih susah LIA,malah). Kalau saja tidak cermat, maka aku tidak sadar kalo soal ke 31 adalah essay. Yakni menerjemahkan 1 paragraf (ntah brapa kalimat waktu itu) ke dalam Bahasa Indonesia.

    Waktu mengerjakan? aku langsung mendahulukan yang essay baru pilihan berganda. Karna aku yakin, waktunya pasti mefeett.. dan lebih ribet nulis essay daripada PG. Toh? kalo ntar waktu dah mau abis? kan Pilihan Ganda bisa tuh dikerjain sambil merem, pilih satu huruf, sambil berdoa agar itu hurufnya merupakan jawaban yang tepat.. ahhahaa.. #don't try this at home!#

    Tepat saat waktu mengerjakan selesai? Panitia pun langsung memberi aba-aba pada kami untuk menghentikan segala aktifitas. Dan? kamipun dipersilakan untuk mengecek kelengkapan data, dan pulaaaang..!! Itulah tadi pengalamanku ikut ujian Kementrian Keuangan 2010. Menyenangkan.

    Tak sabar menunggu hasil pengumuman. ahhaha... apakah aku termasuk orang yang beruntung? atau tidak? just wait and see..tak sabar pula memposting di akhir bulan. Yaa, jika keterima? maka masih ada ujian lainnya. Jika tidak? cukup menyenangkan bisa bergabung dalam ujian ini. Melatih mental, pikiran, waktu tentunya.. Dan pastinya? bila tak keterima? itu berarti Allah mempunyai rencana lain, agar aku menjemput rizki ku di jalan yang lebih berkah?mungkin. Yang lebih cocok untukku?yang lebih baik untukku dan keluargaku kelak.. aku percaya, apapun hasilnya? itu pasti yang terbaik untukku. ^^