sambungan dari
DIA - PART 1 (kuberikan link sajalah..tinggal klik kalau mau baca)
"Aku semangat kok! Kan kabeh wis ono sing ngatur. Gur sok-sok aku mikir, aku salah opo yoo, kok ndilalah diuji koyo ngene. Mesakne ibu..mesakne bapak. Ahhh...lagi nyadar, sehat kui larang. Bernapas itu ternyata mahal harganya. Lagi ngrasakne saiki. Emang kita harus banyak bersyukur."
==============================================================
Awal Agustus 2010 - Bulan Ramadhan -
Entah kali keberapa aku datang ke rumah sakit itu. Antara dua sampai tiga kali. Semakin sering pula aku berkomunikasi dengan mas Eja, mas Fendy, mas Adith, Sari, Sandya.
Masih kuingat, tanggal 6 dan 7 Agustus 2010 aku kesana. Menjenguk dia, dan bertemu dengan Andy, Agung, beserta temannya kos serta teman sepermainan. Keduanya bernama Bayu. Aku kenal dengan Bayu si teman sepermainan Andy. Kenal di dunia maya tepatnya. Alhasil, aku malah bernostalgila dengan Bayu di rumah sakit itu. Niat hati mengunjungi dia, si biru kotak-kotak. Namun tampaknya, malah lebih cocok kalau disebut kami ini sebagai pengganggu ketenangan. Bagaimana tidak? di ruangan sempit itu, aku, Bayu, Agung, malah bercandaan terus. Lebih dudul lagi tatkala kami sedang ramai seperti itu, tiba - tiba dari bawah kolong tempat tidur, ayahandanya muncul. Astagfirullah.. kagetlah kami waktu itu. Kami tidak mengira kalau si ayah sedang istirahat di bawah kami.
"Maaf..pak..nyuwun sewu, kulo mboten mangertos menawi bapak wonten mriku" sahut temanku.
(maaf bapak, saya tidak tahu kalau bapak ada di bawah situ)
"Mboten menopo-menopo..monggo dipun sekecak'aken. Kulo wau saking Kebumen. Tilik anak sijine."
(tidak apa-apa..silahkan dilanjutkan. Saya tadi dari Kebumen, menengok anak satunya).
Begitulah kata si bapak sambil tersenyum dan meninggalkan ruang dengan raut muka yang tampak sedikit lelah. Meninggalkan kami yang masih sedikit kaget dengan munculnya beliau yang tiba-tiba dari bawah kolong tempat tidur. hewww!!
Cukup lama aku di tempat itu. Sekalian mengobrol dengan Bayu yang notabene baru saja mendapat beasiswa ke Jepun selama setahun. Selain itu, aku juga bertemu dengan Wikan dan Rizky, teman sekelasku yang turut menengok. Sempat bersua juga dengan Sari yang menyempatkan diri menjenguk sepulangnya dari dines. Dari Andy dan Agung, kutahu bahwa pengobatan selanjutnya menunggu hasil rontgen serta laboratorium. Tapi menurut dokter, memang benar, bahwa itu adalah tumor, dan kemungkinan pengobatannya dengan cara disinar.
Masih kuingat pula, tanggal 8 Agustus, aku berniat bertemu dengan Agung ataupun Andy untuk memberikan amanah dana yang dititipkan beberapa teman sekelasku. Siang hari aku kesana, bersama mas dan bunda. Kebetulan mas sedang datang ke Jogja, lalu kubawa serta bersama bunda. Sayaaaang...kami terkena aturan jam besuk. Padahal bundaku ingin menengok dia juga. Maklum, bunda sering kuceritakan soal dia. Alhasil, aku hanya bertemu Agung, di lantai 1. Dan akupun juga hanya kirim sms pada dia.
"Semangat ya baaaang!maaph ga mampir ke atas, ternyata ga dibolehin naik nih.. "
yang oleh dirinyapun dibalas
"Ia g apa, semangat kok dtmani teman2 baik" (08/08/2010 ; 15:15;48)
sms yang tak sengaja, masih tersimpan di inboxku hingga saat ini.
Masih kuingat juga di pertengahan bulan waktu itu. Anak-anak perpus berencana untuk buka bareng di rumah sakit. Aku diajak serta. Mereka janjian jam 16.00. Ternyata aku datang terlalu ontime. Alhasil aku sebagai pengunjung pertama dirinya sore itu. Dari jauh, kulihat dia sedang duduk di atas kasur. Tangan kanannya memegang buku, yang ternyata adalah Al Quran kecil. Di luar ruangan, kulihat ibunya duduk. Kudekati, dan kusapa sebentar sambil bercerita kalau nanti teman-teman ingin berbuka bersama dirinya. Lalu perlahan, akupun masuk ke ruangan sempit itu. Mendekati dia.
"Gimana kabar? Kata Mas Eja, ada yang abis nyalooon en potong rambuut di salon kiy" kataku sambil cengar-cengir. "ahahaa...iyo ki, potong rambut sidane.. heee...Alhamdulillah..masih diberi nikmat sakit nih".
Kurang lebih itulah jawabannya. Sambil menutup lembaran Al -Quran yang dibaca, lalu meletakkan di sudut kasur. Matakupun melihat ada headset putih di sudut kasur. Oh, ternyata headset beserta ipod kecil.
"Aku biasane ngelu nek kesuen moco ki. njuk biasane ngrungokne iki. Murotalan.Nganti banter kae, sok-sok dijak ngomong karo perawate, aku ra krungu." kata dia sambil senyum.
Senyuman itu. Keceriaan itu. Masih tampak jelas di wajahnya yang kian mengurus. Sorot mata lelah sesekali tampak dalam pandangannya. Bicaranyapun sepatah sepatah.
" Wislaaah..rasah kakean cerito sik. Ki mengko cah-cah arep do buko ning kene. Tapi kayake aku kegasiken. Tur aku mengko kudu bali, ra melu buko ning kene yoo. Ki tak gawakke juz sirsat karo jambu biji. Aku dodolan lho saiki, ning ngarep umah. Gantine Mr. Burger." cerocosku waktu itu sambil senyum senyum ga jelas.
"Haa..aku gelem'e Mr.Burger koyo mbiyen" kata dia. Dan akupun bercerita soal kegiatan Kampung Ramadhanku tahun ini. Tak lama kemudian ibundanya pun mendekati. Akupun bercerita pada ibunya, kalau dia pernah datang ke rumahku, bersama Power Ranger di saat Ramadhan. Kuceritakan pula soal Bayu yang mau berangkat ke Jepang sebulan lagi. (maaph Bay..ngrasani kiy!).
Beliaupun malah bercerita soal anaknya yang terakhir, yang tiba tiba minta disunat beberapa hari lalu. Membuat ayahanda terpaksa balik ke Kebumen. Obrolan ringan diantara kami bertigapun terus mengalir di ruangan itu. Termasuk gurauan soal insiden dirinya yang potong rambut di salon sebelah rumah sakit. Memang, dia tampak lebih seger'an pasca rambutnya dipotong.
"aku ra betah ki...rambutku kan ra tau dikeramasi. Njuk rasane kok sumuk banget. Yowis, wingi ngobrol-ngobrol karo perawate, eh..jeblane iso potong rambut ning salon sebelah kunu kui"
"Heee?!?! ~aku masih kebingungan membayangkan bagaimana dia diperbolehkan ke salon di pojokan jalan Kauman itu.
"Karo bapak..disurung nganggo kursi roda. Ndi tekan kono aku dikeramasi suwwwii banget. Koyo-koyone rambutku ki reged banget kae lho. Njuk lagi dipotong.. waah,, rasane seger tenaan..!!"
Masih kuingat obrolan itu. Masih kuingat gerakan tangannya yang menirukan kapster waktu mengeramasi rambutnya. Masih kuingat senyuman ceria di wajahnya saat bercerita. Ceria, walau terkadang harus beristirahat sejenak, mengatur nafas, di sela-sela obrolan itu. Masih kuingat pula ibunda juga terkadang nimbrung percakapan kami. Bercerita soal si bapak yang ternyata sudah jalan ke Pasar Ramadhan di Kampung Kauman. Gurauan- tawa canda antara ibu dan anak yang saling menimpali. Kulihat sorot mata ibu yang lelah tapi senang melihat anaknya bisa ceria. Kulihat pula dia yang sesekali tertawa renyah saat obrolan kami bertiga ini. Dia yang katanya divonis sakit *tumor* oleh para lelaki berbaju putih itu.
"Saya permisi sebentar ya Nak". Kata ibu waktu itu. "Nggih bu, monggo" sahutku. Dan akupun kembali hanya berdua dengan dia untuk beberapa waktu. Karna sudah jam jenguk, maka pasien di sebelah pun juga mulai ramai dikunjungi. Namun tidak dengan dirinya. Masih hanya ada aku, dan dia. Sesekali aku melihat Hp dan jam di dinding. Lama nian mereka, malah jadi berdua begini, gumamku sedikit kesal dalam hati.
"Pengen opo kowe? Tak gawakke opo, bang? " tanyaku.
(pengen apa kau? mau tak bawain apa, bang?)
"Aku gur pengen mari, njuk iso Ramadhanan meneh koyo biasane" sahut dia perlahan namun dengan nada berat.
(aku hanya ingin sembuh, trus bisa Ramadhanan lagi seperti biasanya)
"Sabar yaa..ayo semangat! bismillah..banyak yang sayang dirimu, banyak yang peduli, dadi kowe kudu semangat yo".
"Aku semangat kok! Kan kabeh wis ono sing ngatur. Gur sok-sok aku mikir, aku salah opo yoo, kok ndilalah diuji koyo ngene. Mesakne ibu..mesakne bapak. Ahhh...lagi nyadar, sehat kui larang. Bernapas itu ternyata mahal harganya. Lagi ngrasakne saiki. Emang kita harus banyak bersyukur."
Kata dia sambil menghela napas. Kalimat yang panjang darinya. Panjang karna dia harus pandai pandai mengatur napas. Aku serasa bisa merasakan sakit itu. Aku memang penderita asma. Tapi kuyakin, asmaku ini pasti belum ada apa apanya dibandingkan penyakit yang hinggap di tubuhnya. Tatapan itu. Hufftt.. dalam kondisi ini, dia masih saja semangat. Terkadang aku ingin tau apa yang ada di dalam benaknya. Satu tanya yang sering kutanyakan pada Agung dan Andy selaku teman terdekatnya.
19 Agustus 2010
"Mb delta, hr ini aq plg"
Tepat pukul 09:39:46 aku menerima sebuah sms darinya. Alhamdulillah...ucapku tatkala membaca berita itu. Kubalas dengan sms yang berisikan, aku turut senang atas kepulangannya dia ke Kebumen. Yaaa....dia memang pulang ke Kebumen, namun beberapa hari sekali tampaknya dia harus menjalani rangkaian proses penyembuhan. Minimal, dia sudah tak ada di rumah sakit lagi. Minimal dia berada di rumah, di lingkungan orang orang terdekatnya. Itu pikirku. Semenjak saat itu, aku tak terlalu intens sms dengannya. Hanya tau berita dari Andy, ataupun Agung.
==== September, Oktober 2010========
2 bulan berlalu dengan sangat cepat kurasa. Pasca akhir bulan itu, aku jarang sms dia. Kalaupun kusms, dia skarang tidak pernah membalas. Aku masih teringat, kalau dia pernah bilang untuk smspun, kepala terasa pening. Jadi dia malas balas sms. Tak apa, cukup smsku dibaca. Cukup aku tahu kondisi dia lewat teman-temannya. Mungkin aku terlalu egois. Setelah lebaran, aku mulai disibukkan dengan kegiatanku sendiri. Jobseeker. Aku melupakan dia ataupun cerita tentangnya. Bahkan untuk bertanya pada mas Eja, Andy, ataupun Agung, terkadang itupun terlupakan olehku. Hanya yang kutahu, dia di Kebumen, dan pengobatan terkadang di Gombong, yang lebih dekat dengan rumahnya. Tak terasa, akhir September, Bayupun sudah berangkat ke Jepang. Akupun juga mulai fokus menata hidup. Yogyakarta - Jakarta. Mengejar PR tahunan yang harus kuselesaikan. Hingga tak terasa bulan Novemberpun tiba.
November 2010
Awal November, aku mendapat berita via chat oleh Andy. Andy cerita padaku, kalau kondisinya menurun. Kakinya susah digerakkan, itu kata Andy. Aku terdiam tatkala membaca satu demi satu chatingan yang ditulis Andy waktu itu. Memang, aku tahu kalau tumor dan kanker itu saling dikejar waktu. Kalau tidak ditangani serius serta ada dana, apapun bisa terjadi. Termasuk kondisi yang memburuk. Tapi berhubung aku mau ujian di Jakarta, aku belum sempat sms bernada penyemangat ke dirinya. Entah mengapa, aku malah mengirimkan sms ke Mas yang waktu itu berada di tanah suci. Berisikan, smoga dia selalu diberikan kesabaran, dan jalan yang terbaik dalam sakit tumornya. (4 Nov - 21:53). Doa bisa dimana saja, tapi tak ada salahnya kan? menitipkan doa untuk dipanjatkan di tanah suci, pikirku saat itu. Semakin banyak yang doain, malah semakin bagus.
Pada kesempatan lain, sepulangku dari ujian PU di Jakarta, Andy juga memberitahukanku bahwa baru saja ia ditelpon olehnya. Tapi, Andy tak begitu faham dengan apa yang diceritakan. Dia, sudah agak susah berbicara. Astagfirullah.. Dari situ, aku mulai bertanya..kapaan kalian jenguk ke Kebumen? Aku pengen jenguk dia, bisikku dalam hati. Mungkinkah? Terlebih, ketika Andy memforward isi sms yang dia terima darinya. Yang intinya, sebenarnya dia ingin menyerah, tapi sebagai muslim..harusnya ga boleh menyerah kan?!? Sms yang menyiratkan kalau dia sudah kesakitan, tampaknya. Apa yang ia rasa saat itu? Entah.. Yang kutahu, harus ada teman-teman dekat yang slalu mensuportnya. Lagi-lagi aku berniat mengirimi dia sms penyemangat. Tapi ntah, slalu saja aku mengurungkan niat. Nanti dululaah.. biarkan power ranger yang menyemangatinya dulu. Nanti..nanti..dan nanti..
Minggu kedua November.
Aku sempat bertanya, soal rencana ke Kebumen pada Agung, dan Andy. Ama siapa aja? naik apa? kapan? pertanyaan semacam itu kuajukan pada mereka berdua. Dari Andy, aku tahu kalau dia ingin mengumpulkan Power Ranger di akhir minggu. Kukira minggu kedua, sebelum idul adha. Namun karna banyak alangan, serta entah apa alasannya, akhirnya diputuskan bahwa rencana menjenguk ke Kebumen, insyaallah tanggal 21 November 2010. Di minggu kedua inipun, aku masih fokus pada diriku sendiri. Maklum, lagi-lagi aku pergi ke Jakarta, disambung ke Bandung. Sampai Yogyakarta hari Jumat pagi. Tanggal 19 November 2010.
Kurang lebih pukul 09.xx
Lagi-lagi kuterima chatingan dari Andy.
Dia koma.
Aku baru saja terima kabar dari keluarganya.
Innalillahi.. kataku tatkala membaca chatingan di layar komputerku.
Aku bar tangisan ki karo Agung. Rencana menjenguk besok Ahad, dimajukan besok pagi. Semoga masih diberi waktu, untuk ketemu dia.
Entah apa yang kurasa. Entah apa yang mereka rasa. Yang pasti, di siang hari, aku lagi-lagi terima berita dari Andy.
Innalillahi, dia sudah dipanggil Allah swt. Agung lagi ntas ditelpun keluargane.
dan sederet kalimat penjelas lain yang ditulis Andy namun tak begitu kugubris, karna aku hanya fokus pada kalimat pertama..
Innalillahi wa innaillaihi rojiun.
Aku memang tidak terlalu dekat dengannya. Tapi..kenangan demi kenangan itu, satu per satu menghampiriku. Senyumannya, sorot matanya, ibundanya, bahkan ayahandanya. Tak terasa, air mataku mengalir. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Tak kukira secepat ini.. Astagfirulloh....
(bersambung - :) )