Wednesday, December 22, 2010

Perjalanan 2010

Saat kutulis cerita ini, tepatnya sudah menginjak Desember 2010 minggu ketiga. Terasa cepat waktu berlalu. Dan kurasakan, betapa malasnya aku untuk memposting sesuatu yang baru lagi di blog ini. Entah malas? entah tidak mood? aku tak tahu. Sepertinya memang moodku lebih mudah terbentuk saat aku dalam kondisi *tidak enak*. Hmm, curang memang. Dari kemarin kupaksakan diri untuk berusaha merangkai kata, namun selalu tidak berhasil.

Memang, 2 bulan terakhir ini aku dalam kondisi yang sudah tenteram. Satu per satu doaku, serta pertanyaanku dari bulan Maret 2010 silam, bahkan sudah mulai terjawab. Niatan dulu punya blog ini, supaya jadi pengingat diriku...apa yang terjadi pada diriku slama ini. Hmmm, tapi tampaknya, dari kemarin, aku lebih mudah menuangkan pikiranku, tatkala aku sedang suntuk... ^^ daripada sedang dalam kondisi happy. Curang,memang. Harusnya bisa kurangkai kalimat demi kalimat panjatan syukur. Harusnya aku juga dengan mudah bisa menyusun satu demi satu kenangan manis selama 2 bulan ini. Tapi ntah mengapa, seakan semua susah. Dan akhirnya, nyaris 1 bulan tak ada 1 tulisan baru yang kumuat. Hmmm.... 

Desember 2010. Minggu ketiga. 
Itu berarti, tinggal 8 harian lagi aku berada di tahun 2010. Itu berarti kurang lebih 2 minggu lagi, jika aku diberikan umur panjang, maka genaplah aku berusia 23 tahun. Aiih.. cepatnya.. 

Resolusi
Berbicara soal target hidup, target tahunan. Buatku itu penting. Hidup tanpa tujuan? buat apa? tanpa arah, repot juga pastinya. ^^ Buatku, menyusun pola hidup, target target kecil hingga rencana besar? itu penting, untuk memotivasi diri agar lebih baik. Tapi tentu saja, aku berusaha untuk selalu membekali diri, agar menyiapkan hati, bila targetku tak sesuai rencana. Yaa.. siapkan psikis bila keinginan tak terwujud. Selalu berpikir positif, itu yang selalu kutanamkan dalam diri. Kalau tidak? hmm, bisa kubayangkan, aku akan selalu berada dalam fase kekecewaan mendalam, ataupun depresi. Aku tak suka di kondisi itu. 

Mengutip dari status FB temanku, yang sepertinya dia juga mengutip dari seseorang. 

Kita harus punya impian yang tinggi tapi juga jangan terlalu rendah Jadi kita yakin bisa mencapainya. Itu kuncinya, kita harus punya impian tinggi yang kita yakin bisa kita raih..
Benar juga..Susunlah mimpi, tapi yang kita yakin, bisa kita raih. Tapi aku juga suka dengan kalimat penyemangat dari temanku. 

Yakinlah kau bisa menjadi lebih baik dari sekarang, jangan pernah pikir kamu gak bisa...jangan! karena kamu belum tahu seberapa besar kekuatan yang ditanamkan Allah pada dirimu. semangat!!

Yap,,yap yap.. diri ini tidak pernah tahu apa skenario Allah. Usaha, doa serta pasrah. Berdoa smoga slalu bisa dibukakan mata agar dapat melihat hikmah di setiap kejadian. Bahkan kejadian yang paliiing tidak kita inginkan sekalipun. ^^

Awal Tahun lalu, serta ketika aku berusia 22 tahun, aku berkeinginan untuk bisa wisuda di Januari. Lalu menapaki dunia wiraswasta kecil-kecilan, sembari menemani bunda, membesarkan usaha kecil kami saat ini. Tapi ternyata jalan Tuhan berkata lain. Wisudaku mundur, disertai dengan kejadian yang diluar skenarioku. Kejadian yang sangat tidak kusuka, sebenarnya. :) Pertengahan tahun yang menggalau, serta akhirnya ditutup dengan satu per satu kejadian manis nan cantik. Seakan Allah menjawab segala pintaku satu per satu dengan cara yang diluar logika manusia. Subhanallah. Betapa indah jalan hidupku ini kujalani.  
Serasa aku sedang berjalan ke rumah tanpa alas kaki, lalu tanpa kumau, aku menginjak kerikil serta batu kecil, yang membuatku meringis kesakitan. Sakit, dan menangis. Tapi tatkala aku sabar, dan *menikmati* sakit itu, ternyata sampai di rumah, orangtua membukakan pintu, mengobati lukaku, memberiku makanan enak untuk menghiburku, serta ternyata memberiku kado yang tak kusangka, yakni sepatu baru. Agar aku lebih kuat ketika melangkah dan menginjak batu serta kerikil kecil.
Hmmmm... #perumpamaan yang aneh, yak? # heehehee.. 

Tapi itulah yang kurasa. Ketika kuulang lagi membaca postinganku satu demi satu, dan akhirnya aku berada di fase sebulan yang lalu, hanya ada 1 kalimat terucap. Alhamdulillah Ya Allah. Kau hapus segala duka dan kecewaku, kegalauanku. Kau gantikan itu semua dengan satu demi satu berita baik untukku. Ingin bisa segera kurangkai cerita indah yang kualami akhir akhir ini, tapi ntah mengapa, masih sulit juga tangan ini menuliskan :)

Satu lagi yang pasti. Aku dulu sangat berambisi untuk tidak menjadi seorang pegawai. Karna bercita cita ingin menjadi mompreneur, seperti yang sudah kutulis berulang kali. Tapi ternyata, di tengah perjalanan, Allah berkehendak agar aku menjadi abdi negara. Hmmm..di luar skenarioku. Lalu apakah aku akan mengubah haluan hidup? Well,, saat ini aku sedikit mengubah cara pandang dan cita citaku. Dengan adanya keputusan Allah, agar aku jadi abdi negara, maka kuputuskan juga untuk mendoktrin diriku sendiri, 

Bahwa aku (kelak) bisa!! Bisa jadi abdi negara yang baik, istri yang baik, serta tetap menomor satukan keluarga. Pasti bisa! Kalau Allah swt merasa aku tak mampu menjalani skenario ini, pasti *naskah* untuk jadi abdi negara, tidak akan diberikan padaku.
Soal mompreneur? heee...Tidak akan kuhapuskan. Hanya kutunda saja dulu. Saatnya aku menabung modal terlebih dahulu, menjalin relasi, serta totalitas menjadi abdi negara selama tahun-tahun awal ke depan. Lalu? untuk urusan membuka usaha, insyallah, akan tetap kulakoni. Entah ketika aku masih single, ataupun kelak ketika sudah menjadi istri orang. (Smoga direstui suami ku kelak). Yang pasti, mimpiku tidak akan kuubah. Niatan menjadi good Mom, serta Mompreneur tidak akan kuganti. Mimpiku akan kutambah. Abdi negara yang baik, tetap menomorsatukan keluarga, serta membuka usaha. Itu mimpiku yang sekarang kutanamkan. Bismillah.. Aku yakin, Allah swt punya skenario indah untuk kujalani ke depan. ^^ 

Alhamdulillah untuk semua jalan hidupku di tahun 2010 ini Ya Rabb...

Thursday, December 02, 2010

Berasa Ikut Demo

Berasa ikut demo. 
Tampaknya itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan pengalamanku hari itu. Pertengahan Oktober aku memutuskan untuk ikut bergabung dalam tes Kemen*es. Awalnya aku bersikukuh ingin ambil formasi Jogja, yakni di RS Sar*ito. Tapi 2 sobat dekatku membujuk agar aku mau ambil formasi yang di Jakarta, serta ujian bersama di sana. Karna bujuk rayu mereka cukup maut, akhirnya kuputuskan untuk ikut ke Jakarta.

18 - 19 Oktober 2010
Hari itu pengumuman administrasi. Kalau lolos, aku akan cari tiket. Tapi jika tidak? maka aku cukup di Jogja saja. Ternyata namaku dan sobatku, Intan, dinyatakan lolos administrasi dan mengharuskan kami harus ambil kartu serta tes di Jakarta. Sementara sobatku yang satunya, Dyah, ternyata tak bisa ikut tes karna gagal lolos admin. Tapi berhubung dia memang sedang ada urusan di Jakarta, jadi direncanakan, kami bertiga tetap akan temu darat di kota itu.

Sore hari langsung aku membeli tiket Taksaka untuk tanggal 19 pagi. Serta tiket pulang tanggal 24.Siap ga siap, aku pun lalu langsung packing di malam hari. Baju, beberapa bukupun kubawa serta. Insyaallah kami mau menginap di Budhenya Intan di kawasan Duren Sawit. 


Berhubung aku pergi pas tanggal sibuk-sibuknya urusan rumah, bundakupun tak bisa anterin aku. Tadinya malah aku dah bersikukuh naik taksi saja dengan Intan, menuju ke stasiun. Tapi ternyata, mbakkupun siap untuk antar. Akhirnya kamipun berangkat dari Yogya tepat pukul 09.35 WIB. Sesampainya di Jakarta, kami dijemput oleh sopir Budhe. Langsung dah, malam itu kami istirahat serta membuat rencana untuk rute besok pagi dalam pengambilan kartu. 


20 Oktober 2010
Berhubung kami dianggap belum tau jalan, maka pakdhe dan budhe sangat protektif terhadap kami. "Dianter supir saja". Begitu kata Pakdhe. "Kalian nanti antar saya ke Kantor Kemenpora dulu di Jakpus, baru kalian bersama sopir menuju ke Hang Jebat di Kebayoran, setelah itu langsung pulang!". Dudududuu...rencana kami buat sedikit jalan-jalan setelah ambil kartupun pupus sudah ^^ Tidak dibolehkan naik kendaraan umum. Yasudahlah.. ^^ alhasil, akupun jalan-jalan pagi dulu ke daerah Monas baru ke Kebayoran. Jadwalku ambil kartu, untuk jurusan non medis adalah jam 08.00 s/d 10.00 sementara jadwal Intan, yang jurusan medis adalah jam 10.00-12.00. Menurut website, Lokasi kami berdua, untungnya sama. Dan akhirnya, sampailah kami di lokasi jam 07.55


Huiiih!
Itu satu kata yang terucap tatkala aku pertama kali menjejakkan kaki di tempat itu. Bukan karna gedungnya yang megah, tapi karna melihat kerumunan orang-orang disana. "Ternyata aku masih kurang pagi" begitu batinku. Sekitar 400 orang sudah ada di lokasi. 

Yang bikin aku bertanya-tanya, "loh, kok barisannya acak adul yaa?!" Kerumunan orang itu berdiri tepat di pintu masuk, dan sangat tampak bahwa mereka seperti orang berdemo. Tidak jelas mana ujung, mana pangkal. Akupun bersama Intan, mulai mencari panitia. Tapi ternyata tidak terlihat satupun yang layak disebut panitia. Adanya hanya satpam, itupun sudah stres mengurusi parkiran. Kudengar ada panggilan " nomor 35 - 60 Sekjen". Lalu kudengar juga " nomor 10-25 Itjen". Busedh dah, ternyata untuk ambil kartupun harus pakai nomor antrian. Lalu dimana aku bisa ambil nomor antriannya yak? batinku. 

Akhirnya,aku dan Intan pun bertanya pada salah seorang di lokasi.
"Maaf mbak, itu pakai nomor antrian ya? ambil nomornya dimana ya?"
" Udah abis mbak! tadi yang dibagi cuman 200. Dibaginya di meja situ mbak, aku juga belum dapat, katanya sih ntar panitiannya mau bagi lagi." 


DOENK! 
udah habis? jam brapa ini?jam 08.10 dan nomor antrian yang disediakan cuman 200? ai ai ai....oke dah, aku tunggu saja. Begitu pikirku. Akhirnya Intanpun membelikanku stopmap, karna kami lupa membawa stopmap. Sementara aku? mencoba menunggu panitia yang membagikan nomor antrian tahap 2. Aku berdiri di dekat meja yang *katanya* tadi dipakai buat pembagian nomor antrian tahap 1. 

Kulihat, lambat laun tapi pasti, kerumunan orang makin menjadi. "Iki pie to yooo, kok ga pakai tali, ataupun ditata berbaris" pikirku. Kudengar pula panitianya berkata "Mundur..mundur..baris yang rapi". Dan para pengantri hanya menjawab " Yaa gimana mau rapi pak, dirapikan doonk!". Serta beberapa kalimat lontaran lainnya. Jam 08.45 akhirnya panita berkata 

" Yang belum dapat nomor antrian, silakan ambil di pojokan gedung sebelah timur". 


ALAMAK!
Dan kalian tau? itu berjarak sekitar 100 meter dari tempatku berdiri. Alias geser 100 meter ke timur dari tempat pembagian yang pertama. Alhasil akupun mendesak-desakkan diri menerobos kumpulan orang itu. Sampai di dekat tempat yang ditunjuk, bisa-bisanya kudengar ada yang berkata "Udah habis nomornya!" "What? kok bisa?" dan akhirnya ketika aku sampai di tempat, tidak ada satupun panitia yang nongol disana. "Udah kabur panitianya" begitu kata seorang pendaptar.  
"Cuman nambah 300 nomor kayaknya".  
Akupun melongo. Segedhe ini, kok bisa bisanya cuman nyiapin 200+300 nomor? Sementara yang daptar saja ribuan. Tak habis pikir aku. 


Intan mendekatiku sambil membawa map. "Pie?entuk rung?" tanya Intan, yang kujawab dengan gelengan kepala. Kuceritakanlah pada dia soal jumlah yang disebar itu. Dan akupun bilang sama intan. "Kita pisahan dulu ya..aku tak ngurusi awakku dhewe, kowe yo ho oh,, wis ono kanca-kancamu to?" Dan akhirnya Intan pun berkumpul ama teman-temannya yang satu profesi, sementara aku? kembali menerobos kumpulan orang-orang itu. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 09.15. Sementara terkadang, panggilan dari para panitia tidak kunjung datang. 
"Itjen 101-115!! ayo barisannya yang rapi, kasih jalan buat temannya yang mau masuk".
Yang disusul dengan kalimat cemoohan dari para pendaptar yang tampaknya mulai malas dipingpong. "Nomornya pak..nomornya mana?!? bla bla bla.." Sementara hari kian panas, dan jumlah kerumunan kian banyak. Dari yang 400an orang, akhirnya akupun mengira-ngira jumlahnya jadi 2x lipat. Terlebih ketika ternyata rombongan yang harusnya ikut session 2, yakni jam 10.00 - 12.00 seperti Intan, sudah datang ke lokasi. Makin penuhlah kerumunan orang-orang itu. 

Tanpa ketidakpastian itu, aku hanya mengisi waktu dengan berbagi cerita dengan orang-orang sekitar. Ngobrol dan SKSD. Ada yang dari Surabaya, *bedol desa* kata dia. Ada juga yang bela-belain bolos masuk kerja. Serta tak sengaja aku berkenalan pula dengan pendaptar satu jurusan denganku, tapi dari kampus biru Yogya. Ahahhaa..ketemu juga dengan sesama orang Yogya. Waktu itu, aku menikmati saja kerumunan dan proses yang menjemukan itu. Karna aku masih full energi serta ngobrol kesana kemari. Yang terlintas dalam pikiranku hanya satu. "Banyak sekali sih?yang minat jadi abdi negara. Amboooi...ini banyak sekali sainganku."


Jam 10.xx ketika energiku sedikit terkuras serta ketidakpastian tak juga kunjung datang. Panitia yang di depan pintu masuk berkata " Yang belum dapat nomor undian, silakan ambil di sanaa!!!" seraya menunjuk ke lokasi yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kedua (berkebalikan arah pula). Atau sekitar 100meter dari lokasi pertama ke arah barat! Apa-apaan ini?! batinku.. EWGGH..lari lagi deh..dan akupun lagi-lagi berdesak-desakkan mengikuti *permainan* ini. Lagi-lagi, baru berjarak 25 meter dari panitia yang membagikan, sudah ada teriakan "NOMORNYA HABIS!" 


Mau emosi? tapi kok yang emosi sudah banyak.. Yasudahlah, aku hanya manyun, sambil mendengarkan apa kata panitia. "Sabar-sabar, nanti semuanya kebagian". Aku yang tadinya diam,akhirnya di bawah sadar ikutan teriak 
" Bapak ga usah pindah pindah tempat gini donk!!! Panitianya tetap diam di tempat saja, knapa sih?"  
Tapi teriakanku juga ga ada artinya. Hilang ditelan teriakan gusar oleh pendaptar yang lain. Dan andai kalian tahu, bagaimana cara mereka membagikan nomor antrian. Seperti sebar-sebar duit. "lempar ke kerumunan dan rebutan!" 
ga elite blas...

aku yang mulai habis energinya pun tiba-tiba merasa jengkel. Jengkel dengan diriku sendiri. 

"ARRRGHHH..kenapa juga aku pakai ke jakarta. Dah kubilang, mending ke Sar*ito, di Jogja". 

Kuingat pertanyaan Bunda beberapa hari lalu sebelum aku berangkat, yang menanyakan apakah yakin aku daftar jakarta. Huffth.. Tak terasa aku pun merasa sedih, serta jengkel, dan capai. Bagaimana tidak, kerumunan orang sudah mencapai 800-1.000 orang. Dan itupun kayak orang demo! Ga ada ujung, ga ada rapi-rapian blas. Malah kalau aku boleh ekstrim lagi, serasa aku sedang thawaf. Semua tumplek bleg di satu lokasi. Coba kalau jelas antriannya, serta kapan pengambilan nomornya. Mau nunggu 6 jam pun, aku rela. Karna jelas prosedurnya. Tidak seperti ini. Aku berdesak-desakan tanpa kejelasan.  
"Andai aku tadi bawa durian dan kaktus. Pasti aman kalau berdesak-desakkan seperti ini"


30 Menit kemudian, ketika aku juga masih berada di lokasi yang sama, ada isu bahwa nomor antrian di bagikan di gedung bagian depan! Alias geser 200 meter dari lokasi yang ketiga. .Ahahahaaiiiiii...... aku hanya geleng-geleng kepala sambil misuh misuh. "Asemm asem asemm..kok jadi lomba lari dan berasa jadi MOS gini yak!" Dan ternyata lagi-lagi kami harus mengikuti permainan dari panitia ini. 

Sampai di gedung depan, lagi-lagi kartunya HABIS! waaaa.... ?!? mau ngomong apa lagi, coba? aku cuman diam, dan akhirnya berusaha mencari yang namanya panitia. Eh, aneh bener, setiap kali selesai membagikan, panita yang dilindungi satpam, langsung buru-buru masuk ke gedung. Seakan khawatir melihat kerumuna massa. Aku mengejar panita bersama sebagian pendaftar. Hanya untuk tanya kepastian. Wuuiihh, berasa demo beneran dah! keringetan, banyak orang teriak, emosi, serta lain sebagainya. Usaha kami buat mencari panitia? gagal total, karna kami hanya bertemu dengan satpam yang juga stres menghadapi kerumunan massa.Dengan langkah gontai, aku dan beberapa kerumunan massa itupun juga kembali ke gedung bagian belakang. Lagi-lagi berdesakan tanpa ketidak jelasan di lokasi itu. 


Jam 11.xx, dan aku baru sadar akan Intan. Akupun sms dia, "Pie, neng ndi kowe? aku tetep rung entuk nomor ki" yang dijawab oleh dia " Aku malah dikon pindah gedung, ning gedung sebelah, selisih 500meter. Ki yo antre, tapi ra separah nggonmu". Wewwh,, ada lagi...malah ujug-ujug disuruh pindah gedung. Yasudahlah..


Aku masih berdiri, berdesak-desakkan tidak jelas dengan orang-orang yang mulai naik pitam. "Huuuuuuuuuuuuuuuu.....panitianya gimana inii!!!" serta teriakan lain "Ga profesionall....!!!!" serta teriakan lain tanda keputus asaan peserta. Aku hanya mengeluarkan HP, kirim sms ke mas yang kantornya hanya berjarak 1 km dari situ. 
 "berasa ikut demo.huhuhuhu...nasibku dah, taun ini kebetulan panitianya kecolongan, jadi kurang profesional". 
Yaa, aku sudah manyun waktu itu. Gimana tidak manyun, panitianya ngabur, kenapa juga membagikan nomor di berbagai tempat seperti itu. Pakai pindah-pindah lokasi. Duuuh, rasa-rasanya aku maw nangis waktu itu. Coba rumahku di Jakarta, pasti aku mending balik kanan lalu pulang. Kok sepertinya tidak sepadan sekali, antara jumlah pelamar dengan kursi. Plus ketidak beresan ini. Sedih rasanya. 
  
Tapi kemudian aku hanya bilang pada diriku sendiri. 
C'mon! totalitas. Kata Bapak dulu kan apa-apa harus totalitas...Udah diniatin ke Jakarta, berarti kudu siap mental apapun yang terjadi. Bismillah.. ayolah! dah mahal-mahal, dah susah-susah, masa gini aje dah mewek..serta beberapa kalimat lain terbesit dalam benakku. 
Endingnya, aku hanya bilang pada diriku sendiri, malam ini serta hari-hari besok sebelum ujian, aku mau belajar beneran! Rugi..udah kayak dendeng serta ikan rebus kayak gini, masa' aku ga totalitas le mempersiapkan ujian di hari Sabtu. 

Dan akhirnya, akupun bisa kembali senyum. Walau di tengah kerumunan itu. Kenalan sana - kenalan sini, berbagi cerita, kembali kulakukan. Sambil sesekali aku ikutan teriak ke panitia, semisal dirasa pernyataan mereka *wagu*. Sebagai contoh, panitia berkata "Mundur-mundur..nanti semua kebagian, sebentar lagi mau dibagi nomor antriannya, dari sini" sambil menunjuk di salah satu kerumunan. Eh, baru 5 menit beliau terdiam bisa-bisanya ketika ditanya lagi dimana tempat pembagian, yang ditunjuk SUDAH BEDA tempat!!

aih...!!langsung disambut dengan teriakan para peserta. "YANG BENER YANG MANA paaakkk!!!!" serta banyak lagi teriakan. ^^ (kasian bener panitianya, kasian bener satpamnya) ^^


"Eh, berita kericuhan ini masuk tipi lho. Ini aku dsms temanku." Ujar salah satu peserta yang ada di sebelahku sambil memegang hapenya. "Iya, masuk detik juga" dibalas dengan peserta lain yang ada di depanku. Dan kami pun ngakak bersama. "Muka kita jangan-jangan ntar nampang di harian ibukota nih? malu-maluin aja..." kataku. "Muka-muka mau jadi abdi negara nihh..perjuangannya boooo...! " sahutku.. dan kamipun tertawa bersama. Saling menghibur diri. Bahkan kami pun ngobrol, dan ada yang berucap, bikin grup di fesbuk po? sebagai bentuk demo. Kata dia. yang disambut gelak tawa teman-teman yang lain. Ntar malah masuk tipi one? diwawancarai sama presenternya. sahut teman yang lain.


Dan masih banyak lagi gurauan lain diantara kami. Ya, kami yang notabene sama-sama pelamar, dan baru kenal gara-gara kejadian antre ini. Nice.. ^^


Tepat sebelum jam 12.00 aku mendapat nomor. 105 apa ya? balik ke angka kecil. Yang ternyata diartikan sebagai 1.105. Hwalah... Yaaa tapi alhamdulillah, akhirnya aku dapat nomor juga setelah berdiri selama 4 jam'an serta lari-lari keliling gedung. Tepat jam 12-13 panitiapun juga istirahat. Kebijakan ini sebenarnya cukup dicemooh sama peserta. Tapi lagi-lagi kan, kami cuman peserta, mau tak mau tentu kami harus ikut permainan donk.


Jam 13.xx aku masih di lokasi. Mendapat sms dari intan, kalau dia sudah selesai pemberkasan dan juga ambil kartu ujian. Aiiih..aku aja belum dapat apa-apa :) Yaa,beginilah kalau 1 tempat dengan jurusan yang peminatnya gendut-gendut. Sebut saja akuntansi, manajemen, ekonomi, hukum, manajemen informatika, tekhik. Semua jurusan itu? ada di satu lokasi denganku. Pantas saja berjubel habis-habis'an. Serasa demo 1 tahun pemerintahan yang ada di bunderan HI hari itu, pindah ke Hang Jebat. ^^


EIA...kalian pengen tahu? gimana akhirnya aku dapat kartu ujian? :)
Jam 13.xx ketika panitia mulai memanggil nomor 980 ke atas ,aku memutuskan untuk lebih mendekati pintu masuk. Sampai sana, ternyata kulihat ada 2 pintu masuk. Yang pertama dijaga oleh satpam, serta panita yang teriak-teriak memanggil nomor. Sementara pintu yang satu lagi lebih lowong. Hanya ada beberapa orang petugas disana serta peserta.

"Mbak-mbak..mbaknya nomor 1.105 ya? mbak sini ajaa" ada seseorang yang tiba-tiba menarikku untuk masuk ke pintu sebelah. "Mbaknya jurusan apa" yang kemudian kujawab akuntansi. 
"Mbaknya sini aja ya, ntar kalau mbaknya dipanggil, nomornya buat aku yaa, mbak nanti pakai nomorku saja (nomor dia 1.253). Loh?gimana to ini? "Kalau lewat pintu sini, ga berdasarkan nomor mbak..tapi jurusan, tu bapaknya yang nanti bakal manggil". Aku kan melongo..

Lebih shock lagi waktu dengan mata kepalaku sendiri, si bapak itu kemudian berbisik-bisik pada kami " S2 Teknik Elektro,,ada ga? 1 orang".. "S1 Manajemen...adakah?" Padahal telinga kananku masih dengan sangat jelas mendengar dari pintu sebelah, panitia berteriak " Itjen 990-1.005 silakan masuk" 


Owalaaah djan.. aneh - aneh wae. Akhirnya? akupun *dipanggil* lewat pintu samping. Tanpa nomor 1.105 ku. Hanya dibisiki, "akuntansi..akuntansi..1 orang silakan"


~antara manyun, gumun, mangkel, sampai senyum semuanya jadi satu~


Alhamdulillah dah, akhirnya lewat pintu samping. Hmmm..nasib saja nih.. ^^ usut diusut, kericuhan ini hanya terjadi di tahun ini. Alias panitia kecolongan, inginnya sih lebih ringkas, sehingga harusnya beberapa hari tapi dipadatkan jadi cuman 2 hari saja. Ealaah, ya nasibku sajalah, ikut tahun ini. Merasakan seperti dipingpong serta diuji dengan kemruyuk'an orang.. :)


Baru kutahu juga, bahwa 2 minggu setelah tanggal kejadian itu, aku bahkan lebih shock lagi karna namaku ternyata termasuk dalam jajaran orang-orang yang lolos di kementerian ini..


Well.... ^^ aneh - aneh wae.. kok bisaa? ^^Skenario Tuhan yang unpredictable.. ^^ terlepas dari apapun skenario Allah swt, smoga aku bisa selalu bersyukur dah. Jangan cepat-cepat menyimpulkan skenario Allah jika belum lengkap aku lalui. Hanya itu kesimpulanku.


NB:
ini link soal kericuhan tahun ini. "Masuk berita". Smoga tahun depan bisa lebih oke lagi deh. Yang pasti, hari kedua pasca pengambilan kartu ujian itu, lebih manusiawi dan lebih tertata daripada hari pertama di jamanku. Baguslah, berarti belajar dari kesalahan di hari pertama. :)

Itu foto asli lho, dari kamera hapeku yang jadul. Sayangnya aku ga bisa motret dari atas, dan itu juga hasil bidikan jam 12.xx alias ketika sudah mulai menyusut orang-orangnya. ^^













Wednesday, November 24, 2010

Dia ( part 3 )

sambungan dari DIA ( part 1 ) serta DIA ( part 2 ) . Kuberikan linknya..tinggal klik, jika ingin tahu cerita sebelumnya.

"Istighfar mbak..ikhlasno..ikhlasno..ben luwih enteng..yoo." Mbak...melek mbaak..ojo merem ngunu..astagfirulloh...kipas-kipas..dikipasi wae ki...mbak..mbak.."( kata seorang ibu muda yang berjilbab sambil mengipasi si ibu)
==================================================================== 
Sore ke malam itu, aku tak bisa tidur. Rasa kantuk yang tertahan pasca kepulanganku dari Bandung, rasa rasanya menguap begitu saja, pasca kudengar berita duka itu. Hingga akhirnya aku tertidur jam 23.xx dan terbangun jam 03.xx dini hari. Sesekali kulihat HP, membalas sms yang masuk dari teman-teman yang bertanya soal berita duka tersebut. Kubaca pula sms dari Agung, Mas Eja, Santo, Wikan, Sandya, Sari, serta Andy. Hmmmphh....

Dan akhirnya, tak terasa sudah pukul 06.30. Akupun berangkat ke kampus, karna menurut perjanjian kami harus berangkat jam 07.00 WIB. Sejenak aku menghampiri Sandya di kosnya terlebih dahulu, baru menuju ke halaman bawah Masjid Al Muqtasidin, masjid kampusku. Bertemu dengan teman-teman yang terlebih dahulu berkumpul. Aku masih netral, bertemu dengan mereka. Tapi tatkala bersua dengan Mas Eja, Mas Fendy, Sari, serta Agung dan Andy, tiba-tiba perasaan kehilangan itu muncul. Fyuuuh.. kuhela nafas. Astagfirulloh....astagfirullah.. 

Tepat pukul 07.35 WIB kami berangkat. Dengan menggunakan 4 mobil, serta kurang lebih 20an anak. Kulihat para power ranger berada dalam 1 mobil Avanza hitam. Bakti, Agung, Andy, Tinton.  Akhirnya, aku melihat mereka berkumpul formasi lengkap. Lengkap??!? tidak lengkap sebenarnya. Karna ada yang kurang.....ranger biru kotak-kotak. Aku tak tahu apa yang ada dalam benak mereka saat itu. Entah.. Bahkan aku pun tak tahu apa yang kurasa saat itu.

Aku dan Sari berada dalam 1 mobil, bersama Nanda, Galih, Ridwan, serta Kaboel. Sementara Sandya, Mba Yeni, berada 1 mobil dengan crew perpus lainnya, seperti Mas Eja, Mas Fendy. Selama perjalanan berangkat, aku masih bersendau gurau sesekali dengan teman-teman. Perjalanan terasa lama. Pemakaman dimulai mulai pukul 10.00 dan perjalanan ini terasa lama buatku. Jalan Wates - Wates - Temon - Purworejo. Yaa, akhirnya jam 09.xx kami sampai di Purworejo. Sedikit lagi kita sampai. Bismillah.. kuatkan hati kami smua Ya Rabb..bisikku. Hingga akhirnya, mobil yang kami tumpangi pun berbelok ke arah kanan. Ke sebuah gang kecil. Hanya sekitar 50 meter dari jalan besar, bisa kulihat bendera putih itu. Bendera putih serta beberapa orang di pinggiran jalan. Para takziah. Keluarlah kami dari mobil, seraya menunggu teman-teman yang juga keluar dari mobilnya masing-masing. Perlahan, kamipun masuk ke gang kecil. Dari jauh, akhirnya kulihat rumah itu. Terletak di utara jalan, menghadap selatan. Rumah duka..


Kamipun disambut oleh ayahandanya di teras rumah. Perih aku melihat beliau. Orangtua mana yang tidak sedih, tatkala anak sulung kebanggaannya berpisah lebih awal. 
"Maafkan segala kesalahan putera saya ya.."  
Airmatapun tampaknya tak terbendung ketika beliau berjabat tangan dengan para power ranger. Bakti, Tinton, dan tentu saja Agung serta Andy. Entah apa yang diucapkan mereka satu sama lain. 

Dari teras rumah itu, aku sudah melihat dia. Ya..dia yang terbaring membujur utara ke selatan. Berselimutkan jarik dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

Innalillahi wa innaillaihi rojiun.. Innalillahi wa innailaihi rojiun..innalillahi wa innailaihi rojiun..hanya kalimat itu yang terucap dari bibirku. Mataku perih, dan kulihat beberapa teman perempuanku pun juga tak kuasa menahan tangis. Terlebih ketika kami bersua dengan ibundanya di dalam rumah. Rumah mungil yang kini dipenuhi oleh kami, rombongan takziah dari Yogyakarta. Kulihat teman-temanku lelaki perlahan mendekati jenazahnya. Mendoakan, serta melihat raut wajahnya tuk yang terakhir kali. Dan, seperti rencana semula. Kami mensholatkan dia. Tinton, Andy, Agung, Bakti serta beberapa teman yang lain, berkesempatan menyolatkan dia dalam 1 jamaah. Baru setelah itu aku dalam jemaah yang berikutnya.


Allahu akbar.. (takbir pertama)
Suara Nanda mengimami aku dan teman-teman puteri serta beberapa teman lelaki.

Allahu akbar.. (takbir kedua)

air mataku tak kuasa jatuh..Astagfirulloh..ini temanku, seumuranku..Teringatku akan semua sms semangatnya, kenangan dia yang masih senyum, walau sebenarnya dia kesakitan..

Allahu akbar.. (takbir ketiga)
Kurasakan suara Nanda pun tercekat. Seakan menahan tangis..

Allahu akbar.. (takbir keempat)
Assalamu'alaykum warahmatullah... Assalamu'alaykum warahmatullah..


Ya Rabb, aku selalu berusaha melihat hikmah di setiap kejadian. Ketika aku melihat hikmah itu, aku tau kalau aku akan bisa tersenyum, walaupun kejadian itu tak kumaui sekalipun. Itu yang kurasa tatkala Ayahandaku meninggal. Aku masih bisa tertawa, senyum dalam kehilanganku dikala itu. Karna kutahu, dan karna aku bisa melihat skenarioMu yang begitu indah. Aku baru menangis sedih, tatkala ada yang ingin kulakukan, namun belum kesampaian. Menunjukkan kalau aku lulus ujian skripsi, misalnya. Ataupun wisuda, lamaran, serta momen menikah nantinya. Di waktu-waktu itu, pasti aku akan menangis kehilangan.


Siang itu, aku menangis. Jauh lebih menangis daripada di hari waktu Ayahku meninggal. Ada yang belum kulakukan untuknya. Sms penyemangat? belum kukirimkan. Niat..niat..niat..hanya niat saja, tak kulakukan. Kunjungan untuk menengok di hari Ahad? astagfirulloh..itu juga belum kami lakukan. Dalam kondisi itu, aku merasa sangat sedih. Ada yang belum aku lakukan. Ada yang belum aku tunjukkan, padahal aku sudah berniat. Astagfirulloh..
 
Seakan aku diingatkan oleh Allah, jika punya niat baik..segera lakukanlah..Janganlah ditunda! Karna apapun bisa terjadi..

Beberapa waktu kemudian pasca kami selesai mendoakan, pihak keluargapun segera memulai prosesi pemakaman. Dari dalam rumah, kudengar suara MC yang memulai acara dalam bahasa jawa. Sesaat kemudian, beberapa orang mendekati jenazahnya. Mulai mengikatkan 7 tali serta merapikan pakaian terakhirnya. Astagfirulloh. Itu temanku. Terlintas dalam pikiranku, benar-benar Allah yang Maha Tau umur hambaNya. Mau 60 tahun, 30 tahun, atau 24 tahun? itu kehendak Allah. Seakan lewat dirinya, Allah mengingatkan kami, untuk bersiap menghadapi kematian setiap saat.  

Bagaimana jika aku yang terbujur kaku? apakah akan banyak yang menangisiku, seperti saat ini? kalimat tanya itu terlintas dalam benakku.
Kulihat Nanda, Galih, serta beberapa teman lelaki mendekati jenazah. Termasuk Andy. Kudekati Agung yang waktu itu masih di dalam ruangan satunya. Agung terdiam, terduduk di tikar yang terhampar di ruangan. Raut muka yang begitu sedih, tampak terlihat. 
"Gung...keluar yuk.." kataku.
Dia hanya menggelengkan kepala sambil berusaha menahan airmatanya. 
"Ra kuat aku, Del..tak disini saja
sahut dia seraya menundukkan wajah serta menelungkupkan kedua tangannya. 
"Yuk..metu yuk..dia pasti senang, kalau sahabatnya mau menemani. Kita juga dah sampai sini..yuk. 
Dan akhirnya, beberapa detik setelah itu, barulah Agung berdiri, dan perlahan mendekati jenazah. Mendekati teman-teman yang terdiam membisu melihat tubuh sahabat mereka disiapkan untuk perjalanan terakhir ini. Setelah pakaian putih itu selesai dibenahi, barulah orang-orang itu membawanya keluar rumah. Doapun dimulai. Al - Fatihah..serta serangkaian doa dipanjatkan. 


"Kursi..kursi.." kata salah seorang tetangga dan juga Andy yang meminta kursi sebagai tempat ayahandanya. Dan beliaupun akhirnya duduk di kursi, sambil menatap jenazah anaknya yang siap diberangkat. Ditemani oleh putera keduanya. Ohh, akhirnya aku melihat adiknya yang selama ini diceritakan ke aku. 


"Istighfar mbak..ikhlasno..ikhlasno..ben luwih enteng..yoo." Mbak...melek mbaak..ojo merem ngunu..astagfirulloh...kipas-kipas..dikipasi wae ki...mbak..mbak.."  ( kata seorang ibu muda yang berjilbab sambil mengipasi si ibu)


Kulihat ada beberapa tetangga serta saudara yang menemani ibunya yang terduduk lemas. Tampak pasrah dan ikhlas, namun tetap saja kehilangan yang teramat dalam terlihat dari wajahnya. Beliau hanya memejamkan mata selama doa dan prosesi dilakukan. Dan akhirnya jenazahpun diberangkatkan. Sepertinya orangtua masih berada di rumah, tatkala jenazah berangkat diikuti oleh para takziah yang berjalan kaki. 


Makam hanya berjarak sekitar kurang lebih 300 meter. Rumah baru dia berada di samping sungai kecil yang mengalir. Kulihat, perlahan para tetangga menurunkan jenazahnya. Mengaturnya, lalu sedikit demi sedikit mereka menutupnya dengan tanah. Ya, akhirnya jenazah itu perlahan tertutup oleh tanah. Kembali aku berasa diingatkan akan suatu kematian. Kematianku sendiri. Inibaru kali kedua aku melihat dari dekat prosesi pemakaman sampai selesai. Kulihat, salah satu pengubur itu kemudian membuka sebutir kelapa, menuangkan air kelapa ke gundukan tanah yang baru saja terbentuk itu. Kemudian membelah kelapa itu jadi dua, dan meletakannya satu per satu di ujung makamnya. Doa bersamapun dipanjatkan. 


Seusai doa, beberapa takziah mengambil kerikil, lalu meletakkan atau melempar perlahan ke arah makam. Aku tak tahu kebiasaan ini. Yang pasti, perlahan mereka satu per satu meninggalkan makam. Tinggallah kami, para takziah dari Yogya yang akhirnya mau tak mau juga harus pergi dari tempat ini. Di sampingku, Sari yang sedikit terisak mengabadikan rumah baru itu via kamera HP. Aku hanya berbisik pada Sari "Siapa yang  jadi orang terakhir yang meninggalkan makam ya? Nanti langkah ketujuh darinya pasti dia akan didatangi malaikat." Hufftt...  

Dan akhirnya, akupun juga melangkah menjauhi makam itu. 
 "Pamit dulu ya ranger biru kotak-kotak..baik-baik di sana ya..yang pinter jawab pertanyaan dari malaikat ya.."
ucapku sendu sambil melangkahkan kaki. Meninggalkan makam itu diiringi gemericik aliran sungai kecil yang ada di samping makam. 





Ini sekedar cerita dariku. Kuceritakan tentang  kebaikan yang ada pada dirinya, yang kutahu.. Tentang dirinya yang mengingatkanku arti kehidupan yang sementara ini. Dia yang jarang mengeluh pada orang luar, walaupun kondisi pahit sekalipun. 


Dia yang selalu berusaha berpositif thinking akan skenario Allah. Dia yang selalu semangat. Dia juga yang mengajariku akan rasa tanggung jawab terhadap adik, dan orangtua. Dia pula yang mengingatkanku akan mahalnya nikmat sehat serta pentingnya menggunakan waktu luang sebaik-baiknya. Dia yang kulihat selama di rumah sakit, selalu sholat tepat waktu. Mendengarkan murotal. Serta slalu berusaha tampak senyum di depan orang lain, walau sakit sekalipun.


Terimakasih Allah, Engkau telah mengenalkan aku padanya. Sangat singkat pertemuan kami. Dan aku memang bukan siapa-siapanya. Banyak peringatan yang Kau berikan pada kami lewat dia. Hidup yang singkat. Kematian yang bisa datang kapan saja, serta masih banyak lagi yang telah Engkau ajarkan lewat dirinya.  Termasuk peringatan agar kami tidak menunda suatu rencana yang baik. Dia banyak memberikan makna pada kehidupan kami. Sekarang, giliran kami yang akan berusaha memberikan yang terbaik buat dia. 


Ya Allah, Semoga Engkau senantiasa menghapus dosanya. Semoga setiap sakit yang ia derita kemarin, bisa menjadi penghapus dosanya. Semoga Engkau senantiasa melapangkan kuburnya. Semoga Engkau senantiasa menerangi kuburannya. Terimalah segala amal kebaikannya. Semoga senantiasa mengalir amal jariyahnya. Semoga doa kami ini sampai pada dirinya. Sampaikan rasa kangen dan terimakasih kami untuknya Ya Rabb. Semoga keluarga yang ditinggalkan bisa senantiasa ikhlas. Dan doaku, semoga Engkau bisa membarokahi sisa umur kami, serta mengumpulkan kami semua kelak di SurgaMu bersama orang-orang muslim lainnya. Amin..


Itulah ceritaku tentang dia. Dia yang diberi nama FANDI SETIAWAN oleh orangtuanya. FANDI, si power ranger biru kotak-kotak.  :)





Tuesday, November 23, 2010

Dia ( part 2 )

 sambungan dari DIA - PART 1 (kuberikan link sajalah..tinggal klik kalau mau baca)

"Aku semangat kok! Kan kabeh wis ono sing ngatur. Gur sok-sok aku mikir, aku salah opo yoo, kok ndilalah diuji koyo ngene. Mesakne ibu..mesakne bapak. Ahhh...lagi nyadar, sehat kui larang. Bernapas itu ternyata mahal harganya. Lagi ngrasakne saiki. Emang kita harus banyak bersyukur."
==============================================================


Awal Agustus 2010 - Bulan Ramadhan -
Entah kali keberapa aku datang ke rumah sakit itu. Antara dua sampai tiga kali. Semakin sering pula aku berkomunikasi dengan mas Eja, mas Fendy, mas Adith, Sari, Sandya.  

Masih kuingat, tanggal 6 dan 7 Agustus 2010 aku kesana. Menjenguk dia, dan bertemu dengan Andy, Agung, beserta temannya kos serta teman sepermainan. Keduanya bernama Bayu.  Aku kenal dengan Bayu si teman sepermainan Andy. Kenal di dunia maya tepatnya. Alhasil, aku malah bernostalgila dengan Bayu di rumah sakit itu. Niat hati mengunjungi dia, si biru kotak-kotak. Namun tampaknya, malah lebih cocok kalau disebut kami ini sebagai pengganggu ketenangan. Bagaimana tidak? di ruangan sempit itu, aku, Bayu, Agung, malah bercandaan terus. Lebih dudul lagi tatkala kami sedang ramai seperti itu, tiba - tiba dari bawah kolong tempat tidur, ayahandanya muncul. Astagfirullah.. kagetlah kami waktu itu. Kami tidak mengira kalau si ayah sedang istirahat di bawah kami.  

"Maaf..pak..nyuwun sewu, kulo mboten mangertos menawi bapak wonten mriku" sahut temanku.
(maaf bapak, saya tidak tahu kalau bapak ada di bawah situ)

 "Mboten menopo-menopo..monggo dipun sekecak'aken. Kulo wau saking Kebumen. Tilik anak sijine." 
(tidak apa-apa..silahkan dilanjutkan. Saya tadi dari Kebumen, menengok anak satunya). 

Begitulah kata si bapak sambil tersenyum dan meninggalkan ruang dengan raut muka yang tampak sedikit lelah. Meninggalkan kami yang masih sedikit kaget dengan munculnya beliau yang tiba-tiba dari bawah kolong tempat tidur. hewww!! 

Cukup lama aku di tempat itu. Sekalian mengobrol dengan Bayu yang notabene baru saja mendapat beasiswa ke Jepun selama setahun. Selain itu, aku juga bertemu dengan Wikan dan Rizky, teman sekelasku yang turut menengok. Sempat bersua juga dengan Sari yang menyempatkan diri menjenguk sepulangnya dari dines. Dari Andy dan Agung, kutahu bahwa pengobatan selanjutnya menunggu hasil rontgen serta laboratorium. Tapi menurut dokter, memang benar, bahwa itu adalah tumor, dan kemungkinan pengobatannya dengan cara disinar. 

Masih kuingat pula, tanggal 8 Agustus, aku berniat bertemu dengan Agung ataupun Andy untuk memberikan amanah dana yang dititipkan beberapa teman sekelasku. Siang hari aku kesana, bersama mas dan bunda. Kebetulan mas sedang datang ke Jogja, lalu kubawa serta bersama bunda. Sayaaaang...kami terkena aturan jam besuk. Padahal bundaku ingin menengok dia juga. Maklum, bunda sering kuceritakan soal dia. Alhasil, aku hanya bertemu Agung, di lantai 1. Dan akupun juga hanya kirim sms pada dia. 


"Semangat ya baaaang!maaph ga mampir ke atas, ternyata ga dibolehin naik nih.. "
yang oleh dirinyapun dibalas 
"Ia g apa, semangat kok dtmani teman2 baik"  (08/08/2010 ; 15:15;48)

sms yang tak sengaja, masih tersimpan di inboxku hingga saat ini.
 
Masih kuingat juga di pertengahan bulan waktu itu. Anak-anak perpus berencana untuk buka bareng di rumah sakit. Aku diajak serta. Mereka janjian jam 16.00. Ternyata aku datang terlalu ontime. Alhasil aku sebagai pengunjung pertama dirinya sore itu. Dari jauh, kulihat dia sedang duduk di atas kasur. Tangan kanannya memegang buku, yang ternyata adalah Al Quran kecil. Di luar ruangan, kulihat ibunya duduk. Kudekati, dan kusapa sebentar sambil bercerita kalau nanti teman-teman ingin berbuka bersama dirinya. Lalu perlahan, akupun masuk ke ruangan sempit itu. Mendekati dia.

"Gimana kabar? Kata Mas Eja, ada yang abis nyalooon en potong rambuut di salon kiy" kataku sambil cengar-cengir. "ahahaa...iyo ki, potong rambut sidane.. heee...Alhamdulillah..masih diberi nikmat sakit nih". 

Kurang lebih itulah jawabannya. Sambil menutup lembaran Al -Quran yang dibaca, lalu meletakkan di sudut kasur. Matakupun melihat ada headset putih di sudut kasur. Oh, ternyata headset beserta ipod kecil.

"Aku biasane ngelu nek kesuen moco ki. njuk biasane ngrungokne iki. Murotalan.Nganti banter kae, sok-sok dijak ngomong karo perawate, aku ra krungu." kata dia sambil senyum. 


Senyuman itu. Keceriaan itu. Masih tampak jelas di wajahnya yang kian mengurus. Sorot mata lelah sesekali tampak dalam pandangannya. Bicaranyapun sepatah sepatah.

" Wislaaah..rasah kakean cerito sik. Ki mengko cah-cah arep do buko ning kene. Tapi kayake aku kegasiken. Tur aku mengko kudu bali, ra melu buko ning kene yoo. Ki tak gawakke juz sirsat karo jambu biji. Aku dodolan lho saiki, ning ngarep umah. Gantine Mr. Burger." cerocosku waktu itu sambil senyum senyum ga jelas.


"Haa..aku gelem'e Mr.Burger koyo mbiyen"  kata dia. Dan akupun bercerita soal kegiatan Kampung Ramadhanku tahun ini. Tak lama kemudian ibundanya pun mendekati. Akupun bercerita pada ibunya, kalau dia pernah datang ke rumahku, bersama Power Ranger di saat Ramadhan. Kuceritakan pula soal Bayu yang mau berangkat ke Jepang sebulan lagi. (maaph Bay..ngrasani kiy!).  

Beliaupun malah bercerita soal anaknya yang terakhir, yang tiba tiba minta disunat beberapa hari lalu. Membuat ayahanda terpaksa balik ke Kebumen. Obrolan ringan diantara kami bertigapun terus mengalir di ruangan itu. Termasuk gurauan soal insiden dirinya yang potong rambut di salon sebelah rumah sakit. Memang, dia tampak lebih seger'an pasca rambutnya dipotong.

"aku ra betah ki...rambutku kan ra tau dikeramasi. Njuk rasane kok sumuk banget. Yowis, wingi ngobrol-ngobrol karo perawate, eh..jeblane iso potong rambut ning salon sebelah kunu kui"
"Heee?!?! ~aku masih kebingungan membayangkan bagaimana dia diperbolehkan ke salon di pojokan jalan Kauman itu. 

"Karo bapak..disurung nganggo kursi roda. Ndi tekan kono aku dikeramasi suwwwii banget. Koyo-koyone rambutku ki reged banget kae lho. Njuk lagi dipotong.. waah,, rasane seger tenaan..!!"

Masih kuingat obrolan itu. Masih kuingat gerakan tangannya yang menirukan kapster waktu mengeramasi rambutnya. Masih kuingat senyuman ceria di wajahnya saat bercerita. Ceria, walau terkadang harus beristirahat sejenak, mengatur nafas, di sela-sela obrolan itu. Masih kuingat pula ibunda juga terkadang nimbrung percakapan kami. Bercerita soal si bapak yang ternyata sudah jalan ke Pasar Ramadhan di Kampung Kauman. Gurauan- tawa canda antara ibu dan anak yang saling menimpali. Kulihat sorot mata ibu yang lelah tapi senang melihat anaknya bisa ceria. Kulihat pula dia yang sesekali tertawa renyah saat obrolan kami bertiga ini. Dia yang katanya divonis sakit *tumor* oleh para lelaki berbaju putih itu. 

"Saya permisi sebentar ya Nak". Kata ibu waktu itu. "Nggih bu, monggo" sahutku. Dan akupun kembali hanya berdua dengan dia untuk beberapa waktu. Karna sudah jam jenguk, maka pasien di sebelah pun juga mulai ramai dikunjungi. Namun tidak dengan dirinya. Masih hanya ada aku, dan dia. Sesekali aku melihat Hp dan jam di dinding. Lama nian mereka, malah jadi berdua begini, gumamku sedikit kesal dalam hati. 

"Pengen opo kowe? Tak gawakke opo, bang? " tanyaku. 
(pengen apa kau? mau tak bawain apa, bang?)
 
"Aku gur pengen mari, njuk iso Ramadhanan meneh koyo biasane" sahut dia perlahan namun dengan nada berat. 
 (aku hanya ingin sembuh, trus bisa Ramadhanan lagi seperti biasanya)

"Sabar yaa..ayo semangat! bismillah..banyak yang sayang dirimu, banyak yang peduli, dadi kowe kudu semangat yo". 

"Aku semangat kok! Kan kabeh wis ono sing ngatur. Gur sok-sok aku mikir, aku salah opo yoo, kok ndilalah diuji koyo ngene. Mesakne ibu..mesakne bapak. Ahhh...lagi nyadar, sehat kui larang. Bernapas itu ternyata mahal harganya. Lagi ngrasakne saiki. Emang kita harus banyak bersyukur."

Kata dia sambil menghela napas. Kalimat yang panjang darinya. Panjang karna dia harus pandai pandai mengatur napas. Aku serasa bisa merasakan sakit itu. Aku memang penderita asma. Tapi kuyakin, asmaku ini pasti belum ada apa apanya dibandingkan penyakit yang hinggap di tubuhnya. Tatapan itu. Hufftt.. dalam kondisi ini, dia masih saja semangat. Terkadang aku ingin tau apa yang ada di dalam benaknya. Satu tanya yang sering kutanyakan pada Agung dan Andy selaku teman terdekatnya. 


19 Agustus 2010
"Mb delta, hr ini aq plg"

Tepat pukul 09:39:46 aku menerima sebuah sms darinya. Alhamdulillah...ucapku tatkala membaca berita itu. Kubalas dengan sms yang berisikan, aku turut senang atas kepulangannya dia ke Kebumen. Yaaa....dia memang pulang ke Kebumen, namun beberapa hari sekali tampaknya dia harus menjalani rangkaian proses penyembuhan. Minimal, dia sudah tak ada di rumah sakit lagi. Minimal dia berada di rumah, di lingkungan orang orang terdekatnya. Itu pikirku. Semenjak saat itu, aku tak terlalu intens sms dengannya. Hanya tau berita dari Andy, ataupun Agung. 

==== September, Oktober 2010========

2 bulan berlalu dengan sangat cepat kurasa. Pasca akhir bulan itu, aku jarang sms dia. Kalaupun kusms, dia skarang tidak pernah membalas. Aku masih teringat, kalau dia pernah bilang untuk smspun, kepala terasa pening. Jadi dia malas balas sms. Tak apa, cukup smsku dibaca. Cukup aku tahu kondisi dia lewat teman-temannya. Mungkin aku terlalu egois. Setelah lebaran, aku mulai disibukkan dengan kegiatanku sendiri. Jobseeker. Aku melupakan dia ataupun cerita tentangnya. Bahkan untuk bertanya pada mas Eja, Andy, ataupun Agung, terkadang itupun terlupakan olehku. Hanya yang kutahu, dia di Kebumen, dan pengobatan terkadang di Gombong, yang lebih dekat dengan rumahnya. Tak terasa, akhir September, Bayupun sudah berangkat ke Jepang. Akupun juga mulai fokus menata hidup. Yogyakarta - Jakarta. Mengejar PR tahunan yang harus kuselesaikan. Hingga tak terasa bulan Novemberpun tiba.

November 2010
Awal November, aku mendapat berita via chat oleh Andy. Andy cerita padaku, kalau kondisinya menurun. Kakinya susah digerakkan, itu kata Andy. Aku terdiam tatkala membaca satu demi satu chatingan yang ditulis Andy waktu itu. Memang, aku tahu kalau tumor dan kanker itu saling dikejar waktu. Kalau tidak ditangani serius serta ada dana, apapun bisa terjadi. Termasuk kondisi yang memburuk. Tapi berhubung aku mau ujian di Jakarta, aku belum sempat sms bernada penyemangat ke dirinya. Entah mengapa, aku malah mengirimkan sms ke Mas yang waktu itu berada di tanah suci. Berisikan, smoga dia selalu diberikan kesabaran, dan jalan yang terbaik dalam sakit tumornya. (4 Nov - 21:53). Doa bisa dimana saja, tapi tak ada salahnya kan? menitipkan doa untuk dipanjatkan di tanah suci, pikirku saat itu. Semakin banyak yang doain, malah semakin bagus.

Pada kesempatan lain, sepulangku dari ujian PU di Jakarta, Andy juga memberitahukanku bahwa baru saja ia ditelpon olehnya. Tapi, Andy tak begitu faham dengan apa yang diceritakan. Dia, sudah agak susah berbicara. Astagfirullah.. Dari situ, aku mulai bertanya..kapaan kalian jenguk ke Kebumen? Aku pengen jenguk dia, bisikku dalam hati. Mungkinkah? Terlebih, ketika Andy memforward isi sms yang dia terima darinya. Yang intinya, sebenarnya dia ingin menyerah, tapi sebagai muslim..harusnya ga boleh menyerah kan?!? Sms yang menyiratkan kalau dia sudah kesakitan, tampaknya. Apa yang ia rasa saat itu? Entah.. Yang kutahu, harus ada teman-teman dekat yang slalu mensuportnya. Lagi-lagi aku berniat mengirimi dia sms penyemangat. Tapi ntah, slalu saja aku mengurungkan niat. Nanti dululaah.. biarkan power ranger yang menyemangatinya dulu. Nanti..nanti..dan nanti.. 

Minggu kedua November.
Aku sempat bertanya, soal rencana ke Kebumen pada Agung, dan Andy. Ama siapa aja? naik apa? kapan? pertanyaan semacam itu kuajukan pada mereka berdua. Dari Andy, aku tahu kalau dia ingin mengumpulkan Power Ranger di akhir minggu. Kukira minggu kedua, sebelum idul adha. Namun karna banyak alangan, serta entah apa alasannya, akhirnya diputuskan bahwa rencana menjenguk ke Kebumen, insyaallah tanggal 21 November 2010. Di minggu kedua inipun, aku masih fokus pada diriku sendiri.  Maklum, lagi-lagi aku pergi ke Jakarta, disambung ke Bandung. Sampai Yogyakarta hari Jumat pagi. Tanggal 19 November 2010.

Kurang lebih pukul 09.xx
Lagi-lagi kuterima chatingan dari Andy. 
Dia koma.
Aku baru saja terima kabar dari keluarganya.  
Innalillahi.. kataku tatkala membaca chatingan di layar komputerku. 

Aku bar tangisan ki karo Agung. Rencana menjenguk besok Ahad, dimajukan besok pagi. Semoga masih diberi waktu, untuk ketemu dia. 

Entah apa yang kurasa. Entah apa yang mereka rasa. Yang pasti, di siang hari, aku lagi-lagi terima berita dari Andy. 

Innalillahi, dia sudah dipanggil Allah swt. Agung lagi ntas ditelpun keluargane.
dan sederet kalimat penjelas lain yang ditulis Andy namun tak begitu kugubris, karna aku hanya fokus pada kalimat pertama..

Innalillahi wa innaillaihi rojiun. 
Aku memang tidak terlalu dekat dengannya. Tapi..kenangan demi kenangan itu, satu per satu menghampiriku. Senyumannya, sorot matanya, ibundanya, bahkan ayahandanya. Tak terasa, air mataku mengalir. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Tak kukira secepat ini.. Astagfirulloh....

(bersambung - :) )





Dia ( part 1 )

"Aku punya seorang teman lelaki. Kami memang tidak terlalu dekat. Namun, dari dirinya aku belajar banyak hal. Dari dirinya, aku makin mengenal arti cinta keluarga, serta arti kehidupan yang sebenarnya. Aku ingin menulis dan bercerita pada kalian, tentang dirinya. Karna aku bangga, pernah mengenalnya".  ^^

Entah mulai kapan aku mulai mengenal mereka. Aku lupa tepatnya. Yang kuingat, aku satu kampus. Bahkan terkadang satu mata kuliah. Tapi karna memang aku dasarnya cuek dengan yang namanya lelaki, jadi ya aku tak terlalu menghiraukan kehadiran mereka. Satu dari mereka adalah teman sekelasku. Tinton, begitulah panggilannya. Baru kemudian kutahu bahwa mereka biasanya tergabung dalam 5 lelaki yang menamakan diri sebagai Power Ranger. Bakti, Tinton, Andy, Agung, dan dia. Ya, dirinya yang kuanggap bermuka paling cute dan paling kalem daripada anggota power ranger yang lain. 

Andy. Darinya, aku mulai mengenal anggota power ranger itu. Awalnya aku takut pada sosok Agung, yang berambut rasta. Sangar. Sementara Andy sendiri, seingatku..agak gaool dengan rambut sedikit disemir. Hufft..dibandingkan dengan anggota yang lain, aku lebih respek pada penampilan dirinya. Si power ranger biru kotak-kotak. 

Biru kotak-kotak :)
Smua orang yang mengenalnya pasti setuju dengan sebutan itu. Tadinya sih aku tidak peduli dengan baju yang ia kenakan. Tapi, kalau kuhitung-hitung dan kubuat pemisalan, dari 10 kali pertemuan di kampus, 7 kali diantaranya ia memakai baju biru kotak-kotak dengan celana kain hitam, serta berambut berbelah tengah. Itulah dirinya. 

Ramadhan 3 tahun lalu. Tepatnya 2007. Sepertinya itulah awal mula aku mulai mengobrol dengan dirinya. Pertama kali dia datang ke rumahku beserta Andy, Tinton, serta Agung. Mengunjungi Kampoeng Ramadhan di kampungku, lalu numpang berbuka. Baru kutahu, ternyata Agung tak sesangar dulu. Toh rambutnya juga sudah berubah. Baru kutahu, ternyata dirinya pun tak sekalem penampilan yang kulihat selama ini.Ya, dirinya yang waktu itupun juga memakai baju biru kotak-kotak. Karna tak ada makanan, kubelikan mereka Mr. Burger yang kebetulan memang dijual di depan rumahku. Kusediakan juga kacang telur satu toples, yang ternyata malah diangkut semua buat dibawa pulang oleh dirinya dan anggota power ranger yang lain.  Saat itulah aku tahu, bahwa ternyata power ranger tidak seseram itu. Para lelaki itu tetaplah para lelaki dudul yang gemar bercanda. 

Dia datang lagi ke rumahku, pada 13 Maret 2009. Tepat di sore hari, dia beserta power ranger dan beberapa teman lain datang ke rumahku. Kuingat dengan jelas, karna waktu itulah ayahandaku meninggal dunia. Dan waktu itu sepertinya ia juga pakai baju biru kotak -kotak. 

Semenjak itulah, aku makin kenal dirinya. Terlebih saat pertengahan tahun 2009. Disaat aku mulai berkutat dengan skripsiku. Rutinitas yang membuatku menjadi rajin berkunjung ke perpustakaan lantai 2 maupun lantai 3. Yup..dirinya waktu itu ternyata diterima menjadi pegawai perpus paruh waktu. Lagi-lagi berdua bersama Agung. Dimana ada Agung, seringkali disitu ada dirinya. Atau kalau tidak?  shift mereka bergantian. Berhubung aku sering online di rumah, dan para perpus crew juga sering online ketika mereka dinas, maka aku pun juga jadi sering berjumpa dengan dirinya via chat fesbuk. 

Masih kuingat, siang hari waktu itu, aku di perpus lantai 3. Dia yang jaga. Aku awalnya hanya berbasa-basi, tapi akhirnya malah sharring pikiran. Baru waktu itu, aku makin salut dengannya. 

"Aku gur pengen cepet rampung skripsi ki..ben gek ndang kerjo, njuk ngrewangi bapak-ibukku nyekolahke adiku."

(*Aku hanya ingin cepet selesai skripsi, biar cepat kerja, lalu bisa membantu bapak dan ibuku menyekolahkan adikku.)

Ya, waktu itu aku, dia, dan Agung, sama-sama berada dalam 1 fase, yakni penyelesaian skripsi. Tapi kami beda dosen pembimbing. Dari perbincangan itulah aku jadi tahu kalau dia anak sulung dari 3 bersaudara lelaki. Asli Kebumen, dan lahir tahun 1985 atau seharusnya angkatan 2004. Waw..tampangnya paling cute, tapi ternyata usianya tua. Itu yang aku bilang ke dirinya waktu itu. Ibunya home industri kecil-kecilan di bidang konveksi. Dan ternyata, baju biru kotak-kotak tersebut, buatan ibunya. Dia juga bercerita kalau terkadang pulang ke Kebumen, lalu membantu ibunya menjahit.  Dia juga bercerita soal adik lelaki yang ingin kuliah di Yogyakarta. Sementara dia mengarahkan agar adiknya masuk STAN, ataupun UNY. Singkat cerita, aku bisa menyimpulkan kalau dia anak yang bertanggung jawab, baik, sayang dengan keluarga, serta pintar. Terlebih mengingat IPK dia sebenarnya nyaris cumlaude. Oiya, satu lagi..ternyata dia anak yang rame..dan tidak sekalem penampilan fisiknya dari kejauhan.. ^^

Januari 2010. 
Di bulan inilah, aku kebetulan bersama Agung akhirnya ujian skripsi. Meninggalkan dirinya yang ternyata masih belum beres dengan pendataan skripsinya. Jadwal dosen yang kurang bersahabat, tema ataupun faktor internal dirinyalah membuat dia terpaksa kami tinggalkan dalam perjalanan penyelesaian skripsi ini. 27 Maret 2010, aku dan Agungpun resmi selangkah lebih maju dari dirinya. Wisuda.

Di antara Januari sampai Maret itupun dia dan Agung lagi-lagi berkunjung ke rumahku. 2 kali. Untuk urusan kuisioner BI. Ternyata mereka ada parttime-an lain selain di perpus. Baru setelah itu, aku tak lagi banyak mendengar kabarnya. April 2010 kudengar akhirnya skripsi dia diACC untuk ujian. dan disusul di bulan Mei 2010 aku menyelamati dia karna dia akhirnya wisuda. Via sms kuucapkan selamat. Tapi ternyata, balasannya malah kurang enak. Kurang lebih isinya :
"Aku loro ki..awakku seh lemes, tapi yo alhamdulillah akhir'e wisuda.. Paling ngko langsung bali ning Kebumen" . 

(*aku sakit nih..badanku masih lemas, tapi ya alhamdulillah akhirnya bisa wisuda, paling nanti aku langsung pulang ke Kebumen)

Hemm..waktu itu memang dirinya terkena penyakit tipus. Kata beberapa temennya sih. Membuat diapun di hari yang seharusnya membahagiakan dia dan keluarga, seakan menjadi kurang lengkap. Pasca kejadian itu, akupun tak mendengar lagi kabar tentang dirinya. 

Pertengahan Juni 2010
Dari Andy, kudengar berita tentangmu. Bukan berita yang baik, namun berita yang mengatakan bahwa kondisimu menurun. Sakit entah apa penyebabnya. Kudengar pula, teman-teman dari perpus menengokmu. Waktu itu, aku hanya bilang, "get well soon, brader" . 

Akhir Juli 2010. 
Dari sinilah, semua dimulai. Lagi-lagi Andy yang mengabariku. 
  "wis niliki kancamu rung? mlebu ning rumah sakit lho"
(dah menengok temanmu belum? masuk rumah sakit lho.. )


Kagetlah aku. Lebih kaget lagi tatkala disebutkan kalo dia disinyalir mengidap penyakit yang tidak "biasa". PKU Muhammadiyah Jogja. Tepatnya lantai 2.Bangsal Arafah. Seulas senyuman menghiasi wajahnya tatkala aku datang mengunjungi dia tuk yang pertama. Tampangnya masih segar. Hanya tampak sedikit kurus, dibandingkan waktu aku terakhir bersua di kampus. Dan tanpa baju biru kotak-kotak kesayangannya. Berceritalah dia kalau dia pasca wisuda, sering tidak enak badan di rumah Kebumen. Di bangsal arafah itu pula, kulihat ibunda serta ayahanda setia menemani. Kulihat raut muka ibundanya yang tampak sedih, cemas, dan khawatir. Tidak paham dengan kondisi yang terjadi pada putra sulungnya. "Masih menunggu hasil laboratorium" begitu kata beliau.

Kamar pasien *seadanya* yang berisikan 4 pasien, termasuk dirinya. Tanpa AC, hanya sebuah kipas angin yang terpasang di atas.  Sesekali kulihat pasien di sebelah dikipasi oleh penjenguknya. Kipas angin itu memang tampak tak ada artinya bila dibandingkan dengan sepuluhan orang yang berebutan udara di ruangan sempit ini. Sehelai tikar juga tampak di bawah tempat tidur dirinya. Pasti untuk tempat istirahat ayah serta ibunda.Kondisi kamar yang sederhana, namun tetap kulihat sorot mata penuh semangat dari dirinya. Sesekali dia tersenyum ketika teman-teman yang menengok berkelakar menggodanya. 


Mulai saat itulah, entah mengapa terketuk hatiku untuk turut membantu sebisaku. Dia yang kemudian belakangan divonis *tumor paru-paru*. Tumor?!? suatu penyakit yang dalam benakku langsung terlintas 1 kata, yakni *mahal*. Aku melihat ada 2 pihak yang sangat membantu dia di saat kondisi seperti ini, selain keluarganya. Perpus crew serta power ranger. Dari sini mulailah aku kenal lebih jauh dengan anak-anak perpus crew. Mas Eja, Mas Fendy, Sari, Sarah, Septi, Sandya, dan masih banyak lagi. Power ranger? digawangi oleh Agung yang masih di Jogja, serta Andy yang selalu memantau dari jauh. Penggalangan dana pun mulai terlintas dalam benak kami. Akupun juga ingin membantu. Semampuku. Aku  merasakan, ada banyak orang yang peduli dengannya. Dengan kondisinya, serta dengan semangat juangnya. Bismillah. Penggalangan dana pun dimulai. 

Diawali dengan orang-orang sekelas, perpuscrew, serta teman-teman yang sekiranya kenal dengan dia. Awalnya masih backstreet, ataupun underground. Tidak terang-terangan. Tapi lambat laun, akhirnya teman-teman sekitar berdelapan orang inipun lebih go public, untuk menghimpun dana. Termasuk memberitahukan pada dosen. Subhanallah, selalu ada jalan kemudahan bagi orang orang yang membantu sesama muslim di jalan kebaikan. Itulah yang aku rasa. Sedikit demi sedikit, selalu ada saja kemudahan dan orang-orang sekitar yang mau saling membantu dalam kondisi ini. Aku merasakan atmosfer yang berbeda. Atmosfer kekeluargaan yang sangat kental. Atmosfer saling memiliki, saling membantu, dan mempunyai satu tujuan yang sama. Yakni ingin melakukan yang terbaik untuk dirinya. Si biru kotak-kotak.

~bersambung~ :)