Saturday, May 02, 2009

Sepucuk SuraT dari Sahabat

Siang ini, bunda menerima sepucuk surat dari teman SMA bapak, drg.Kuncoro.. Sepucuk surat yang mengisahkan tentang seorang alm.Ahriadi Saptomo dalam perspektif beliau. "Koentjert" demikian panggilan tenar beliau di kalangan rekan-rekan Padmanaba seangkatannya. Selain menjadi seorang dokter gigi, pak Koentjert aktif mengisi rubrik di buletin Padmanaba.. Berikut kiriman surat beliau, tanpa ada pengubahan sedikitpun..baik isi maupun tata letak..

Surat dari Yogya
Dalam Kenangan :
A.S.
Ahriadi Saptomo
(9 Mei 1949 - 12 Maret 2009 )

Berita radio tak bermula ketika kabar disiarkan. Tiap kali sebuah berita tersiar, ada sisi yang kelihatan dan tidak kelihatan. Bahkan pada siaran radio di seluruh dunia, bagian yang tak tampak sebenarnya lebih besar perannya. Para pendengar umumnya tak ingat bahwa hampir tiap kalimat yang terdengar, ditopang oleh sebuah aturan dan sistem kerja, perencana anggaran, persiapan logistik, juga latihan ketrampilan yang bertahun- tahun. Sayangnya sejarah penyiaran radio selalu mengabaikan yang tak kelihatan itu.

Salah seorang yang mengelak dari applaus itu adalah A.S. Saya mengenalnya di 2 Pal 2 th 1964 SMA 3 Padmanaba. Seorang pemuda hitam manis yang bicaranya meledak-ledak, dengan otak yang penuh ide. Mula mula saya tidak begitu memperhatikannya. Baru setelah A.S menunjukkan kepiawaiannya dalam bidang elektronika, saya mulai mengaguminya.

Waktu itu lagi musimnya radio amatir. Ada Suara Istana, Yasika, Retjo Buntung, Serra Alfa Lima, dan lain sebagainya. Ternyata hampir semua radio amatir di Jogja ada di bawah bimbingannya.

Sebelum pulang sekolah kami selalu saling janji, saya memonitor radio amatirnya, A.S memberi kode gelombang radionya. Paginya kita diskusikan mutu siarannya tersebut.

Bagi saya, dialah pembentuk utama ethos Padmanaba. Sikap kerjanya seperti para pendaki gunung dan tebing. Puncak, tujuan itu, harus dicapai. Untuk itu dibutuhkan ketabahan pribadi, dan tak kurang penting kerjasama dan saling mempercayai. Saya hormat padanya untuk tidak pernah ia menyerah untuk pembentukkan I'esprit de corps, yang bilamana kita menyadari, inilah Roh-nya Padmanaba.

Sebuah koran terkenal di Jogja memuat berita kematiannya. Tokoh radio/penyiaran, A.S. yang dikenal melalui radio GCD meninggal dunia karena serangan jantung. Jenasah diberangkatkan dari rumah duka, Jogokariyan 438 ke makam Krapyak, Jumat, 13 Maret 2009 pukul 13.00

A.S juga aktif produktif membantu penerbitan Yogya Semesta sebagai redaktur pelaksana. Kehidupan dan kematiannya seperti persambungan pagi dan petang; erat, cepat, dan bersahabat. Segar bugar di hari Kamis pagi, siangnya ia rebah dengan serangan jantung.

Dia adalah pejalan jauh yang tangguh dengan enduransi yang melampaui usianya. Tapi siang itu dia berhenti. Jalan telah berujung. Tenggat akhirnya tiba, setelah tugas kehidupan ia tunaikan sepantas-pantasnya, dengan prestasi terpuji.

Teman sebangkunya di Padmanaba berkata, "Dia tidak pergi, Dia hanya pulang"

Wajah A.S. tenang dan lena, seperti pejalan jauh yang pulang ke rumah lalu lelap dalam tidur panjang.

Hari terakhirnya sebelum meninggal dihabiskan dengan rapat Pemkot Yogya kemudian menuju kantor GCD di Muja-Muju.

Ah, kenangan itu...., wajah yang segar, seusai rapat dia melintasi ruang demi ruang, bertanya kabar, sesekali tawanya pecah berderai.

Humor nyaris identik dengan dirinya. Dan Tuhan agaknya berkenan mendengar derai tawa A.S lebih dekat. Dia memanggilnya pulang,untuk selama lamanya. Kami Padmanaba kehilangan seorang yang begitu berarti.

Ahriadi Saptomo beristirahat dalam damai.

Innalillahi wainnaillaihi roji'un

-Koentjret-
081x.xxx.xxx


No comments:

Post a Comment