Sejujurnya ku tak bisa ..Hidup tanpa ada kamu aku gila....Seandainya kamu bisa....Mengulang kembali lagi cinta kita..
Sepenggal lagu yang bahkan sampai skarangpun aku tak tau siapa penyanyinya itu, sering kudengar tatkala aku sedang naik angkot 44 jurusan Kampung Melayu - Karet. Seperti halnya sore itu. Mentari sudah mulai tergantikan oleh bulan dan nuansa senja mulai berasa. Ketika orang-orang yang berpakaian kerja rapi itu mulai duduk berdesak-desakan di angkot, aku mendengar lagu itu dinyanyikan. Bukan dari nada dering Blackberry penumpang angkot, tapi dari mulut seorang gadis kecil berkulit hitam nan kusam berusia skitar 6 tahun.
Dia, yang entah kutak tau siapa namanya, mulai naik dari Kampung Melayu turun di Stasiun Tebet. Membagi - bagikan amplop kecil di para penumpang yang berdesak-desakkan dan sangat tak memperdulikan dirinya. Tatkala semua sibuk dengan hape di tangan, ataupun menggerutu karna pak sopir yang terlalu lama ngetem, dia mulai menyanyi.
Nadanya fals. Bahkan sering dia lupa lirik lagunya. Terdiam. Lalu melanjutkan nyanyiannya. Beberapa kali aku naik angkot 44 dari Kampung Melayu ke arah Kuningan, dan sering aku melihat dia.
Masih kuingat pula, malam itu sudah pukul 21.15 dan aku pun juga sedang berada di angkot sepulang pergi bersama temanku. Aku satu angkot lagi dengan dia. Naik dari Kampung Melayu, baju kumal, dan tanpa alas kaki. Masih dengan lagu yang sama.
Masih kuingat pula, malam itu sudah pukul 21.15 dan aku pun juga sedang berada di angkot sepulang pergi bersama temanku. Aku satu angkot lagi dengan dia. Naik dari Kampung Melayu, baju kumal, dan tanpa alas kaki. Masih dengan lagu yang sama.
Masih dengan nada yang sama. Fals.Dan masih saja kulihat orang-orang juga kebanyakan tidak mengisi amplop yang ia berikan. Tetap saja kosong. Tapi dia tetap saja bergelantungan masuk ke angkot 44. Tampaknya dari Siang sampai Malam.
Itulah Jakarta.
Di tengah keramaian dan macetnya ibukota ini. Aku masih saja menemukan para pengemis jalanan, serta pengamen anak-anak. Mereka yang harusnya bersekolah, menikmati indahnya hidup. Tapi mereka sibuk bergulat dengan kerasnya hidup. Terpaksa atau dipaksa? Entah.
Memang, di kotaku dulu juga ada fenomena sperti ini. Banyak dan makin menjamur malah. Tapi? di kota ini.. hmmmph.. sangat kontras kurasa.
Memang, di kotaku dulu juga ada fenomena sperti ini. Banyak dan makin menjamur malah. Tapi? di kota ini.. hmmmph.. sangat kontras kurasa.
Ketika di satu sisi aku masuk mall, melihat banyaknya gedung - gedung pencakar langit betebaran di jalanan ibukota. Melihat macetnya jalanan karna banyaknya mobil pribadi yang berlintasan. Merasakan uang 50,000 seakan tidak ada artinya, kalau dibawa ke Grand Indonesia dan semacamnya..
Maka, di sisi lainnya pula, aku melihat masih banyak anak jalanan betebaran disini.
Aku melihat di sekitaran Stasiun Manggarai, ataupun Tebet, banyak anak - anak yang duduk di pinggiran, baju kumal dan seadanya. Masih kulihat pula rumah-rumah kardus di pinggiran. Atau bahkan yang tidur beralaskan koran.Banyak.
Arrggghhh, kesenjangan sosial yang entah ini salah siapa.
Aku melihat di sekitaran Stasiun Manggarai, ataupun Tebet, banyak anak - anak yang duduk di pinggiran, baju kumal dan seadanya. Masih kulihat pula rumah-rumah kardus di pinggiran. Atau bahkan yang tidur beralaskan koran.Banyak.
Arrggghhh, kesenjangan sosial yang entah ini salah siapa.
Hanya ingin sedikit meluapkan tulisan. Bernuansakan ketidak adilan dan ketidak beresan di sekitarku. Sedikit bertemakan anak karena sekarang bulan Juli. Bulan yang katanya ada 1 hari dimana dijadikan hari anak. Tapi tetap saja masih banyak ketidak beresan di negara ini. Entah kontribusi apa yang bisa kulakukan. Yang pasti, aku ga ingin membantu mereka dengan memberikan uang receh.
Bagiku itu bukan suatu bantuan. Itu hanya akan membuat mereka tau kalo mengemis itu bisa mendatangkan uang. Menyanyi memang masih bisa membuat orang iba. Hmmph.. mungkin memang, aku tak merasakan getirnya hidup sebagaimana mereka. Tapi, sepertinya aku lebih suka membantu dengan mendonasikan uang pada LSM yang peduli terhadap anak jalanan.
Inginku, semoga slalu ada rejeki lebih. Sehingga bisa membantu mereka yang kurang mampu, tapi dengan cara yang benar pula. Cara yang paling tepat? Entah sebenarnya bagaimana. Caraku, belum tentu dirasa tepat kan? bagi Anda yang saat ini membaca sedikit uneg-uneg ku ini.
Aku hanya ingin menuliskan apa yang kulihat, dan mempostingnya disini. Daripada aku mengomentari kasus - kasus yang kulihat di pertelevisian, yang aku lebih sangat tidak faham duduk persoalannya.
Bagiku itu bukan suatu bantuan. Itu hanya akan membuat mereka tau kalo mengemis itu bisa mendatangkan uang. Menyanyi memang masih bisa membuat orang iba. Hmmph.. mungkin memang, aku tak merasakan getirnya hidup sebagaimana mereka. Tapi, sepertinya aku lebih suka membantu dengan mendonasikan uang pada LSM yang peduli terhadap anak jalanan.
Inginku, semoga slalu ada rejeki lebih. Sehingga bisa membantu mereka yang kurang mampu, tapi dengan cara yang benar pula. Cara yang paling tepat? Entah sebenarnya bagaimana. Caraku, belum tentu dirasa tepat kan? bagi Anda yang saat ini membaca sedikit uneg-uneg ku ini.
Aku hanya ingin menuliskan apa yang kulihat, dan mempostingnya disini. Daripada aku mengomentari kasus - kasus yang kulihat di pertelevisian, yang aku lebih sangat tidak faham duduk persoalannya.
Lirik itu penyanyi aslinya firman idol mbak (aku kurang inget juga soloist atau band)..
ReplyDeleteHmm,benar mbak..kehidupan yang sangat kontras..Bikin miris dan bikin meringis..andai satu orang bisa peduli terhadap satu orabg 'yang berhak' seperti si kecil di angkot itu,mungkin beban dunia akan sedikit berkurang..
Amin,semoga diberikan rizki yang berkah untuk bisa terus berbagi^^