Tuesday, August 31, 2010

Ku Merindukanmu

Aku merindukan masa-masa kita berdua
masa dimana sering bertukar cerita..
ataupun cukup aku yang mendengarkan cerita darimu..
cerita tentang apapun...




Masih kuingat jelas dalam ingatanku...
tatkala engkau bercerita? sering tak ingat waktu.. 
bisa lima, sepuluh menit hingga setengah jam
bisa pula diulang sampai berkali - kali dalam tiap harinya..

Aku merindukan masa-masa itu..
tatkala aku butuh teman debat..
teman sharing yang menyenangkan..
slalu ada dirimu...yang akan meluangkan waktu..
mendengarkan pikiranku..serta menceritakan apa yang ada di pikiranmu


Aku merindukan masa masa kerjasama kita
disaat engkau membutuhkanku..
untuk sekedar membacakan baris ataupun angka suatu data
ataupun pergi ke suatu tempat..atau sekedar membawakan sesuatu..

Aku merindukan masa-masa dimana engkau memberikanku nasehat
suatu kalimat yang sarat makna
bahwa lakukanlah segala sesuatu dengan sebaik-baiknya
totalitas!
tak usah risau tatkala langkahmu berbeda dengan yang lain
tak usah terlalu dengarkan apa kata orang di sekeliling
karna tak semuanya baik untuk didengar..
cukup totalitas..
lakukan yang terbaik, dalam setiap langkah..
menjadi yang terbaik dalam setiap tindakan yang kita ambil..
niscaya, nanti mereka yang sempat mencemooh akan tahu
dan akan terdiam tatkala melihat keberhasilan itu..

Aku merindukan masa - masa
masa dimana melihat engkau duduk di depan..
memimpin suatu rapat..berdiskusi dengan mereka..
memberikan pandangan, serta terkadang bersendau gurau..


Aku merindukan itu semua..
semua yang ada pada dirimu..
bahkan senyuman itu..ataupun marahmu..
aku merindukan itu semua..
karna engkaulah Ayahku..

Karna kita sekarang sedang terpisah..
karna kita sekarang terhubung lewat seuntai doa..

i miss u Dad..






Sunday, August 29, 2010

Menjaga Hati..

Menjaga hati. Seakan teringat akan sebuah lagu miliknya Yovie - Nuno. Sepenggal lagu bernuansakan cinta. Tapi yang ingin kutulis kali ini bukanlah soal lagu tersebut. Hanya sebuah tulisan, sebagai pengingat untuk diriku sendiri. Pengingat dikala hati ini merasa resah, sedih, kecewa, ataupun gundah gulana. Pengingat dikala aku mulai berfikiran yang tidak jelas, dan berdampak pada hati. 


Tentu kita tahu bahwa yang namanya resah, kecewa, sedih itu semua merupakan perasaan hati. Sementara perasaan itu bersumber pada pikiran kita. Jika pikiran kita netral, tentu hati kita tentram. Secara otomatis pula, jika kita berfikir yang negatif? maka hati kitapun juga akan resah. Aura negatif pun melingkupi hidup kita. Kehidupan kita pun terasa tidak nyaman. 

Itulah yang kurasa beberapa akhir ini. Dalam beberapa masalah, aku merasa sedih, kecewa, ataupun tidak nyaman. Tidak nyaman dengan kondisi ini. Tidak nyaman dengan pemikiran ini. Alhasil, akupun terkadang menangis sendiri. Normal? Jelaslaah.. namanya juga manusia. Namanya juga wanita, lebih menggunakan hati daripada pikiran. Tak seperti kaum adam, yang lebih bisa menggunakan rasio, bahkan terkadang menjadikan mereka terkesan cuek. Itulah kodrat kita sebagai manusia. Berbeda, namun harus pandai - pandai menyikapi perbedaan ini. 

Lalu tatkala ada masalah yang membuat resah, apa yang harusnya kulakukan? terkadang itu pertanyaan yang terbesit dalam pikiranku. Mengapa ada orang yang bisa tenang dalam menghadapi badai masalah? Namun kenapa ada juga orang yang sampai bunuh diri karna tak bisa menanggulangi keresahannya? Menurutku, ya karna itu tadi. Hati dan pikiran merupakan dua hal yang saling berkaitan. Jika hati dan pikiran seimbang? maka aura positiflah yang mengalir dalam diri. 
Resah? sedih? kecewa? itu semua kita rasakan, karena realita hidup yang berbeda dengan  keinginan kita. Sementara keinginan itu bersumber pada pemikiran. Resah? lebih terjadi karena kita tidak siap. Lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan bernada *bagaimana*. Misalnya saja, bagaimana kalau nanti tidak dapat rejeki? bagaimana kalau nanti pekerjaan saya tak disukai atasan? bagaimana kalau nanti anak saya tak lulus ujian? serta pertanyaan semacam itu. Di bawah sadar, karena pertanyaan itu mengalir dalam pikiran kita, tentu akan membawa dampak pada hati. Hati kita pun menjadi tidak tenteram. Efek lainnya pun bisa berupa stres. Demikian juga dengan kesedihan ataupun kecewa. Sedih karena tak bisa sesuai dengan PEMIKIRAN kita. Terlontarlah kalimat *Mengapa*, lebih pada pertanyaan : mengapa ini terjadi, dan senada semacam itu.

Memang butuh waktu, untuk bisa menyeleraskan hati dan pikiran. Butuh tingkat keimanan juga. Libatkanlah Allah swt selalu, dalam setiap hela nafas kita. Dalam setiap langkah kaki kita. Itulah yang terkadang terlupakan. Begitu juga aku. Terkadang tidak bisa melihat kebesaran Allah swt. Terkadang melupakan kalimat innallaha ma'anna.. Sesungguhnya Allah bersama kita. Hanya saja, diri ini yang terkadang malah melupakan. Padahal jelas, Allah swt sangat mencintai kita. Selalu membersamai kita, dalam suka maupun duka. 

Maafkan aku ya Rabb..karna sempat terbesit rasa khawatir dalam diri ini. Karna aku masih harus belajar lagi makna dari SABAR. Maafkan aku Ya Rabb..harusnya kan aku tak perlu khawatir..karna Engkau selalu membersamaiku. Karna Engkau sudah menggarisi juga bahwa innallaha ma'asshobirin. Sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar. Bahwa Engkau juga sudah berfirman : "Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." ( QS. Al- Baqarah : 45)  Dan karena Engkau juga telah berjanji, bahwa Inna ma'al usri yusra... Fa Inna ma'al usri usra ( Q.S Al-Insyirah 5-6) . Semoga kami semua tatkala ada rasa khawatir? tak perlu berlama-lama dalam kondisi itu. Ataupun? bisa menikmati rasa itu, sehingga aura negatif itu bisa menjadi positif kembali. Karna tak ada yang tak mungkin, bagiMu Ya Rabb..

“Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali apa yang Engkau mudahkan dan tidak ada yang sulit jika Engkau menghendakinya kemudahan” ^^

Saturday, August 28, 2010

Sekotak Tissue

Sekotak tissue...

Lagi - lagi setia menemaniku. Tergeletak di atas tempat tidur, berdekatan dengan bantal dan guling kesayanganku. Entah sudah kali keberapa dia menemani aku. Malam-malam, siang, pagi, maupun sore hari. Kapanpun itu. Di saat tiba-tiba air mataku tak bisa kutahan. Di saat gundah ini tak bisa kusimpan. Di saat itulah  dia slalu kucari. 

Sebagaimana malam ini. Ketika pikiranku kembali mengarah kesana. Ketika memoriku mengingat semuanya. Ketika hati ini meragu, dan ketika otakku kembali lagi mengalami kebuntuan. Ketika itulah, kuraih dirinya. Kuambil selembar untuk menemaniku. Terkadang, tak hanya selembar yang menemani. Tapi berlembar-lembar. Tapi tak cukup untuk menenangkan diriku. Namun cukup untuk membuat bak sampah mungil di pojokan kamarku menjadi penuh.

Sekotak tissue..

terkadang aku ingin dirimu terganti. Oleh sesosok orang,  dan bukan sekotak tissue. Orang yang entah pada siapa kuluapkan hati ini. Gundah ini.  Mungkin  pada dirinya? yaa.. mungkin aku terkadang ingin ditemani dirinya. Cukup ditemani, tak usah banyak ucap. Karna yang kubutuhkan hanya peneman hati. Yang ada di sampingku. Menemani dan tahu akan kondisi ku di saat itu. Bukan hanya ditemani oleh sekotak tissue yang kian menipis isinya. 


Sekotak tissue..

Harusnya aku bersyukur...ada dirimu menemaniku. Selalu setia menemaniku setahun belakangan ini. Sebagaimana setianya kamarku, dan cermin yang menempel di tembok ruangan. Mereka yang selalu ada, dan menjadi saksi bisu akan kesedihan ini. Tissue yang akan menghapus air mata..Cermin yang slalu memberitahuku tatkala mataku sudah sembab membengkak. Serta ruangan 3mx4m yang selalu setia mendengarkan tangisanku. Ditambah lagi satu bayangan pada cermin yang juga menjadi teman bicaraku tatkala aku sedih.

Baru kutahu, kenapa dirinya memberikanku tempat tissue berbentuk koala. Oleh-oleh di waktu itu. Mungkin pertanda bahwa lewat itulah dirinya menemaniku. Mungkin karna tempat tissue ku yang lalu sudah terlalu kumal, dan perlu diganti. Tapi itu tetap sekotak tissue beserta tempatnya. Bukan dirinya..yang ada di sini. 

 

Aku hanya ingin menjalankan skenario hidup ini dengan sebaik-baiknya.. Walau sering kudapatkan tanya dalam hidup ini. Walau sering aku bingung harus mencari kemana arah  hidup ini selanjutnya. Walau aku terkadang ragu, apakah doa yang slama ini kupanjatkan sudah tepat? Tapi mengapa gundah ini masih tersimpan? Andai semua tanyaku  ini perlahan sudah kutemukan jawabnya, aku berharap ini akan membuatku bisa lebih dekat padaMu Ya Rabb..

 

Satu inginku...agar sekotak tissue itu suatu saat  dapat terganti. Tergantikan oleh hadirnya di sini. Di sampingku. Dirinya..yang telah pernah memberikanku sebuah tempat tissue manis berbentuk koala..

 

i need you 

karna ketika aku sedih, tak bisalah aku ditemani oleh orang-orang terdekat disini..

 

 

berharap engkau ada di sini.. 

walau kutau, dirimu tak akan pernah suka melihatku dalam kondisi ini..

walau kutau, dirimu sebenarnya sama seperti sekotak tissue itu..

tak berucap, hanya menemaniku..di sini.

tapi buatku..? itu lebih dari cukup..karna terkadang aku sudah bosan..

ditemani oleh sekotak tissue

 

 

 


Monday, August 23, 2010

Teruntuk Calon Suamiku

*Mohon doanya ya..kemarin aku sudah ke Lampung, sudah ketemu orangtuanya, 
  sekarang tinggal nyiapin hari H
~emang dah sampai mana persiapan?
*peningsetan udah, baju manten perempuan buat dia juga udah, trus opo meneh yo? heheee...
= = = = = = = == = = = = = = = = = =

Itulah sepenggal percakapan antara aku dengan teman yang ternyata berniat untuk melangsungkan pernikahan Alhamdulillah...satu lagi temanku berniat untuk melengkapi setengah diennya. Berbeda lagi dengan percakapan bersama sobat dekatku waktu itu. Dia yang baru saja patah hati, dan mencoba membuka lembaran baru bersama lelaki lain. 

*Aku maunya seriusan aja. Ga mau pacaran kelamaan.
~Hee?? ya baguslah..tapi kudu jelas asal usul lakinya dari mana.
*Kemarin dia dah ke rumah, ketemu ama mamah papah, trus ya ditanya-tanyain gitu.
~weww..baru dua kali ketemu, trus nembung arep seriusan? sik too...ntu laki asalnya dari mana? serius beneran atau *serius* ga jelas nih? ojo asal ta'arup lho...

Ya, aku cukup was-was dengan kata taaruf. Jangan sampai suatu kata yang dasarnya baik, tapi jadi disalahartikan dan disalahgunakan. Kalau background agamanya baik, pasti sadar dan paham arti di balik kata itu. Tapi waktu percakapan dengan temanku itu, hmm..aku tak begitu melihat background agama yang paham betul akan makna dari taaruf. Segera kutepis pikiran itu. Waspada boleh, tapi tak boleh negatif thinking. Toh, orangtuanya juga menginterogasi ini.

Komitmen - Lamaran - Pernak Pernik Pernikahan - Ijab Qobul - Walimahan

Suatu proses yang perlahan tapi pasti, diinginkan oleh setiap pasangan. Agar mempunyai keturunan yang islami, dimulai dengan memilih calon pasangan yang islami pula. Kalimat yang sering kudengar. Bahkan dianjurkan untuk memilih pasangan berdasarkan agamanya. Tentu dengan konsekwensi, diri ini juga membaguskan akhlak dulu, agar mendapat pasangan yang sesuai. 

Berbicara soal lamaran, baru kuingat bahwa untuk kali ini, bapakku tak bisa menemani di hari lamaranku kelak. Berbeda disaat kakak kakakku dilamar. Masih kuingat dengan jelas, tatkala bapak menyambut kedatangan calon keluarga. Masih kuingat juga ketika bapak diskusi, serta memberikan masukan ataupun wejangan pada anak dan calon mantunya saat itu. Bapak memang tak pernah menjodohkan anak-anaknya. Tapi kebebasan yang tentu ada batasannya. Bapak walau tak overprotektif, tapi kooperatif dan tetap membentengi ketiga puterinya saat itu. Yaa..tiga! karena untuk puterinya yang terakhir ini, tampaknya bapak mempercayaiku untuk membentengi dan menyeleksi calon sendiri. Mempercayai bunda dan ketiga mbakku untuk menjagaku, termasuk di hari lamaranku nanti. Saking percaya nya, bapak tak bisa hadir di hari itu. Cukup semua ilmu terdahulu, diterapkan kembali. Lewat istri, ataupun ketiga puterinya yang lain. 


Masih kuingat pula sepenggal kalimat yang pernah terucap ke bundaku (ak lupa siapa yang mengucapkannya) :
*wah..enak yaa..punya anak? empat.. puteri semua.. besok tinggal dapet-dapetan itu waktu lamaran/nikahan. 

Doenk!!

Memang, untuk adat Jawa, puteri boleh meminta syarat apa saja pada pihak keluarga laki. Peningsetan. Atau serah-serah'an. Kalau di adat Jawa, bisa mulai dari berpuluh puluh juta uang, baju dari luar sampai dalam, atas sampai bawah, sepatu, tas, kosmetik, atau sampai ke beras serta ayam hitam yang entah aku lupa apa filosofinya. Belum lagi untuk mahar. Memang dibolehkan untuk meminta apa saja sebagai maharnya. Kemarin yang terakhir kudengar? ada yang meminta rumah lengkap sebagai maharnya. Weewww!! Mahalnya punya anak laki? buat nikah aja harus siapin duit beratus-ratus jeti. Simpelnyaa kalau semua berdasarkan agama. Bukan berdasar adat. Kalau di agama jelas dalilnya. Cukup mahar. Dan sebaiknya mahar yang sederhana, itu yang utama. Peningsetan? siraman? itu memang bagus filosofinya. Tapi tentu juga membutuhkan uang yang lebih banyak dalam pengadaannya.


Keluargaku sejauh ini tak pernah menggunakan adat. Walaupun keluarga besar bunda masih berasal dan dekat dekat keturunan Kraton, dan adat istiadatnya kencang, tapi bapak dan ibu tetap tidak pernah menggunakan adat. Mending uangnya dipakai untuk syukuran. Bisa lebih enak menjamu tamu. Kata bapak. Soal peningsetan? orangtuaku tak pernah ngarani. Anak-anaknya ditanyai, pengen pake peningsetan tidak? atau cukup mahar. Dan kebetulan ketiga kakakku tak pernah pakai peningsetan yang sampai berpuluh-puluh meter rombongannya. Dua dari tiga kakakku bahkan cukup mahar, tak ada peningsetan. Yang satu? cukup  baju, sepatu, kosmetik, dan tidak terlalu mengelurkan biaya. Simpel. Yang terpenting: Mudah, tapi jangan dipermudah. Filosofi peningsetan sebenarnya bagus : Dengan adanya peningsetan yang berpuluh puluh juta, terkadang kan itu untuk mengikat calon mantu laki agar tidak mempermainkan anak perempuannya. ^^ 


Kalau ditanya? apa aku pengen pakai peningsetan? sejauh ini aku masih bilang TIDAK. Tapi aku juga ga mau diperistri oleh sembarangan orang. Mahar? aku tak perlu rumah beserta isinya sebagai mahar. Kakakku kedua menggunakan emas sebagai mahar, karna konsekwensi untuk menjadikan seperangkat alat sholat sebagai mahar dirasa masih berat. Bagi orang yang faham tanggung jawab di balik *seperangkat alat sholat* tentu itu tidak main-main. Suami yang memberikan berarti harus membimbing dalam hal ibadah, baik hablum minallah dan hablum minanas. Tetanggaku malah ada yang menggunakan hafalan Ar Rahman sebagai mahar. Subhanallah. Menggetarkan hati tatkala dibacakan. Memang ada banyak pilihan untuk memilih mahar. Semua tergantung pada niat dan makna di balik mahar itu. 


1. Seperangkat alat sholat
2. Buku Fiqih
3. Bacaan QS 55 ; 01 - 78
4. Tafsir al - Misbah


Hee..entah mengapa aku sedang ingin keempat hal itu sebagai maharku kelak. Seperangkat alat sholat, karna kuharapkan suamiku nanti bisa membimbing secara kaffah istri dan anak-anaknya. Di dalamnya ada Al - Quran, yang tentunya berisikan petunjuk, menggapai kebahagiaan akherat dan dunia. Di dalamnya juga tertera mana kewajiban istri - kewajiban suami, dan apa saja hak yang akan diperoleh. Tak perlulah aku mengajukan syarat : calon suami harus punya rumah, bekerja, atau syarat lainnya yang terlihat secara materi. Karna jika dia paham Al Quran dan ajaran agama, maka konsekwensi dari menjadi seorang suami adalah bekerja, memberikan naungan ( entah itu kontrakan/rumah sendiri). Jika nilai agama sudah dipahami, insyaallah kehidupan dunia juga akan tergapai. 


Fiqih. Ada banyak fiqih sebenarnya. Aku masih belum spesifik untuk yang satu ini. Yang pasti, aku ingin belajar, tata cara islam secara menyeluruh. Semua juga ada di fiqih. Tentu menyenangkan bila aku bisa diberikan fiqih ini. Konsekwensinya buat aku? tentu aku harus belajar dan menerapkan ilmu fiqih tersebut. Aku ingin belajar bersama suamiku kelak. Mana yang baik menurut agama? mana yang diperbolehkan? bagaimana mengatur hubungan dalam keluarga? ataupun tetangga?ataupun tata cara ibadah? semua tentu juga tertera disana. 


Bacaan QS 55 ( 78 ayat ). Aku memang jatuh hati pada surat ini. Diriku ingin mendengar calon suamiku mengaji. Toh? itu juga mendatangkan pahala bagi yang membaca ataupun yang mendengarkan. Surat Ar-Rahman merupakan surat kesukaanku. Disini aku hanya ingin dibacakan saja. Bukan setor hafalan, sebagaimana tetanggaku. Itu cukup berat. Cukup baca saja, tak perlu dihafal. Itulah keinginanku. Dengah harapan pula, semoga menjadi awal yang baik, agar keluargaku nanti bisa sakinah mawadah wa rahmah.


Tafsir al Misbah. Setiap kali aku mendengar bapak Quraisy Shihab dalam memberikan kuliahnya di acara tersebut, aku suka. Penjelasannya menyenangkan. Ingin rasanya aku punya tafsir itu. Tapi sejauh ini aku belum punya. ^^ Minta sama calon suami sajalah. hehehee.. Terlepas sampai sekarang aku belum tau, siapa yang akan melamarku kelak. Wallahu'alam. Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan yang menentukan. Sebagaimana keinginanku ini? entah..apa bisa direalisasikan tatkala aku menikah besok, atau sekedar keinginanku semata. Biarkan waktu yang kan menjawab. Aku hanya ingin menikah dengan sesosok orang yang tahu akan tanggung jawab. Karena bapak kebetulan sekarang tak bisa membentengi diriku secara langsung, ya ijinkanlah aku membuat kriteria ini untuk calon suamiku. Karena aku anak terakhir. Karena aku tak mau jatuh pada orang yang salah.  Karena aku ingin lebih mencintai Allah swt lewat keluargaku. Serta yang terpenting, aku ingin keluarga kecilku besok senantiasa diberkahi Allah swt. Allahumma amin.. ^^

Friday, August 20, 2010

Kemampuan - Kemauan - Kesempatan

Istilah High Risk High Return sering kudengar tatkala aku di bangku kuliah. Resiko tinggi akan mempunyai pengembalian yang tinggi pula. Kurang lebih, itulah artiannya dalam Bahasa Indonesia. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering mengupas soal kehidupan dunia kerja. Ahahaha...kayak'e gara-gara sejauh ini aku belum jelas mau kerja sperti apa.. #bigsmile#

Sering kudengar pekerjaan yang prestisius. Tampak waah..dan keren sangatlah kalo keterima di sana. Contohnya yaa? kalo PNS bisa masuk ke BPK, ataupun Kementrian Keuangan, dan semacamnya. Kalo BUMN? Yaa..masuk ke jajaran PLN, Telkom, atau adik kakaknya itulah. Perbankan? Hmm..misal keterima jadi ODP/MDP di suatu bank. Kalau untuk wilayah swasta? hohohoo...banyak kalie yak? Kalo untuk akuntan sih? PWC salah satunya,~Pricewaterhouse Cooper~ apalagi kalo yang namanya perminyakan, sepertinya masih jadi incaran banyak orang nih. Sebut saja Connoco Philips, Schlumberger, Pertamina, ataupun BP Migas. Yaah..sering kudengar kasak kusuk para freshgraduate kalo bahas pergajian atau masalah take home pay.. 

*Kalo di sana, ntar bisa 4 jeti, itupun kalo lagi training, selepas itu?? yaa bisalah sampai 7jt/bulan*
*kalo di tempat itu, bisa sih nyampe 8 jeti, tapi ga pulang ke rumah 1 bulan...."
*mending di xxx ajalah, lumayan dah 2,5 juta tapi dapet tunjangan macem macem...
#jadi konsultan sajaaa...kalo dah bener kan go international tuh, bayarane $ gitu deh.. 50juta? dapetlahh..#
blaa..blaa blaa..

semacam itulah perbincangan yang pernah kuikuti. Dari tarip gaji yang 1 jeti, sampai yang berpuluh puluh jeti.. Dari kerjaan yang ada di dalam kota, ampe luar negeri. Bahkan dari yang swasta ampe PNS. Banyak pilihan, banyak kemungkinan, semua tinggal sesuai diri kita.

Kemampuan, kemauan, dan kesempatan.

Tiga hal tersebut yang menurutku mendominasi dalam pemilihan kerja. Kita punya kemampuan buat daptar kerjaan yang oke, tapi kita tak mau. Bisa juga kita punya kemauan? tapi ternyata diri ini tak mampu.(ngenes.com) . Kesempatan? yaa..bisa saja kita mau, dan mampu..tapi telat dapet infonya. (misal). Jadi yaa? kedepak lagi deh. 3 faktor ini tentu saja mengabaikan faktor jalan takdir lho yaa. Ya memang, takdir kita dah ditentukan, tapi tentu kita harus usaha dulu to? sebelum akhirnya pasrah pada kehendak Allah.. ^^

Aku sempat heran, kenapa lawan bicaraku waktu itu langsung yang semangat membicarakan GAJI yang besar. gaji atau take home pay yak? hohohoo.. Dulu memang sih, aku juga suka menyoroti itu. Tapi lambat laun, kucermati. ternyata balik lagi ke pasal High Risk High Return. Nah ini? take home pay besar..tentu di balik itu semua ada resiko yang besar pula. Konsekwensi di balik angka itu. Misal saja, konsekwensinya? tanggung jawab yang tinggi. Waktu yang tersita, atau mungkin jiwa yang terancam. hehehe. *yang terakhir agak lebay pemilihan katanya.

Tanggungjawab? jelaslah.semakin tinggi kedudukan, pasti semakin tinggi Take Home Pay. Kerjaan? mungkin tak sesibuk para bawahan, tapi tentu saja tanggungjawab yang ditanggung? itulah yang dihargai tinggi. Waktu yang tersita? Itu juga dihargai tinggi. Take Home Pay 7juta sebulan atau 15 juta sebulan, tapi masuk terus tiap hari senin sampe jumat dari sebelum matahari terbit sampai tengah malam. Bahkan mungkin tempat tinggalnya pindah ke kantor.

*Me Time* jadi tak ada. Atau mungkin malah Family Time? hohohoo..itulah resikonya. Bukan suatu rahasia lagi smisal di lepas pantai, atau pertambangan sistem kerjanya 1 bulan kerja, 2 minggu libur. Nah..tentu selama 1 bulan bekerja itu, akan kehilangan waktu bersama orang-orang tercinta. Itulah yang dihargai tinggi oleh perusahaan. Mengorbankan waktu. Kalau soal jiwa? hehhehe.. kerja lepas pantai tentu saja lebih beresiko daripada bekerja di kantoran. Tunjangan untuk di lepas pantai bisa mencapai 40 sampai 50 % sendiri (lebih tinggi tentunya) daripada pekerja kantoran.

Sekarang tinggal cek diri kita ini.
#diriku dink sebenarnya..# hohooo

*berpikir*

termasuk dalam kategori manakah diriku ini..
pecinta High Risk dan mengharapkan High Return kah?
atau aku memilih yang biasa biasa saja, karena aku tak suka resiko..
atau bisa saja karna alasan..
dalam beberapa hal..ada yang tak tergantikan oleh materi sekalipun
Tak terbeli oleh uang yang banyak..
sehingga aku memilih pekerjaan yang (kata orang kebanyakan ) *biasa-biasa* saja..
mungkin sebenarnya aku mampu..
tapi tapi tapi...
aku tak mau..karna aku menganggap ada yang lebih berharga, daripada uang 9 juta/bulan sekalipun.

Semua butuh uang..itu pasti..
tapi kaya hati sepertinya lebih menyenangkan buatku..
aku tak mau kaya raya tapi tak punya kekayaan hati..
aku lebih mau kaya hati, dan hidup berkecukupan..
alhamdulillah semisal diberikan kekayaan lebih..jadi bisa lebih membantu sesama.. ^^

Bagaimana dengan anda? ^^

*kalo untuk lelaki sih..mending fokus berkarir... ^^
yaaah,kodratnya aja bedaa..antara lelaki dengan perempuan...
tugas utamanya beda..walaupun tanggung jawabnya? sama besar.. :)


Sapa - Sapa para Blogger.. ^^

sekedar mengucap salam buat anda smua yang kebetulan,
sengaja ataupun tidak sengaja
mampir ke lapak Delta Fitriana's Diary.. :)

Assalamualaykum... ^^
hee..sebenarnya aga dudul juga ni blog...
isinya curhatan colongan smua..
yang tak bisa kutulis di status FB..

hehheee...ya iyaa ga bisa ditulis di status..lah status FB cuman muat dikit.. ^^

sering kuanggap blogku ini tak banyak dikunjungi orang..
tapi, tapi, tapi..
iseng-iseng kutambahkan shoutmix..
ehh, kok ada yang ninggalin jejak..

iseng pula kutambahin kolom komentar...
lhoo..kok terkadang nambah juga..
berarti ada pembaca yang meninggalkan jejak.. hehhee

iseng lagi kutambahkan counter web..
waa..kok jalan itungannya

hmmm..brarti website ini pernah dibuka..selain olehku tentunya..
entah sengajaa..entah tidak alias nyasar.com di sini

hohoho..mohon maaph dah, dsini isinya curhatan smuwa..
uneg-uneg - ataupun emosian sesaat karna melihat kondisi sekitar..
yaaa....namanya juga DIARY..  :)

terimakasih sudah berkunjung..
sekedar mampir..sekedar tengak tengok
ataupun meninggalkan jejak dsini.
ditunggu komennya deh..atawpun websitenya..biar bisa kunjungan balik..

Sunday, August 15, 2010

Menyusun Puzzle Kehidupan

Tak tau mengapa, kemarin ketika menulis status FB, aku melaunching status mengenai puzzle. Tepatnya puzzle kehidupan. Yaaa, akhir-akhir ini aku memang sedang gundah gulana..seakan tak tau jawaban akan segala pertanyaan hidup. Aku yakin, akan selalu ada jalan keluar, namun terkadang terasa berat saja, semisal belum ada penyelesaian. Sabar. Satu kata itu terasa sungguh sangat berat. Puncaknya ya kemarin. Malam-malam, aku online FB, sekedar mengalihkan rasa penat. Ingin curhat colongan di status FB, tapi hati ini tak sampai. ^^ Mencoba mencari kalimat pemotivasi diri, tapi tidak ada yang sreg. Akhirnya malah teruntai satu kalimat dari diri sendiri. 

 

Delta Fitriana mencari dan menyusun satu per satu keping puzzle kehidupan ^^

Saturday, August 14, 2010 at 11 : 24 pm 

 

Aku merasa, hidup ini seakan seperti puzzle. Satu demi satu tahapan hidup kulalui. Kurangkai dengan cerita hidupku sebelumnya. Membentuk pola tersendiri. Namun potongan itu masih belum lengkap. Masih ada potongan lain yang harus kususun. Potongan lain yang terkadang harus kubolak - balikkan agar cocok dengan potongan puzzle lain yang sudah tersusun rapi. Bahkan terkadang, ada potongan yang entah aku tak tau dimana letaknya. Harus menunggu waktu, agar potongan itu kutemukan. Entah kutemukan sendiri, ataupun dengan bantuan orang lain. Sabar.. Ya, butuh kesabaran dalam bermain puzzle. Butuh ketelitian dalam permainan ini. Tanpa aturan yang jelas, bermain puzzle akan menguras tenaga, karena aku tak tahu gambar keseluruhan dari puzzle ini. Harus mencoba, mencoba, dan mencoba lagi. Bahkan terkadang bertanya pada orang lain. Dimana sebaiknya potongan ini sebaiknya kuletakkan. Aku harus tau mau dari si pembuat puzzle. Gambar seperti apakah yang ada di balik ini semua. 

 

Begitu halnya dengan kehidupan. Hidupku terutama. Satu demi satu kulalui, kurangkai dengan kesabaran ataupun ketidaksabaran. Terkadang, aku bingung, tak tau harus melangkah kemana lagi. Karena aku tak tahu dimana potongan lainnya. Apakah hilang, ataukah ada yang membawa. Sedih, tatkala aku merasa tak bisa melangkah, menyatukan kepingan puzzle itu dengan rangkaian cerita yang lain. Sementara aku tau, bahwa waktu bermain puzzle? terus berjalan. Seakan berada dalam kompetisi bermain puzzle. Dalam merangkainya pun dikejar waktu. Dan aku ingin bisa merangkai kepingan itu satu per satu dengan cepat, namun tepat.  

 

Butuh bantuan dari orang lain agar kepingan itu mudah terangkai. Alhamdulillah orang orang di sekitarku sering membantuku dalam menyusun puzzle kehidupan. Walaupun terkadang, aku bermain sendiri, tanpa ada turut campur mereka. Dalam keputusasaan merangkai puzzle, aku lebih sering berdoa, mengadu pada Pencipta Puzzle Kehidupan. Berdoa agar dibukakan mata sehingga aku bisa melihat kepingan itu, dan merangkainya dengan yang lain. Ataupun agar ada orang lain yang datang padaku, memberitahukan ataupun membantuku melengkapi puzzle. Malam itu, aku tidak tenang. Ketidaktenanganku akhirnya terucap dalam 1 kalimat dalam status FB tersebut. Satu kalimat yang kusuka. Implisit, tapi sangat menggambarkan hatiku saat ini. 

 

Mencari? Ya... aku masih dalam proses mencari puzzle itu. Menyusun? Jelaslah, aku harus menyusun kepingan hidup satu per satu. Beberapa orang mengacungkan jempol untuk status itu. Beberapa yang lain turut berkomentar. Satu yang kusuka, komentar dari seseorang, 1x24 jam setelah aku  melaunching status tersebut.

xxxx : aku bantu susunkan satu keping puzzle kehidupan :)

Nama yang tak kusangka turut andil dalam meramaikan FBku. Nama yang tak pernah muncul dalam FBku. Tapi nama itulah yang turut membantuku merangkai puzzle kehidupan. Kalimat yang simple, namun sarat makna. Entah,apa maksud asli dari tulisan itu, aku belum bertanya pada yang bersangkutan. Namun komen itu membuatku tersenyum. Ya, karena baru sekitar 5 menit sebelumnya aku menutup pembicaraan dengannya.Diskusi singkat tentang apapun, termasuk tentang hidupku. Tentang masa depanku. Yang sepertinya juga, dia cukup punya andil di dalamnya. 


Diskusi soal hidup. Teka teki kehidupanku. Tempat tinggal, karier, jodoh, serta rejeki. Topik yang kubicarakan waktu di telepon. Pertanyaan kali ketiga dalam setahun ini. Pertanyaan pertama kuajukan di bulan Agustus setahun silam, dengan jawaban yang menentramkan hatiku. Pertanyaan serupa kuajukan di Maret 2010, namun ternyata jawaban sudah berubah. Membuatku sedikit meragu, serta kepikiran akan masa depanku. Entah mengapa, malam ini aku menanyakan hal serupa kembali. Sepertinya karena aku sudah didesak oleh waktu juga. Sekarang sudah Agustus 2010. Banyak yang harus kukejar di tahun 2010 ini. Dan pernyataan dia, mempunyai porsi terbesar kedua setelah keluargaku. 


Tak kuduga, jawaban dia berubah, seiring dengan keinginan dia untuk masa selama 3 tahun ke depan. Jawaban yang kembali ke setahun silam. Pencerahan bagiku. Sangat menentramkan. Sekeping puzzle dia berikan padaku, malam ini. Salah satu kepingan yang penting untuk melanjutkan hidupku. Seminggu yang lalupun dia juga sudah memberitahukan aku, bahwa dia memegang satu keping yang lain, namun belum diberikan padaku. Alhamdulillah.. Terimakasih Ya Allah, Engkau akhirnya menunjukkan dimana kepingan kunci itu. Lewat dirinya, Engkau mengabulkan permohonanku. Malam ini akhirnya aku bisa menyusun kepingan pendukung lainnya. Pola sedikit terbentuk di depanku. Terasa mudah sekarang. Amat sangat mudah. Sampai nanti pada akhirnya aku harus bertemu lagi dengan kepingan kunci lainnya. Tapi untuk saat ini, cukuplah aku bersyukur, akan jawaban ini. 

* teruntuk xxx : terimakasih telah membantuku memberikan 1 keping kunci, malam ini. Semoga kepingan ini cocok dengan kepingan yang lain, dan membentuk satu pola baru yang indah. Jika dimungkinkan, aku berharap semoga kita bisa bermain puzzle kehidupan bersama. Bersama-sama membantu merangkai, ataupun? jika dimungkinkan lagi.. aku ingin suatu saat puzzle kita disatukan, agar lebih luas dan lebih terlilhat polanya secara utuh.. Jika itu yang terbaik buat kita.. ^^ Semoga Allah swt memberkahi jalan hidupmu selalu... ^^



Saturday, August 14, 2010

Mekah


Pertama kulihat foto ini? subhanallah.. Keren sekali. Terlebih tatkala aku mendengar berita bahwa Mekah berniat untuk *menyaingi* jam Big Ben yang ada di London. Menara jam ini merupakan bagian dari tujuh menara hotel Abraj Al-Bait dan terletak di seberang Masjid Agung Mekah. Dengan dibangun di pusat kota , bangunan  ini mempunyai ketinggian yang cukup fantastis, bahkan menjadi bangunan tertinggi kedua di dunia saat ini.

Tapi kali kedua kulihat kembali foto ini, yang terbesit di pikiranku saat itu, kenapa Kabah jadi terasa sangat mungil ya? Tenggelam diantara bangunan hotel-hotel itu. Seakan fokusnya menjadi bukan lagi di Kabah dan Masjid, namun bangunan-bangunan megah dengan berbagai aksesoris lampu yang menawan hati. Apakah memang ini yang disebut modernisasi? Bisakah ini disebut sebagai bentuk pelayanan umat yang diberikan Arab Saudi, pada semua umat muslim yang bertandang ke negara tersebut? Ataukah ini akibat dari uang dan kemajuan jaman? Membuat mau tak mau Kabah menjadi semakin terasa menciut? Entahlah.. Coba lihatlah foto itu. Sungguh menakjubkan memang, tapi perbandingan antara Kabah dengan hotel baru tersebut, serta hotel-hotel lain di sekeliling? Terasa jauh sekali.

Aku belum pernah ke Mekah - Madinah. Hanya mendengar berita dari saudara dan temanku yang pada kesana, dari tahun ke tahun Pemerintah Arab Saudi melakukan peningkatan infrastuktur, sarana dan sarana. Semua terasa lebih megah, dan tentunya membuat lebih nyaman para muslim yang kesana untuk umroh, ataupun tatkala musim haji tiba. Ya..hanya terucap kata subhanallah ketika aku melihat foto-foto itu, sambil berdoa semoga kelak aku bisa diberangkatkan kesana bersama keluargaku, minimal dengan suamiku. Atau jika mendapat rejeki, bersama suami dan anak-anakku. Ternyata, pertambahan infrastruktur dan sarana yang saat ini berkembang di Mekah, tak selalu ditanggapi positif. Ada juga yang melihat dari sudut pandang berbeda. Kutipan berita yang kubaca :

"Makkah sekarang sudah seperti Las Vegas, " begitulah pernyataan yang dilontarkan Ali al-Ahmad, direktur Institute for Gulf Affairs-lembaga riset oposisi Saudi- yang berbasis di Washington, melihat perkembangan kota suci Makkah saat ini. 

Kota Makkah yang menyandang sebutan kota suci dan menjadi pusat ibadah haji umat Islam di seluruh dunia, ketenangan dan kekhusyuk-annya makin terkikis, Ka'bah yang terletak di tengah masjid Haram dan menjadi arah sholat Muslim sedunia, semakin tenggelam oleh berdirinya gedung-gedung tinggi.

Yah..entahlah, aku tak punya pendapat tertentu. Memang, yang pertama terlintas di pikiranku saat melihat kemegahan itu, ialah kekaguman. Walaupun detik berikutnya, baru terlintas dalam pikiranku..kok boleh ya? bangunannya lebih tinggi dari Kabah. Di Yogyakarta pun dulu pernah ada aturan tak tertulis juga, yang menyebutkan bahwa di dalam beteng dan sekitar Keraton Yogyakarta, tidak boleh ada bangunan atau rumah penduduk yang bertingkat atau tingginya melebihi Keraton. Sehingga yang tetap tampak dan fokusnya adalah keraton  beserta pelengkap-pelengkapnya. Tapi? seiring berjalannya waktu, di Yogyakarta dan sekitar situs-situs sejarahpun ditemukan banyak bangunan yang lebih megah. 

Menurutku, semua tinggal balik ke niatan. Apapun niat dibangunnya bangunan pencakar langit di negara Mekah, semoga para umat muslim benar-benar tidak tertipu oleh kilauan duniawi yang tampak di depan mata tersebut.Semoga benar-benar bisa khusyuk dalam menjalankan ibadah. Doa terakhir? semoga kita umat muslim bisa diberikan kemudahan untuk beribadah di Kota Mekah itu, suatu saat. Allahumma amin.. ^^

Friday, August 13, 2010

Masih Ingin Menjelajahi Dunia Wiraswasta

Satu setengah tahun belakangan ini, entah mengapa aku ingin menerjunkan diri dalam wiraswasta. Suatu pekerjaan yang sebenarnya beresiko, daripada pekerjaan kantoran. Keadaan sekitar, sepertinya yang membuat pikiran dan hati dalam diri ini beralih pada satu profesi ini. Terlebih, aku dibesarkan dan melihat bapakku berwiraswasta. Pemikiranku mengenai "pekerjaan-wanita-keluarga" pun sempat kutuangkan dalam diary online ku ini. [Dunia Kerja Dunia Kita]. Karna belum menemukan sudut yang cocok untuk wiraswasta, serta keinginan dan pemikiran yang matang, akupun akhirnya sampai sekarang belum memberanikan diri terjun kesana. Tapi memang, untuk berwiraswasta, harusnya kagak usah terlalu banyak dipikir, malah ga jalan-jalan nantinya. Dalam hal ini, aku kalah satu langkah dengan mbak-mbakku yang lebih dahulu berwiraswasta kecil-kecilan.

Kakak pertamaku, sedang berniatkan diri untuk membuka persewaan pernak-pernik bayi di wilayah Yogyakarta. Semenjak resign, dan fokus mengurus anak selama setahun ini, dia mulai berpikir soal wiraswasta. Sepertinya Mbak Alfi, begitu sebutan kakakku, berniat menggolkan keinginannya, maksimal akhir tahun 2010 ini. Keinginan Mbak Alfie itu didukung juga oleh Mbak Sinta, kakak ketigaku yang berlokasi di Bandung, yang notabene sudah lebih dahulu menjelajahi dunia wiraswasta. Bedanya? segmen Mbak Sinta adalah makanan, dan bukan perlengkapan bayi.

Rame Jalanan Pasar Sore
Harus jeli melihat pasar, itu salah satu yang harus dipunyai oleh seseorang bila meniatkan hati untuk wiraswasta. Ramadhan kali ini, Mbak Alfie tiba-tiba mempunyai ide untuk jualan kecil-kecilan di depan rumah. Ya maklum saja, peluang pasar terbuka lebar, mengingat kawasan kampung rumahku selama Ramadhan sudah selalu ramai oleh pasar sore. Tak usah susah-susah mencari target pasar. Tinggal menentukan, apa yang mau dijual. Mbak Alfie membidik usaha jus. Tapi bukan jus yang seperti dijual kebanyakan, dengan blender dan semacamnya. Jus yang dijual Mbak Alfie sudah dikemas dalam botol kecil yang masih disegel, sehingga pembelipun tak usah menunggu lama. Keuntungannya bagi Mbak Alfie? tentu saja tidak ribet, karena dia hanya sebagai second hand, alias pendistributor saja. Mengambil keuntungan Rp 1.000,00/botol. Sementara keuntungan untuk pembeli? tak usah berlama-lama, praktis, walaupun harga dibandrol dengan Rp 5.000/botol, tapi ada harga ada rupa kok.. hehheehe.. 

Outlet Jus 4 You
Ide pun juga datang belakangan, Mbak Alfie akhirnya punya beberapa option untuk menjual merk Jus nya. Awalnya sih ada 4 option, yakni : Jus 4 U, Jus 4 You, Jus For U, dan Jus For You. Dia pun nego dengan adik-adiknya. Mbak Sinta memilih yang pertama, sementara aku memilih yang kedua. Dan akhirnya, yang dipakai adalah JUS 4 YOU. Dengan asumsi, kalimat itu simple, namun menarik. Sekilas orang juga akan langsung bisa membaca bahwa 4 dibaca For. Aku suka idenya. JUS 4 YOU : bisa diartikan "Jus Untukmu", tapi plesetannya juga bisa diartikan "Hanya Untukmu" [ JusT For You]. Alhamdulillah, hari pertama laku 50 botol, dan hari kedua bisa laku 75 botol. 


leaflet Little Chocolate
Masih soal wiraswasta? Aku pun salut dengan keberanian mbak Sinta di Bandung. Dengan membawa anaknya yang masih 1 tahun, dia merintis usaha Muffin dan juga Little Chocolate untuk parcel lebaran. Muffin dibuat individu, sementara untuk chocolate dia bersama kedua temannya. Muffin dalam sehari dia ditarget untuk awalnya membuat 50 potong, dan dititipkan di kanting kampusnya dulu, ITB. Merintis dari nol, itulah yang susah. Diperlukan keberanian, kesiapan mental, serta uji nyali, menurutku. Tapi juga diperlukan pemikiran serta konsep yang matang, agar bisa lebih mantap dalam melangkah dalam dunia wiraswasta. Alhamdulillah, para suami mereka mendukung terjunnya mereka ke dunia wiraswasta. Walau untuk awalnya, pasti income sangat kecil, dibandingkan kerja kantoran. Tapi? anak lebih terurus? dan mendapat income? mending mana? Kalau aku, sampai saat ini juga masih memilih option terakhir. Yakni, income sedikit untuk awalnya, tapi keluarga tetap nomor satu. Toh, kalau diseriusi? insyaallah rejeki akan bertambah. 

Menurut mbak Sinta, untuk satu potong muffin yang ia buat, bisa meraup keuntungan 40%.  Jika sehari laku 50 potong saja, bisa mendapat untung Rp 100.000,-  Tinggal dipikirkan saja, berapa jika laku 100 potong dalam sehari, berapa penghasilan yang didapat dalam sebulan, dsb. Selain itu, dengan berwiraswasta di rumah, investasi pendidikan anakpun tetap tertata. Maaf, bukannya menganggap miring pekerjaan kantoran. Aku malah sangat salut dengan para wanita karir yang tetep bekerja, dan membagi waktu untuk keluarga. Energi, serta tingkat emosional mereka pasti lebih teruji. Capai saat kantor, tapi tetap harus mengurus rumah dan suami. Itu bukan pekerjaan yang mudah. 

Yap..terimakasih kakak-kakakku. Aku berlatih dari kalian. Semoga aku cepat bisa menyusul kalian, untuk bisa menerjunkan diri dalam dunia wiraswasta. Semoga juga, kelak suamiku meridhoi jalanku untuk berwiraswasta. Entah itu di awal,ataupun ketika sudah di tengah pernikahan kami kelak.


Ramadhan Bukan Hanya Rutinitas

Masjid Jogokaryan
Alhamdulillah, Ramadhan 1431 H sudah datang. Entah mengapa, ramadhan kali ini lebih berasa di hatiku. Banyak kejadian yang membuatku kian merasa, aku sangat bersyukur bisa bersua dengan bulan ini kembali. Bersyukur masih berada di lingkungan kampungku yang islami. Seperti biasa, tahun ini pun kampungku mengadakan acara ramadhan. Bahkan Ramadhan di kampungku jauuh lebih terasa hingar bingarnya, daripada Agustusan. Apalagi tahun ini, Ramadhan bertepatan dengan Agustusan, wah..kian tak terasa Agustusannya. Bukan karna tak cinta negara sih, tapi memang atmosfer islam lebih terasa di lingkunganku ini, Yap, Kampoeng Jogokaryan. 

Aku memang belum keluar kota di waktu bulan Ramadhan. Tapi, waktu ramadhan hari pertama, aku bersms ria dengan beberapa orang terdekatku, yang notabene sudah pada bekerja semua. Jakarta, Bandung, Yogyakarta. Itulah ketiga kota tempat mereka berada saat ini. 

" miss my 1st tarawih @masjid :( "
[itu status FB, beliau yang berada di Jakarta]

Macetnya Jakarta
Berdasar penuturannya waktu itu, Jakarta pada taraweh pertama amat sangat macet total. Dengan jam kantor yang masih sama, yakni pukul 17.00 WIB, dan tampaknya orang-orang juga berebut ingin sholat taraweh tepat waktu, membuat jalanan ibukota yang sudah macet, kian macet saja malam itu.  Lebih mellow lagi waktu pukul 21.00 beliau sms,

apa ya bisa memaksimalkan Ramadhan di kota seperti ini?? :(


Di saat yang nyaris bersamaan, aku juga sedang bernostalgia dengan temanku yang ada di Bandung. Ini merupakan kali pertama dia ada di kota itu untuk bulan Ramadhan. 

"Sepi. G krasa ad ramadhan.haha.Djan djan" 

Itu sepenggal sms yang kuterima darinya, tatkala dia bertanya dengan kondisi jamaah taraweh di masjid kampungku. Alhamdulillah sekelilingku memang masyarakatnya gemar memperkaya masjid, jadi walaupun tidak Ramadhanpun, jemaahnya sudah banyak. 

Di sisi lain, aku juga menerima sms dari kawanku di Yogyakarta. Ini Ramadhan pertamanya di dunia kerja. Hanya Yogyakarta sih, tapi rutinitas kerja tampaknya juga berdampak pada kehidupan Ramadhannya. Jam kerja terkadang juga sampai malam, begitu kata temanku waktu kutanya soal perubahan rutinitas tahunan ini.

"Jd agk susah ki mo khusuk untuk ibadah, yh insyaallah aku krja jg dihitung ibadah. Tapi pengen meluangkan bnyk wktu untuk ibdh, nyore ning jogokaryan, makan ta'zilan, ditraktir burger, minum dan ngaso di 43- B, trs trawih. Jiahhhhh....kpn maning yak "

macet pasar sore
Yaa..tahun lalu dia masih sempat bergerombol datang sore-sore di Kampungku. Menikmati kemacetan akibat Pasar Sore Ramadhan, dan suasana islami di kampung Jogokaryan. Jogokaryan, suatu kampung di wilayah Yogya Selatan,  3 km dari pusat kota, yang berniatkan diri untuk menjadi salah satu Kampung Islami di wilayah Kota Yogya. Sehingga  salah satunya, untuk menguatkan niat tersebut, di setiap Ramadhan, selalu digelar bermacam-macam acara, yang diangkat dalam satu judul : Kampoeng Ramadhan Jogokaryan.

"Maaf kawan, Ramadhan bukan HANYA sebatas rutinitas belaka..."

Pawai Bedug Keliling Yogyakarta
sepenggal status FB dari tetangga depan rumahku itu kian mengingatkanku. Yaa, tak kupungkiri bahwa ada orang yang menganggap bahwa Ramadhan itu hanya rutinitas tahunan. 1 bulan puasa, dan taraweh. Tak ada rasa lebih. Sepertinya, taun - taun lalu aku pun juga masih sperti itu. Belum seutuhnya mencintai Ramadhan. Entah, ini perasaanku saja, atau tidak. Semua terasa seperti rutinitas. Tapi? tahun ini..ntah mengapa, aku merasa berbeda. Alhamdulillah, Allah swt mengingatkanku, menajamkan hati ini, membuat hati kian peka. Sehingga tatkala aku melihat opening Kampoeng Ramadhan tahun ini, ada yang berbeda di hatiku. Malu.. Ya aku malu, pada teman-temanku di rumah. Aku tak ikut andil dalam mencari pahala di event akbar ini. Aku malu pada Allah swt, dan tak terasa aku pun merasa sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Ramadhan kali ini. 


Terlebih lagi, di waktu malam, 3 orang sekaligus mengeluhkan Ramadhan mereka. Sedikit mengeluhkan rutinitas Ramadhan dengan kondisi mereka saat ini yang sudah berubah daripada tahun lalu. Aku harus lebih bersyukur. Banyak Fasilitas di sekelilingku untuk bisa lebih memaksimalkan Ramadhanku. Masjid yang hanya 300 meter dari rumahku. Imam dengan bacaan yang baik dan pelafalannya sudah serasa di Mekah (katanya..aku belum pernah ke Mekah sih, hehee..). Suasana Ramadhan yang sangat kental, harus lebih kusyukuri. Ditambah lagi, masih terlintas di benakku, ada 1 temanku yang tak bisa berpuasa karena opname di Rumah Sakit dalam waktu yang tampaknya masih aga lama

"Aku gur pengen mari, njuk iso poso koyo mbiyen" 
(aku hanya ingin sembuh, dan bisa puasa seperti dulu_

Itu kalimat yang terucap dari temanku, tatkala aku menjenguk dia, terakhir, sebelum Ramadhan datang. Astagfirullah.. betapa aku kurang bersyukur. Ya, alhamdulillah Allah swt masih membukakan pintu hatiku.  

"Alhamdulillah masih diberikan nikmat kesehatan..Marhaban Yaa Ramadhan, mohon maaf atas sgala khilaf ^^ smoga bisa menjalankan ibadah dengan lebih baik dan diterima Allah swt, smoga ini juga menjadi momen untuk lebih bersyukur dan dekat padaMu Ya Rabb ^^

Itu status FB ku terakhir, sebelum memasuki bulan Ramadhan. Nikmat kesehatan, itu yang sering kita lupakan. Aku juga demikian. Tahun lalu aku sehat, namun sepertinya Ramadhanku masih kurang maksimal. Aku malu. Sementara di luar sana banyak orang-orang yang ingin menikmati Ramadhan dengan lebih bermakna. 

"Selamat mengoptimalkan Ramadhan anda kali ini dengan sebaik-baiknya. Masih ada teman-teman kita di luar sana yang tak bisa menikmati indahnya Ramadhan. Tetep semangat yaaa!"
Kurang lebih itu isi sms yang kuberikan pada ketiga orang yang ada di Bandung, Jakarta, Yogyakarta. Yaaa..walaupun kondisi sedikit membuat mereka (merasa) kurang bisa memaksimalkan Ramadhan, tapi aku sekedar mengingatkan, bahwa bersyukurlah. Karna masih bisa menjalani Ramadhan dengan sehat, sementara di luar sana ada yang tidak sehat dan tak bisa puasa ataupun melangkahkan kaki ke Masjid.

Lebih bersyukur lagi, alhamdulillah kita semua masih diberikan kepekaan hati, kecintaan pada Allah swt dalam menjalani Ramadhan ini. Sehingga bisa terucaplah kalimat keluhan itu tadi. Bagi sebagian orang, bisa saja kan? Ramadhan ini tak ada bedanya dengan bulan lain. Sahur-tak makan tak minum tak merokok- Buka- Taraweh. 
Rutinitas tahunan.
Naudzubillahi min dzalik..

Ramadhan kali ini..? buatku terasa lebih bermakna. Semoga Ya Allah, aku bisa lebih baik selepas ini. Sebagaimana yang kutulis dalam status FB ku tersebut. Semoga Engkau senantiasa menjaga kami Ya Rabb..dalam nikmat islam..

" Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbi ala dinnika wa tha'atik" 

masjid Jogokaryan lante 3
karna kami tak akan pernah tahu...
sampai kapan iman ini ada dalam hati kami..
karna kami tau,
hanya Engkau yang maha membolak - balikkan hati..
jagalah kami selalu Ya Allah..dalam nikmat iman dan islam ini.. amin.. ^^