Berasa ikut demo.
Tampaknya itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan pengalamanku hari itu. Pertengahan Oktober aku memutuskan untuk ikut bergabung dalam tes Kemen*es. Awalnya aku bersikukuh ingin ambil formasi Jogja, yakni di RS Sar*ito. Tapi 2 sobat dekatku membujuk agar aku mau ambil formasi yang di Jakarta, serta ujian bersama di sana. Karna bujuk rayu mereka cukup maut, akhirnya kuputuskan untuk ikut ke Jakarta.
Tampaknya itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan pengalamanku hari itu. Pertengahan Oktober aku memutuskan untuk ikut bergabung dalam tes Kemen*es. Awalnya aku bersikukuh ingin ambil formasi Jogja, yakni di RS Sar*ito. Tapi 2 sobat dekatku membujuk agar aku mau ambil formasi yang di Jakarta, serta ujian bersama di sana. Karna bujuk rayu mereka cukup maut, akhirnya kuputuskan untuk ikut ke Jakarta.
18 - 19 Oktober 2010
Hari itu pengumuman administrasi. Kalau lolos, aku akan cari tiket. Tapi jika tidak? maka aku cukup di Jogja saja. Ternyata namaku dan sobatku, Intan, dinyatakan lolos administrasi dan mengharuskan kami harus ambil kartu serta tes di Jakarta. Sementara sobatku yang satunya, Dyah, ternyata tak bisa ikut tes karna gagal lolos admin. Tapi berhubung dia memang sedang ada urusan di Jakarta, jadi direncanakan, kami bertiga tetap akan temu darat di kota itu.
Sore hari langsung aku membeli tiket Taksaka untuk tanggal 19 pagi. Serta tiket pulang tanggal 24.Siap ga siap, aku pun lalu langsung packing di malam hari. Baju, beberapa bukupun kubawa serta. Insyaallah kami mau menginap di Budhenya Intan di kawasan Duren Sawit.
Berhubung aku pergi pas tanggal sibuk-sibuknya urusan rumah, bundakupun tak bisa anterin aku. Tadinya malah aku dah bersikukuh naik taksi saja dengan Intan, menuju ke stasiun. Tapi ternyata, mbakkupun siap untuk antar. Akhirnya kamipun berangkat dari Yogya tepat pukul 09.35 WIB. Sesampainya di Jakarta, kami dijemput oleh sopir Budhe. Langsung dah, malam itu kami istirahat serta membuat rencana untuk rute besok pagi dalam pengambilan kartu.
20 Oktober 2010
Berhubung kami dianggap belum tau jalan, maka pakdhe dan budhe sangat protektif terhadap kami. "Dianter supir saja". Begitu kata Pakdhe. "Kalian nanti antar saya ke Kantor Kemenpora dulu di Jakpus, baru kalian bersama sopir menuju ke Hang Jebat di Kebayoran, setelah itu langsung pulang!". Dudududuu...rencana kami buat sedikit jalan-jalan setelah ambil kartupun pupus sudah ^^ Tidak dibolehkan naik kendaraan umum. Yasudahlah.. ^^ alhasil, akupun jalan-jalan pagi dulu ke daerah Monas baru ke Kebayoran. Jadwalku ambil kartu, untuk jurusan non medis adalah jam 08.00 s/d 10.00 sementara jadwal Intan, yang jurusan medis adalah jam 10.00-12.00. Menurut website, Lokasi kami berdua, untungnya sama. Dan akhirnya, sampailah kami di lokasi jam 07.55
Huiiih!
Itu satu kata yang terucap tatkala aku pertama kali menjejakkan kaki di tempat itu. Bukan karna gedungnya yang megah, tapi karna melihat kerumunan orang-orang disana. "Ternyata aku masih kurang pagi" begitu batinku. Sekitar 400 orang sudah ada di lokasi.
Yang bikin aku bertanya-tanya, "loh, kok barisannya acak adul yaa?!" Kerumunan orang itu berdiri tepat di pintu masuk, dan sangat tampak bahwa mereka seperti orang berdemo. Tidak jelas mana ujung, mana pangkal. Akupun bersama Intan, mulai mencari panitia. Tapi ternyata tidak terlihat satupun yang layak disebut panitia. Adanya hanya satpam, itupun sudah stres mengurusi parkiran. Kudengar ada panggilan " nomor 35 - 60 Sekjen". Lalu kudengar juga " nomor 10-25 Itjen". Busedh dah, ternyata untuk ambil kartupun harus pakai nomor antrian. Lalu dimana aku bisa ambil nomor antriannya yak? batinku.
Akhirnya,aku dan Intan pun bertanya pada salah seorang di lokasi.
DOENK!
udah habis? jam brapa ini?jam 08.10 dan nomor antrian yang disediakan cuman 200? ai ai ai....oke dah, aku tunggu saja. Begitu pikirku. Akhirnya Intanpun membelikanku stopmap, karna kami lupa membawa stopmap. Sementara aku? mencoba menunggu panitia yang membagikan nomor antrian tahap 2. Aku berdiri di dekat meja yang *katanya* tadi dipakai buat pembagian nomor antrian tahap 1.
Kulihat, lambat laun tapi pasti, kerumunan orang makin menjadi. "Iki pie to yooo, kok ga pakai tali, ataupun ditata berbaris" pikirku. Kudengar pula panitianya berkata "Mundur..mundur..baris yang rapi". Dan para pengantri hanya menjawab " Yaa gimana mau rapi pak, dirapikan doonk!". Serta beberapa kalimat lontaran lainnya. Jam 08.45 akhirnya panita berkata
ALAMAK!
Dan kalian tau? itu berjarak sekitar 100 meter dari tempatku berdiri. Alias geser 100 meter ke timur dari tempat pembagian yang pertama. Alhasil akupun mendesak-desakkan diri menerobos kumpulan orang itu. Sampai di dekat tempat yang ditunjuk, bisa-bisanya kudengar ada yang berkata "Udah habis nomornya!" "What? kok bisa?" dan akhirnya ketika aku sampai di tempat, tidak ada satupun panitia yang nongol disana. "Udah kabur panitianya" begitu kata seorang pendaptar.
Intan mendekatiku sambil membawa map. "Pie?entuk rung?" tanya Intan, yang kujawab dengan gelengan kepala. Kuceritakanlah pada dia soal jumlah yang disebar itu. Dan akupun bilang sama intan. "Kita pisahan dulu ya..aku tak ngurusi awakku dhewe, kowe yo ho oh,, wis ono kanca-kancamu to?" Dan akhirnya Intan pun berkumpul ama teman-temannya yang satu profesi, sementara aku? kembali menerobos kumpulan orang-orang itu. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 09.15. Sementara terkadang, panggilan dari para panitia tidak kunjung datang.
Tanpa ketidakpastian itu, aku hanya mengisi waktu dengan berbagi cerita dengan orang-orang sekitar. Ngobrol dan SKSD. Ada yang dari Surabaya, *bedol desa* kata dia. Ada juga yang bela-belain bolos masuk kerja. Serta tak sengaja aku berkenalan pula dengan pendaptar satu jurusan denganku, tapi dari kampus biru Yogya. Ahahhaa..ketemu juga dengan sesama orang Yogya. Waktu itu, aku menikmati saja kerumunan dan proses yang menjemukan itu. Karna aku masih full energi serta ngobrol kesana kemari. Yang terlintas dalam pikiranku hanya satu. "Banyak sekali sih?yang minat jadi abdi negara. Amboooi...ini banyak sekali sainganku."
Jam 10.xx ketika energiku sedikit terkuras serta ketidakpastian tak juga kunjung datang. Panitia yang di depan pintu masuk berkata " Yang belum dapat nomor undian, silakan ambil di sanaa!!!" seraya menunjuk ke lokasi yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kedua (berkebalikan arah pula). Atau sekitar 100meter dari lokasi pertama ke arah barat! Apa-apaan ini?! batinku.. EWGGH..lari lagi deh..dan akupun lagi-lagi berdesak-desakkan mengikuti *permainan* ini. Lagi-lagi, baru berjarak 25 meter dari panitia yang membagikan, sudah ada teriakan "NOMORNYA HABIS!"
Mau emosi? tapi kok yang emosi sudah banyak.. Yasudahlah, aku hanya manyun, sambil mendengarkan apa kata panitia. "Sabar-sabar, nanti semuanya kebagian". Aku yang tadinya diam,akhirnya di bawah sadar ikutan teriak
ga elite blas...
aku yang mulai habis energinya pun tiba-tiba merasa jengkel. Jengkel dengan diriku sendiri.
"ARRRGHHH..kenapa juga aku pakai ke jakarta. Dah kubilang, mending ke Sar*ito, di Jogja".
Kuingat pertanyaan Bunda beberapa hari lalu sebelum aku berangkat, yang menanyakan apakah yakin aku daftar jakarta. Huffth.. Tak terasa aku pun merasa sedih, serta jengkel, dan capai. Bagaimana tidak, kerumunan orang sudah mencapai 800-1.000 orang. Dan itupun kayak orang demo! Ga ada ujung, ga ada rapi-rapian blas. Malah kalau aku boleh ekstrim lagi, serasa aku sedang thawaf. Semua tumplek bleg di satu lokasi. Coba kalau jelas antriannya, serta kapan pengambilan nomornya. Mau nunggu 6 jam pun, aku rela. Karna jelas prosedurnya. Tidak seperti ini. Aku berdesak-desakan tanpa kejelasan.
30 Menit kemudian, ketika aku juga masih berada di lokasi yang sama, ada isu bahwa nomor antrian di bagikan di gedung bagian depan! Alias geser 200 meter dari lokasi yang ketiga. .Ahahahaaiiiiii...... aku hanya geleng-geleng kepala sambil misuh misuh. "Asemm asem asemm..kok jadi lomba lari dan berasa jadi MOS gini yak!" Dan ternyata lagi-lagi kami harus mengikuti permainan dari panitia ini.
Sampai di gedung depan, lagi-lagi kartunya HABIS! waaaa.... ?!? mau ngomong apa lagi, coba? aku cuman diam, dan akhirnya berusaha mencari yang namanya panitia. Eh, aneh bener, setiap kali selesai membagikan, panita yang dilindungi satpam, langsung buru-buru masuk ke gedung. Seakan khawatir melihat kerumuna massa. Aku mengejar panita bersama sebagian pendaftar. Hanya untuk tanya kepastian. Wuuiihh, berasa demo beneran dah! keringetan, banyak orang teriak, emosi, serta lain sebagainya. Usaha kami buat mencari panitia? gagal total, karna kami hanya bertemu dengan satpam yang juga stres menghadapi kerumunan massa.Dengan langkah gontai, aku dan beberapa kerumunan massa itupun juga kembali ke gedung bagian belakang. Lagi-lagi berdesakan tanpa ketidak jelasan di lokasi itu.
Jam 11.xx, dan aku baru sadar akan Intan. Akupun sms dia, "Pie, neng ndi kowe? aku tetep rung entuk nomor ki" yang dijawab oleh dia " Aku malah dikon pindah gedung, ning gedung sebelah, selisih 500meter. Ki yo antre, tapi ra separah nggonmu". Wewwh,, ada lagi...malah ujug-ujug disuruh pindah gedung. Yasudahlah..
Aku masih berdiri, berdesak-desakkan tidak jelas dengan orang-orang yang mulai naik pitam. "Huuuuuuuuuuuuuuuu.....panitianya gimana inii!!!" serta teriakan lain "Ga profesionall....!!!!" serta teriakan lain tanda keputus asaan peserta. Aku hanya mengeluarkan HP, kirim sms ke mas yang kantornya hanya berjarak 1 km dari situ.
Tapi kemudian aku hanya bilang pada diriku sendiri.
Dan akhirnya, akupun bisa kembali senyum. Walau di tengah kerumunan itu. Kenalan sana - kenalan sini, berbagi cerita, kembali kulakukan. Sambil sesekali aku ikutan teriak ke panitia, semisal dirasa pernyataan mereka *wagu*. Sebagai contoh, panitia berkata "Mundur-mundur..nanti semua kebagian, sebentar lagi mau dibagi nomor antriannya, dari sini" sambil menunjuk di salah satu kerumunan. Eh, baru 5 menit beliau terdiam bisa-bisanya ketika ditanya lagi dimana tempat pembagian, yang ditunjuk SUDAH BEDA tempat!!
"Eh, berita kericuhan ini masuk tipi lho. Ini aku dsms temanku." Ujar salah satu peserta yang ada di sebelahku sambil memegang hapenya. "Iya, masuk detik juga" dibalas dengan peserta lain yang ada di depanku. Dan kami pun ngakak bersama. "Muka kita jangan-jangan ntar nampang di harian ibukota nih? malu-maluin aja..." kataku. "Muka-muka mau jadi abdi negara nihh..perjuangannya boooo...! " sahutku.. dan kamipun tertawa bersama. Saling menghibur diri. Bahkan kami pun ngobrol, dan ada yang berucap, bikin grup di fesbuk po? sebagai bentuk demo. Kata dia. yang disambut gelak tawa teman-teman yang lain. Ntar malah masuk tipi one? diwawancarai sama presenternya. sahut teman yang lain.
Dan masih banyak lagi gurauan lain diantara kami. Ya, kami yang notabene sama-sama pelamar, dan baru kenal gara-gara kejadian antre ini. Nice.. ^^
Tepat sebelum jam 12.00 aku mendapat nomor. 105 apa ya? balik ke angka kecil. Yang ternyata diartikan sebagai 1.105. Hwalah... Yaaa tapi alhamdulillah, akhirnya aku dapat nomor juga setelah berdiri selama 4 jam'an serta lari-lari keliling gedung. Tepat jam 12-13 panitiapun juga istirahat. Kebijakan ini sebenarnya cukup dicemooh sama peserta. Tapi lagi-lagi kan, kami cuman peserta, mau tak mau tentu kami harus ikut permainan donk.
Jam 13.xx aku masih di lokasi. Mendapat sms dari intan, kalau dia sudah selesai pemberkasan dan juga ambil kartu ujian. Aiiih..aku aja belum dapat apa-apa :) Yaa,beginilah kalau 1 tempat dengan jurusan yang peminatnya gendut-gendut. Sebut saja akuntansi, manajemen, ekonomi, hukum, manajemen informatika, tekhik. Semua jurusan itu? ada di satu lokasi denganku. Pantas saja berjubel habis-habis'an. Serasa demo 1 tahun pemerintahan yang ada di bunderan HI hari itu, pindah ke Hang Jebat. ^^
EIA...kalian pengen tahu? gimana akhirnya aku dapat kartu ujian? :)
Jam 13.xx ketika panitia mulai memanggil nomor 980 ke atas ,aku memutuskan untuk lebih mendekati pintu masuk. Sampai sana, ternyata kulihat ada 2 pintu masuk. Yang pertama dijaga oleh satpam, serta panita yang teriak-teriak memanggil nomor. Sementara pintu yang satu lagi lebih lowong. Hanya ada beberapa orang petugas disana serta peserta.
"Mbak-mbak..mbaknya nomor 1.105 ya? mbak sini ajaa" ada seseorang yang tiba-tiba menarikku untuk masuk ke pintu sebelah. "Mbaknya jurusan apa" yang kemudian kujawab akuntansi.
Lebih shock lagi waktu dengan mata kepalaku sendiri, si bapak itu kemudian berbisik-bisik pada kami " S2 Teknik Elektro,,ada ga? 1 orang".. "S1 Manajemen...adakah?" Padahal telinga kananku masih dengan sangat jelas mendengar dari pintu sebelah, panitia berteriak " Itjen 990-1.005 silakan masuk"
Owalaaah djan.. aneh - aneh wae. Akhirnya? akupun *dipanggil* lewat pintu samping. Tanpa nomor 1.105 ku. Hanya dibisiki, "akuntansi..akuntansi..1 orang silakan"
~antara manyun, gumun, mangkel, sampai senyum semuanya jadi satu~
Alhamdulillah dah, akhirnya lewat pintu samping. Hmmm..nasib saja nih.. ^^ usut diusut, kericuhan ini hanya terjadi di tahun ini. Alias panitia kecolongan, inginnya sih lebih ringkas, sehingga harusnya beberapa hari tapi dipadatkan jadi cuman 2 hari saja. Ealaah, ya nasibku sajalah, ikut tahun ini. Merasakan seperti dipingpong serta diuji dengan kemruyuk'an orang.. :)
Baru kutahu juga, bahwa 2 minggu setelah tanggal kejadian itu, aku bahkan lebih shock lagi karna namaku ternyata termasuk dalam jajaran orang-orang yang lolos di kementerian ini..
Well.... ^^ aneh - aneh wae.. kok bisaa? ^^Skenario Tuhan yang unpredictable.. ^^ terlepas dari apapun skenario Allah swt, smoga aku bisa selalu bersyukur dah. Jangan cepat-cepat menyimpulkan skenario Allah jika belum lengkap aku lalui. Hanya itu kesimpulanku.
NB:
ini link soal kericuhan tahun ini. "Masuk berita". Smoga tahun depan bisa lebih oke lagi deh. Yang pasti, hari kedua pasca pengambilan kartu ujian itu, lebih manusiawi dan lebih tertata daripada hari pertama di jamanku. Baguslah, berarti belajar dari kesalahan di hari pertama. :)
Itu foto asli lho, dari kamera hapeku yang jadul. Sayangnya aku ga bisa motret dari atas, dan itu juga hasil bidikan jam 12.xx alias ketika sudah mulai menyusut orang-orangnya. ^^
Berhubung aku pergi pas tanggal sibuk-sibuknya urusan rumah, bundakupun tak bisa anterin aku. Tadinya malah aku dah bersikukuh naik taksi saja dengan Intan, menuju ke stasiun. Tapi ternyata, mbakkupun siap untuk antar. Akhirnya kamipun berangkat dari Yogya tepat pukul 09.35 WIB. Sesampainya di Jakarta, kami dijemput oleh sopir Budhe. Langsung dah, malam itu kami istirahat serta membuat rencana untuk rute besok pagi dalam pengambilan kartu.
20 Oktober 2010
Berhubung kami dianggap belum tau jalan, maka pakdhe dan budhe sangat protektif terhadap kami. "Dianter supir saja". Begitu kata Pakdhe. "Kalian nanti antar saya ke Kantor Kemenpora dulu di Jakpus, baru kalian bersama sopir menuju ke Hang Jebat di Kebayoran, setelah itu langsung pulang!". Dudududuu...rencana kami buat sedikit jalan-jalan setelah ambil kartupun pupus sudah ^^ Tidak dibolehkan naik kendaraan umum. Yasudahlah.. ^^ alhasil, akupun jalan-jalan pagi dulu ke daerah Monas baru ke Kebayoran. Jadwalku ambil kartu, untuk jurusan non medis adalah jam 08.00 s/d 10.00 sementara jadwal Intan, yang jurusan medis adalah jam 10.00-12.00. Menurut website, Lokasi kami berdua, untungnya sama. Dan akhirnya, sampailah kami di lokasi jam 07.55
Huiiih!
Itu satu kata yang terucap tatkala aku pertama kali menjejakkan kaki di tempat itu. Bukan karna gedungnya yang megah, tapi karna melihat kerumunan orang-orang disana. "Ternyata aku masih kurang pagi" begitu batinku. Sekitar 400 orang sudah ada di lokasi.
Yang bikin aku bertanya-tanya, "loh, kok barisannya acak adul yaa?!" Kerumunan orang itu berdiri tepat di pintu masuk, dan sangat tampak bahwa mereka seperti orang berdemo. Tidak jelas mana ujung, mana pangkal. Akupun bersama Intan, mulai mencari panitia. Tapi ternyata tidak terlihat satupun yang layak disebut panitia. Adanya hanya satpam, itupun sudah stres mengurusi parkiran. Kudengar ada panggilan " nomor 35 - 60 Sekjen". Lalu kudengar juga " nomor 10-25 Itjen". Busedh dah, ternyata untuk ambil kartupun harus pakai nomor antrian. Lalu dimana aku bisa ambil nomor antriannya yak? batinku.
Akhirnya,aku dan Intan pun bertanya pada salah seorang di lokasi.
"Maaf mbak, itu pakai nomor antrian ya? ambil nomornya dimana ya?"
" Udah abis mbak! tadi yang dibagi cuman 200. Dibaginya di meja situ mbak, aku juga belum dapat, katanya sih ntar panitiannya mau bagi lagi."
DOENK!
udah habis? jam brapa ini?jam 08.10 dan nomor antrian yang disediakan cuman 200? ai ai ai....oke dah, aku tunggu saja. Begitu pikirku. Akhirnya Intanpun membelikanku stopmap, karna kami lupa membawa stopmap. Sementara aku? mencoba menunggu panitia yang membagikan nomor antrian tahap 2. Aku berdiri di dekat meja yang *katanya* tadi dipakai buat pembagian nomor antrian tahap 1.
Kulihat, lambat laun tapi pasti, kerumunan orang makin menjadi. "Iki pie to yooo, kok ga pakai tali, ataupun ditata berbaris" pikirku. Kudengar pula panitianya berkata "Mundur..mundur..baris yang rapi". Dan para pengantri hanya menjawab " Yaa gimana mau rapi pak, dirapikan doonk!". Serta beberapa kalimat lontaran lainnya. Jam 08.45 akhirnya panita berkata
" Yang belum dapat nomor antrian, silakan ambil di pojokan gedung sebelah timur".
ALAMAK!
Dan kalian tau? itu berjarak sekitar 100 meter dari tempatku berdiri. Alias geser 100 meter ke timur dari tempat pembagian yang pertama. Alhasil akupun mendesak-desakkan diri menerobos kumpulan orang itu. Sampai di dekat tempat yang ditunjuk, bisa-bisanya kudengar ada yang berkata "Udah habis nomornya!" "What? kok bisa?" dan akhirnya ketika aku sampai di tempat, tidak ada satupun panitia yang nongol disana. "Udah kabur panitianya" begitu kata seorang pendaptar.
"Cuman nambah 300 nomor kayaknya".Akupun melongo. Segedhe ini, kok bisa bisanya cuman nyiapin 200+300 nomor? Sementara yang daptar saja ribuan. Tak habis pikir aku.
Intan mendekatiku sambil membawa map. "Pie?entuk rung?" tanya Intan, yang kujawab dengan gelengan kepala. Kuceritakanlah pada dia soal jumlah yang disebar itu. Dan akupun bilang sama intan. "Kita pisahan dulu ya..aku tak ngurusi awakku dhewe, kowe yo ho oh,, wis ono kanca-kancamu to?" Dan akhirnya Intan pun berkumpul ama teman-temannya yang satu profesi, sementara aku? kembali menerobos kumpulan orang-orang itu. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 09.15. Sementara terkadang, panggilan dari para panitia tidak kunjung datang.
"Itjen 101-115!! ayo barisannya yang rapi, kasih jalan buat temannya yang mau masuk".Yang disusul dengan kalimat cemoohan dari para pendaptar yang tampaknya mulai malas dipingpong. "Nomornya pak..nomornya mana?!? bla bla bla.." Sementara hari kian panas, dan jumlah kerumunan kian banyak. Dari yang 400an orang, akhirnya akupun mengira-ngira jumlahnya jadi 2x lipat. Terlebih ketika ternyata rombongan yang harusnya ikut session 2, yakni jam 10.00 - 12.00 seperti Intan, sudah datang ke lokasi. Makin penuhlah kerumunan orang-orang itu.
Tanpa ketidakpastian itu, aku hanya mengisi waktu dengan berbagi cerita dengan orang-orang sekitar. Ngobrol dan SKSD. Ada yang dari Surabaya, *bedol desa* kata dia. Ada juga yang bela-belain bolos masuk kerja. Serta tak sengaja aku berkenalan pula dengan pendaptar satu jurusan denganku, tapi dari kampus biru Yogya. Ahahhaa..ketemu juga dengan sesama orang Yogya. Waktu itu, aku menikmati saja kerumunan dan proses yang menjemukan itu. Karna aku masih full energi serta ngobrol kesana kemari. Yang terlintas dalam pikiranku hanya satu. "Banyak sekali sih?yang minat jadi abdi negara. Amboooi...ini banyak sekali sainganku."
Jam 10.xx ketika energiku sedikit terkuras serta ketidakpastian tak juga kunjung datang. Panitia yang di depan pintu masuk berkata " Yang belum dapat nomor undian, silakan ambil di sanaa!!!" seraya menunjuk ke lokasi yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kedua (berkebalikan arah pula). Atau sekitar 100meter dari lokasi pertama ke arah barat! Apa-apaan ini?! batinku.. EWGGH..lari lagi deh..dan akupun lagi-lagi berdesak-desakkan mengikuti *permainan* ini. Lagi-lagi, baru berjarak 25 meter dari panitia yang membagikan, sudah ada teriakan "NOMORNYA HABIS!"
Mau emosi? tapi kok yang emosi sudah banyak.. Yasudahlah, aku hanya manyun, sambil mendengarkan apa kata panitia. "Sabar-sabar, nanti semuanya kebagian". Aku yang tadinya diam,akhirnya di bawah sadar ikutan teriak
" Bapak ga usah pindah pindah tempat gini donk!!! Panitianya tetap diam di tempat saja, knapa sih?"Tapi teriakanku juga ga ada artinya. Hilang ditelan teriakan gusar oleh pendaptar yang lain. Dan andai kalian tahu, bagaimana cara mereka membagikan nomor antrian. Seperti sebar-sebar duit. "lempar ke kerumunan dan rebutan!"
ga elite blas...
aku yang mulai habis energinya pun tiba-tiba merasa jengkel. Jengkel dengan diriku sendiri.
"ARRRGHHH..kenapa juga aku pakai ke jakarta. Dah kubilang, mending ke Sar*ito, di Jogja".
Kuingat pertanyaan Bunda beberapa hari lalu sebelum aku berangkat, yang menanyakan apakah yakin aku daftar jakarta. Huffth.. Tak terasa aku pun merasa sedih, serta jengkel, dan capai. Bagaimana tidak, kerumunan orang sudah mencapai 800-1.000 orang. Dan itupun kayak orang demo! Ga ada ujung, ga ada rapi-rapian blas. Malah kalau aku boleh ekstrim lagi, serasa aku sedang thawaf. Semua tumplek bleg di satu lokasi. Coba kalau jelas antriannya, serta kapan pengambilan nomornya. Mau nunggu 6 jam pun, aku rela. Karna jelas prosedurnya. Tidak seperti ini. Aku berdesak-desakan tanpa kejelasan.
"Andai aku tadi bawa durian dan kaktus. Pasti aman kalau berdesak-desakkan seperti ini"
30 Menit kemudian, ketika aku juga masih berada di lokasi yang sama, ada isu bahwa nomor antrian di bagikan di gedung bagian depan! Alias geser 200 meter dari lokasi yang ketiga. .Ahahahaaiiiiii...... aku hanya geleng-geleng kepala sambil misuh misuh. "Asemm asem asemm..kok jadi lomba lari dan berasa jadi MOS gini yak!" Dan ternyata lagi-lagi kami harus mengikuti permainan dari panitia ini.
Sampai di gedung depan, lagi-lagi kartunya HABIS! waaaa.... ?!? mau ngomong apa lagi, coba? aku cuman diam, dan akhirnya berusaha mencari yang namanya panitia. Eh, aneh bener, setiap kali selesai membagikan, panita yang dilindungi satpam, langsung buru-buru masuk ke gedung. Seakan khawatir melihat kerumuna massa. Aku mengejar panita bersama sebagian pendaftar. Hanya untuk tanya kepastian. Wuuiihh, berasa demo beneran dah! keringetan, banyak orang teriak, emosi, serta lain sebagainya. Usaha kami buat mencari panitia? gagal total, karna kami hanya bertemu dengan satpam yang juga stres menghadapi kerumunan massa.Dengan langkah gontai, aku dan beberapa kerumunan massa itupun juga kembali ke gedung bagian belakang. Lagi-lagi berdesakan tanpa ketidak jelasan di lokasi itu.
Jam 11.xx, dan aku baru sadar akan Intan. Akupun sms dia, "Pie, neng ndi kowe? aku tetep rung entuk nomor ki" yang dijawab oleh dia " Aku malah dikon pindah gedung, ning gedung sebelah, selisih 500meter. Ki yo antre, tapi ra separah nggonmu". Wewwh,, ada lagi...malah ujug-ujug disuruh pindah gedung. Yasudahlah..
Aku masih berdiri, berdesak-desakkan tidak jelas dengan orang-orang yang mulai naik pitam. "Huuuuuuuuuuuuuuuu.....panitianya gimana inii!!!" serta teriakan lain "Ga profesionall....!!!!" serta teriakan lain tanda keputus asaan peserta. Aku hanya mengeluarkan HP, kirim sms ke mas yang kantornya hanya berjarak 1 km dari situ.
"berasa ikut demo.huhuhuhu...nasibku dah, taun ini kebetulan panitianya kecolongan, jadi kurang profesional".Yaa, aku sudah manyun waktu itu. Gimana tidak manyun, panitianya ngabur, kenapa juga membagikan nomor di berbagai tempat seperti itu. Pakai pindah-pindah lokasi. Duuuh, rasa-rasanya aku maw nangis waktu itu. Coba rumahku di Jakarta, pasti aku mending balik kanan lalu pulang. Kok sepertinya tidak sepadan sekali, antara jumlah pelamar dengan kursi. Plus ketidak beresan ini. Sedih rasanya.
Tapi kemudian aku hanya bilang pada diriku sendiri.
C'mon! totalitas. Kata Bapak dulu kan apa-apa harus totalitas...Udah diniatin ke Jakarta, berarti kudu siap mental apapun yang terjadi. Bismillah.. ayolah! dah mahal-mahal, dah susah-susah, masa gini aje dah mewek..serta beberapa kalimat lain terbesit dalam benakku.Endingnya, aku hanya bilang pada diriku sendiri, malam ini serta hari-hari besok sebelum ujian, aku mau belajar beneran! Rugi..udah kayak dendeng serta ikan rebus kayak gini, masa' aku ga totalitas le mempersiapkan ujian di hari Sabtu.
Dan akhirnya, akupun bisa kembali senyum. Walau di tengah kerumunan itu. Kenalan sana - kenalan sini, berbagi cerita, kembali kulakukan. Sambil sesekali aku ikutan teriak ke panitia, semisal dirasa pernyataan mereka *wagu*. Sebagai contoh, panitia berkata "Mundur-mundur..nanti semua kebagian, sebentar lagi mau dibagi nomor antriannya, dari sini" sambil menunjuk di salah satu kerumunan. Eh, baru 5 menit beliau terdiam bisa-bisanya ketika ditanya lagi dimana tempat pembagian, yang ditunjuk SUDAH BEDA tempat!!
aih...!!langsung disambut dengan teriakan para peserta. "YANG BENER YANG MANA paaakkk!!!!" serta banyak lagi teriakan. ^^ (kasian bener panitianya, kasian bener satpamnya) ^^
"Eh, berita kericuhan ini masuk tipi lho. Ini aku dsms temanku." Ujar salah satu peserta yang ada di sebelahku sambil memegang hapenya. "Iya, masuk detik juga" dibalas dengan peserta lain yang ada di depanku. Dan kami pun ngakak bersama. "Muka kita jangan-jangan ntar nampang di harian ibukota nih? malu-maluin aja..." kataku. "Muka-muka mau jadi abdi negara nihh..perjuangannya boooo...! " sahutku.. dan kamipun tertawa bersama. Saling menghibur diri. Bahkan kami pun ngobrol, dan ada yang berucap, bikin grup di fesbuk po? sebagai bentuk demo. Kata dia. yang disambut gelak tawa teman-teman yang lain. Ntar malah masuk tipi one? diwawancarai sama presenternya. sahut teman yang lain.
Dan masih banyak lagi gurauan lain diantara kami. Ya, kami yang notabene sama-sama pelamar, dan baru kenal gara-gara kejadian antre ini. Nice.. ^^
Tepat sebelum jam 12.00 aku mendapat nomor. 105 apa ya? balik ke angka kecil. Yang ternyata diartikan sebagai 1.105. Hwalah... Yaaa tapi alhamdulillah, akhirnya aku dapat nomor juga setelah berdiri selama 4 jam'an serta lari-lari keliling gedung. Tepat jam 12-13 panitiapun juga istirahat. Kebijakan ini sebenarnya cukup dicemooh sama peserta. Tapi lagi-lagi kan, kami cuman peserta, mau tak mau tentu kami harus ikut permainan donk.
Jam 13.xx aku masih di lokasi. Mendapat sms dari intan, kalau dia sudah selesai pemberkasan dan juga ambil kartu ujian. Aiiih..aku aja belum dapat apa-apa :) Yaa,beginilah kalau 1 tempat dengan jurusan yang peminatnya gendut-gendut. Sebut saja akuntansi, manajemen, ekonomi, hukum, manajemen informatika, tekhik. Semua jurusan itu? ada di satu lokasi denganku. Pantas saja berjubel habis-habis'an. Serasa demo 1 tahun pemerintahan yang ada di bunderan HI hari itu, pindah ke Hang Jebat. ^^
EIA...kalian pengen tahu? gimana akhirnya aku dapat kartu ujian? :)
Jam 13.xx ketika panitia mulai memanggil nomor 980 ke atas ,aku memutuskan untuk lebih mendekati pintu masuk. Sampai sana, ternyata kulihat ada 2 pintu masuk. Yang pertama dijaga oleh satpam, serta panita yang teriak-teriak memanggil nomor. Sementara pintu yang satu lagi lebih lowong. Hanya ada beberapa orang petugas disana serta peserta.
"Mbak-mbak..mbaknya nomor 1.105 ya? mbak sini ajaa" ada seseorang yang tiba-tiba menarikku untuk masuk ke pintu sebelah. "Mbaknya jurusan apa" yang kemudian kujawab akuntansi.
"Mbaknya sini aja ya, ntar kalau mbaknya dipanggil, nomornya buat aku yaa, mbak nanti pakai nomorku saja (nomor dia 1.253). Loh?gimana to ini? "Kalau lewat pintu sini, ga berdasarkan nomor mbak..tapi jurusan, tu bapaknya yang nanti bakal manggil". Aku kan melongo..
Lebih shock lagi waktu dengan mata kepalaku sendiri, si bapak itu kemudian berbisik-bisik pada kami " S2 Teknik Elektro,,ada ga? 1 orang".. "S1 Manajemen...adakah?" Padahal telinga kananku masih dengan sangat jelas mendengar dari pintu sebelah, panitia berteriak " Itjen 990-1.005 silakan masuk"
Owalaaah djan.. aneh - aneh wae. Akhirnya? akupun *dipanggil* lewat pintu samping. Tanpa nomor 1.105 ku. Hanya dibisiki, "akuntansi..akuntansi..1 orang silakan"
~antara manyun, gumun, mangkel, sampai senyum semuanya jadi satu~
Alhamdulillah dah, akhirnya lewat pintu samping. Hmmm..nasib saja nih.. ^^ usut diusut, kericuhan ini hanya terjadi di tahun ini. Alias panitia kecolongan, inginnya sih lebih ringkas, sehingga harusnya beberapa hari tapi dipadatkan jadi cuman 2 hari saja. Ealaah, ya nasibku sajalah, ikut tahun ini. Merasakan seperti dipingpong serta diuji dengan kemruyuk'an orang.. :)
Baru kutahu juga, bahwa 2 minggu setelah tanggal kejadian itu, aku bahkan lebih shock lagi karna namaku ternyata termasuk dalam jajaran orang-orang yang lolos di kementerian ini..
Well.... ^^ aneh - aneh wae.. kok bisaa? ^^Skenario Tuhan yang unpredictable.. ^^ terlepas dari apapun skenario Allah swt, smoga aku bisa selalu bersyukur dah. Jangan cepat-cepat menyimpulkan skenario Allah jika belum lengkap aku lalui. Hanya itu kesimpulanku.
NB:
ini link soal kericuhan tahun ini. "Masuk berita". Smoga tahun depan bisa lebih oke lagi deh. Yang pasti, hari kedua pasca pengambilan kartu ujian itu, lebih manusiawi dan lebih tertata daripada hari pertama di jamanku. Baguslah, berarti belajar dari kesalahan di hari pertama. :)
Itu foto asli lho, dari kamera hapeku yang jadul. Sayangnya aku ga bisa motret dari atas, dan itu juga hasil bidikan jam 12.xx alias ketika sudah mulai menyusut orang-orangnya. ^^
No comments:
Post a Comment