Wednesday, September 01, 2010

Sekelebat Bayang Dalam Hidupku

Sejenak aku teringat diriku beberapa tahun yang lalu. Bayangan itu sekelebat melintas dalam pikiranku tadi pagi. Ya..tatkala aku duduk terdiam. Berada di ruangan dengan pencahayaan yang meremang, namun banyak orang. Semua tak ada yang saling menyapa. Semua sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri. Bermunajat pada Sang Pencipta.

Semua bayangan itu terputar dalam memoriku. Tatkala aku kecil, lalu pindah rumah, masuk ke SLTP, mengalami masa-masa suka duka SMA, beranjak ke kampus, hingga berpisah sementara dengan ayahanda. Terakhir? memoriku mengalir pada beberapa tanya mengenai masa depanku. Cepatnya waktu berlalu.  Lepas dari pikiranku akan hidup, aku melihat mereka yang ada di sekelilingku. Entah apa yang ada di pikiran para jemaah pagi itu. Yang pasti, kulihat sekilas mereka semua khusyuk untuk dzikir, berdoa, ataupun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Seperti aku saat itu. 

"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Sejenak kuteringat ayat itu. Nikmat Allah banyak sekali kurasa. Kian kurasa. Aku di tempat ini. Aku bangun, dan melangkahkan kaki ke tempat ini. Bersama bunda. Aku berjilbab. Aku masih bisa mengucap syukur. Masih bisa merasakan dinginnya sepertiga malam. Masih sehat jasmani. Dan yang terpenting? aku masih berada di jalur islam. Teringat keluargaku dulu..Teringat aku dan kakak serta bundaku dulu tak berjilbab..jauh dari suasana keagamaan. Alhamdulillah sekarang perlahan kami berubah.

Lingkungan. Alhamdulillah Ya Allah..lewat lingkungan sekitar kami, Engkau membukakan hati kami. Mencerahkan pikiran kami, membuat kami kian dekat padaMu. Masih teringat dengan jelas, pertama kali aku duduk di bangku kelas 3 SD, aku bertanya pada bunda : "Kenapa Islam ada yang berjilbab dan ada yang tidak?" dan akupun juga lupa apa jawaban bunda. Sepertinya hanya tersenyum. 

Masih kuingat juga ketika aku duduk di kelas 5 SD, pesantren kilat. Waktu itu aku duduk bersama Sofie. Ditanya oleh ustadzah kami, "Jilid berapa?". Suatu tanya yang langsung dijawab oleh Sofie "Tiga bu..", sementara aku?? masih kuingat..aku hanya terdiam, tak tau apa itu JILID..ada berapapun aku tak tahu. Dan akupun langsung menjawab " Tiga". Serupa dengan Sofie. Alhasil, ketika diberikan buku jilid tiga, aku makin keringat dingin. Karna aku selama ini tak pernah tau apa itu huruf arab. Ketika pelajaran agamapun? aku selalu menggunakan yang bahasa indonesia. Lagipula? kalau hapalan..biasanya kan satu kelas menghafal ramai-ramai. Sehingga sampai kelas 5 SD aku *aman* tidak ketahuan kalau aku buta huruf arab.

Lalu kuingat pula, waktu itu kelas 3 SLTP. Disaat aku mempunyai 2 sahabat lelaki dan 2 sahabat perempuan.Waktu itu, entah mengapa aku sering sharing soal agama pada sobat lelakiku itu. Maklum, dia sempat menjadi tentor TPA di wilayahnya. Sementara aku? nyaris tak tersentuh oleh ilmu agama di rumah. Mulailah aku mengenal jilbab lebih sering. Dipuji pula oleh temenku. Namanya juga perempuan...demenlaah kalo dipuji tambah cantik. ^^ Makin sukalah aku memakai baju panjang.

Hingga akhirnya entah mengapa, waktu masuk SMA, aku minta pada bunda untuk dibelikan seragam yang lengan panjang. "Aku maw pake jilbab saja buk". Pernyataan yang jelas membuat bundaku terheran. Dan mulailah masa dimana aku memakai jilbab di sekolah. Selepas sekolah? yaa..gitu deh.. ^^ namanya juga masih latihan. Masih kuingat dalam memoriku, tepat aku ulang tahun ke 16. Malam-malam. Sahabat SMPku datang. Berniat memberikanku hadiah. Tatkala aku membukakan pintu, tanpa jilbab. Dia langsung tak mau memandangku. "Masuk dulu..pakai jilbablahhh". Aku tertegun. Baru kali itu, ada yang menegurku dengan cara seperti itu. Malu, marah, kesal? semua bercampur jadi satu. Ini kan rumahku..pikirku waktu itu. Mengapa aku harus pakai jilbab di rumahku sendiri?? sebersit tanya dalam pikiranku. Butuh beberapa minggu untuk akhirnya aku dapat memahami sikapnya. Mulailah aku belajar untuk lebih konsisten dan paham makna dibalik jilbab itu.


Teringat pula saat awal-awal dulu Bapak pergi sholat jumat. Lalu terjun dalam dunia keorganisasian masjid. Itu juga berkat lingkungan tetangga. Kuingat pula..setelah itu, perlahan aku melihat bapakku sholat 5 waktu di rumah. Suatu hal yang tak pernah kulihat sebelumnya di lingkungan rumah terdahulu. Sepersekian waktu? kuingat juga masa dimana bunda juga perlahan lebih mengenal Islam. Sholat serta ikut pengajian. Lalu? kapan tepatnya...aku lupa, yang pasti bunda mengikuti jejakku menggunakan jilbab. Disusul pula dengan kakak kduaku yang akhirnya berjilbab pasca menikah. Setelah itu?beberapa tahun kemudian, Kakak pertamakupun juga mulai mengubah penampilannya disaat hari ulangtahunna. Tinggal sekarang..satu kakakku yang masih *setia* dengan penampilannya. (semoga segera menyusul ya mbak ^^ )


"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Memoriku kembali berputar, banyak kejadian yang membuatku serta keluarga akhirnya lebih mengenal indahnya Islam. Kami dulu bukan apa-apa. Sekarangpun ilmu kami juga masih sangat dangkal. Begitupun aku. Namun, aku sungguh bersyukur, apabila melihat kisah keluargaku dulu. Sungguh sangat berbeda. Bahkan, tatkala datang hari perpisahan sementara kami dengan Bapak, kami berlimapun masih bisa melihat ini dari kacamata positif. Bahwa semua ini milik Allah, dan akan kembali pada Allah. Kami bisa bilang, kami bangga ditinggalkan Bapak dalam kondisi Bapak seperti ini. Kami ingin, kelak juga meninggal minimal seperti bapak. Dalam kondisi tenang, semua serba cepat, tidak merepotkan orang, dalam kondisi yang sudah menyelesaikan amanah, serta banyak yang merasa kehilangan, banyak yang menyolatkan. Dari Wakil Wali Kota hingga teman  semasa kecil, memberikan penghormatan terakhir untuk bapak. Bahkan keluarga yang ditinggalkanpun bisa ikhlas. Semua ini berkat lingkungan tetangga kami. Mereka yang selalu mengingatkan, bahwa hidup itu sudah digariskan. Bahwa ini hanya perpisahan sementara. Bahwa kitapun juga kelak akan menyusul mereka. Serta aura positif lainnya yang senantiasa mendoktrin pikiran kami waktu itu.

"Fabiayyi 'ala irobbikuma tukadziban"

Begitu banyak nikmatMu Ya Rabb. Aku pernah terjatuh. Sangat kelam, kurasa. Sakit, namun banyak hikmah yang kupetik di masa lalu. Alhamdulillah Ya Allah, atas nikmatmu. Nikmat yang Engkau berikan langsung, maupun lewat sekelilingku. Sekeliling kami. Tetangga yang baik. Sahabat sahabat yang senantiasa mengingatkan. Keluarga yang saling membantu. Hikmah yang Engkau berikan selama ini, tak terhitung. Jagalah mereka selalu Ya Allah. Orang-orang baik disekelilingku. Lewat mereka, aku lebih memahami diriMu. 

Doaku,  

"Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbi ala dinnika wa tha'atik"

Karna kita tak akan pernah tahu. Sampai kapan nikmat iman ini kita rasa. Kalimat itu yang masih terngiang dalam ingatanku hingga sekarang. Suatu kalimat dari ustadzahku dulu. Sering-seringlah berdoa, agar kita selalu diberikan nikmat Islam, agar selalu diberikan keistiqomahan di jalan ini. Alhamdulillah Ya Allah...Lindungilah dan berkahilah kami selalu..

2 comments:

  1. SubhanAllah,.. kisah yang cukup motivatif.
    Nice share,..

    ReplyDelete
  2. #masBukanBudiAnduk : kalo bukan budi anduk trus sapa donk ini??? ^^ makasih sudah blogwalking kemarin..salam kenal

    ReplyDelete