Istilah High Risk High Return sering kudengar tatkala aku di bangku kuliah. Resiko tinggi akan mempunyai pengembalian yang tinggi pula. Kurang lebih, itulah artiannya dalam Bahasa Indonesia. Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering mengupas soal kehidupan dunia kerja. Ahahaha...kayak'e gara-gara sejauh ini aku belum jelas mau kerja sperti apa.. #bigsmile#
Sering kudengar pekerjaan yang prestisius. Tampak waah..dan keren sangatlah kalo keterima di sana. Contohnya yaa? kalo PNS bisa masuk ke BPK, ataupun Kementrian Keuangan, dan semacamnya. Kalo BUMN? Yaa..masuk ke jajaran PLN, Telkom, atau adik kakaknya itulah. Perbankan? Hmm..misal keterima jadi ODP/MDP di suatu bank. Kalau untuk wilayah swasta? hohohoo...banyak kalie yak? Kalo untuk akuntan sih? PWC salah satunya,~Pricewaterhouse Cooper~ apalagi kalo yang namanya perminyakan, sepertinya masih jadi incaran banyak orang nih. Sebut saja Connoco Philips, Schlumberger, Pertamina, ataupun BP Migas. Yaah..sering kudengar kasak kusuk para freshgraduate kalo bahas pergajian atau masalah take home pay..
*Kalo di sana, ntar bisa 4 jeti, itupun kalo lagi training, selepas itu?? yaa bisalah sampai 7jt/bulan*
*kalo di tempat itu, bisa sih nyampe 8 jeti, tapi ga pulang ke rumah 1 bulan...."
*mending di xxx ajalah, lumayan dah 2,5 juta tapi dapet tunjangan macem macem...
#jadi konsultan sajaaa...kalo dah bener kan go international tuh, bayarane $ gitu deh.. 50juta? dapetlahh..#
blaa..blaa blaa..
semacam itulah perbincangan yang pernah kuikuti. Dari tarip gaji yang 1 jeti, sampai yang berpuluh puluh jeti.. Dari kerjaan yang ada di dalam kota, ampe luar negeri. Bahkan dari yang swasta ampe PNS. Banyak pilihan, banyak kemungkinan, semua tinggal sesuai diri kita.
Kemampuan, kemauan, dan kesempatan.
Tiga hal tersebut yang menurutku mendominasi dalam pemilihan kerja. Kita punya kemampuan buat daptar kerjaan yang oke, tapi kita tak mau. Bisa juga kita punya kemauan? tapi ternyata diri ini tak mampu.(ngenes.com) . Kesempatan? yaa..bisa saja kita mau, dan mampu..tapi telat dapet infonya. (misal). Jadi yaa? kedepak lagi deh. 3 faktor ini tentu saja mengabaikan faktor jalan takdir lho yaa. Ya memang, takdir kita dah ditentukan, tapi tentu kita harus usaha dulu to? sebelum akhirnya pasrah pada kehendak Allah.. ^^
Aku sempat heran, kenapa lawan bicaraku waktu itu langsung yang semangat membicarakan GAJI yang besar. gaji atau take home pay yak? hohohoo.. Dulu memang sih, aku juga suka menyoroti itu. Tapi lambat laun, kucermati. ternyata balik lagi ke pasal High Risk High Return. Nah ini? take home pay besar..tentu di balik itu semua ada resiko yang besar pula. Konsekwensi di balik angka itu. Misal saja, konsekwensinya? tanggung jawab yang tinggi. Waktu yang tersita, atau mungkin jiwa yang terancam. hehehe. *yang terakhir agak lebay pemilihan katanya.
Tanggungjawab? jelaslah.semakin tinggi kedudukan, pasti semakin tinggi Take Home Pay. Kerjaan? mungkin tak sesibuk para bawahan, tapi tentu saja tanggungjawab yang ditanggung? itulah yang dihargai tinggi. Waktu yang tersita? Itu juga dihargai tinggi. Take Home Pay 7juta sebulan atau 15 juta sebulan, tapi masuk terus tiap hari senin sampe jumat dari sebelum matahari terbit sampai tengah malam. Bahkan mungkin tempat tinggalnya pindah ke kantor.
*Me Time* jadi tak ada. Atau mungkin malah Family Time? hohohoo..itulah resikonya. Bukan suatu rahasia lagi smisal di lepas pantai, atau pertambangan sistem kerjanya 1 bulan kerja, 2 minggu libur. Nah..tentu selama 1 bulan bekerja itu, akan kehilangan waktu bersama orang-orang tercinta. Itulah yang dihargai tinggi oleh perusahaan. Mengorbankan waktu. Kalau soal jiwa? hehhehe.. kerja lepas pantai tentu saja lebih beresiko daripada bekerja di kantoran. Tunjangan untuk di lepas pantai bisa mencapai 40 sampai 50 % sendiri (lebih tinggi tentunya) daripada pekerja kantoran.
*Me Time* jadi tak ada. Atau mungkin malah Family Time? hohohoo..itulah resikonya. Bukan suatu rahasia lagi smisal di lepas pantai, atau pertambangan sistem kerjanya 1 bulan kerja, 2 minggu libur. Nah..tentu selama 1 bulan bekerja itu, akan kehilangan waktu bersama orang-orang tercinta. Itulah yang dihargai tinggi oleh perusahaan. Mengorbankan waktu. Kalau soal jiwa? hehhehe.. kerja lepas pantai tentu saja lebih beresiko daripada bekerja di kantoran. Tunjangan untuk di lepas pantai bisa mencapai 40 sampai 50 % sendiri (lebih tinggi tentunya) daripada pekerja kantoran.
Sekarang tinggal cek diri kita ini.
#diriku dink sebenarnya..# hohooo
*berpikir*
#diriku dink sebenarnya..# hohooo
*berpikir*
termasuk dalam kategori manakah diriku ini..
atau aku memilih yang biasa biasa saja, karena aku tak suka resiko..
atau bisa saja karna alasan..
dalam beberapa hal..ada yang tak tergantikan oleh materi sekalipun
Tak terbeli oleh uang yang banyak..
sehingga aku memilih pekerjaan yang (kata orang kebanyakan ) *biasa-biasa* saja..
mungkin sebenarnya aku mampu..
tapi tapi tapi...
aku tak mau..karna aku menganggap ada yang lebih berharga, daripada uang 9 juta/bulan sekalipun.
Semua butuh uang..itu pasti..
tapi kaya hati sepertinya lebih menyenangkan buatku..
aku tak mau kaya raya tapi tak punya kekayaan hati..
aku lebih mau kaya hati, dan hidup berkecukupan..
alhamdulillah semisal diberikan kekayaan lebih..jadi bisa lebih membantu sesama.. ^^
Bagaimana dengan anda? ^^
*kalo untuk lelaki sih..mending fokus berkarir... ^^
yaaah,kodratnya aja bedaa..antara lelaki dengan perempuan...
tugas utamanya beda..walaupun tanggung jawabnya? sama besar.. :)
*kalo untuk lelaki sih..mending fokus berkarir... ^^
yaaah,kodratnya aja bedaa..antara lelaki dengan perempuan...
tugas utamanya beda..walaupun tanggung jawabnya? sama besar.. :)
jadinya kerja dimana mbak?
ReplyDelete#rizma : ai aii..salam kenal ^^ blogmuw cantik (abis kunjungan balik) hehehe... ugm fakultas apa nih?kok nyasar ke PWC? jangan2 kita fakultasna sama..tapi beda kampus..beda naseb?ahaha..
ReplyDelete