Friday, August 13, 2010

Masih Ingin Menjelajahi Dunia Wiraswasta

Satu setengah tahun belakangan ini, entah mengapa aku ingin menerjunkan diri dalam wiraswasta. Suatu pekerjaan yang sebenarnya beresiko, daripada pekerjaan kantoran. Keadaan sekitar, sepertinya yang membuat pikiran dan hati dalam diri ini beralih pada satu profesi ini. Terlebih, aku dibesarkan dan melihat bapakku berwiraswasta. Pemikiranku mengenai "pekerjaan-wanita-keluarga" pun sempat kutuangkan dalam diary online ku ini. [Dunia Kerja Dunia Kita]. Karna belum menemukan sudut yang cocok untuk wiraswasta, serta keinginan dan pemikiran yang matang, akupun akhirnya sampai sekarang belum memberanikan diri terjun kesana. Tapi memang, untuk berwiraswasta, harusnya kagak usah terlalu banyak dipikir, malah ga jalan-jalan nantinya. Dalam hal ini, aku kalah satu langkah dengan mbak-mbakku yang lebih dahulu berwiraswasta kecil-kecilan.

Kakak pertamaku, sedang berniatkan diri untuk membuka persewaan pernak-pernik bayi di wilayah Yogyakarta. Semenjak resign, dan fokus mengurus anak selama setahun ini, dia mulai berpikir soal wiraswasta. Sepertinya Mbak Alfi, begitu sebutan kakakku, berniat menggolkan keinginannya, maksimal akhir tahun 2010 ini. Keinginan Mbak Alfie itu didukung juga oleh Mbak Sinta, kakak ketigaku yang berlokasi di Bandung, yang notabene sudah lebih dahulu menjelajahi dunia wiraswasta. Bedanya? segmen Mbak Sinta adalah makanan, dan bukan perlengkapan bayi.

Rame Jalanan Pasar Sore
Harus jeli melihat pasar, itu salah satu yang harus dipunyai oleh seseorang bila meniatkan hati untuk wiraswasta. Ramadhan kali ini, Mbak Alfie tiba-tiba mempunyai ide untuk jualan kecil-kecilan di depan rumah. Ya maklum saja, peluang pasar terbuka lebar, mengingat kawasan kampung rumahku selama Ramadhan sudah selalu ramai oleh pasar sore. Tak usah susah-susah mencari target pasar. Tinggal menentukan, apa yang mau dijual. Mbak Alfie membidik usaha jus. Tapi bukan jus yang seperti dijual kebanyakan, dengan blender dan semacamnya. Jus yang dijual Mbak Alfie sudah dikemas dalam botol kecil yang masih disegel, sehingga pembelipun tak usah menunggu lama. Keuntungannya bagi Mbak Alfie? tentu saja tidak ribet, karena dia hanya sebagai second hand, alias pendistributor saja. Mengambil keuntungan Rp 1.000,00/botol. Sementara keuntungan untuk pembeli? tak usah berlama-lama, praktis, walaupun harga dibandrol dengan Rp 5.000/botol, tapi ada harga ada rupa kok.. hehheehe.. 

Outlet Jus 4 You
Ide pun juga datang belakangan, Mbak Alfie akhirnya punya beberapa option untuk menjual merk Jus nya. Awalnya sih ada 4 option, yakni : Jus 4 U, Jus 4 You, Jus For U, dan Jus For You. Dia pun nego dengan adik-adiknya. Mbak Sinta memilih yang pertama, sementara aku memilih yang kedua. Dan akhirnya, yang dipakai adalah JUS 4 YOU. Dengan asumsi, kalimat itu simple, namun menarik. Sekilas orang juga akan langsung bisa membaca bahwa 4 dibaca For. Aku suka idenya. JUS 4 YOU : bisa diartikan "Jus Untukmu", tapi plesetannya juga bisa diartikan "Hanya Untukmu" [ JusT For You]. Alhamdulillah, hari pertama laku 50 botol, dan hari kedua bisa laku 75 botol. 


leaflet Little Chocolate
Masih soal wiraswasta? Aku pun salut dengan keberanian mbak Sinta di Bandung. Dengan membawa anaknya yang masih 1 tahun, dia merintis usaha Muffin dan juga Little Chocolate untuk parcel lebaran. Muffin dibuat individu, sementara untuk chocolate dia bersama kedua temannya. Muffin dalam sehari dia ditarget untuk awalnya membuat 50 potong, dan dititipkan di kanting kampusnya dulu, ITB. Merintis dari nol, itulah yang susah. Diperlukan keberanian, kesiapan mental, serta uji nyali, menurutku. Tapi juga diperlukan pemikiran serta konsep yang matang, agar bisa lebih mantap dalam melangkah dalam dunia wiraswasta. Alhamdulillah, para suami mereka mendukung terjunnya mereka ke dunia wiraswasta. Walau untuk awalnya, pasti income sangat kecil, dibandingkan kerja kantoran. Tapi? anak lebih terurus? dan mendapat income? mending mana? Kalau aku, sampai saat ini juga masih memilih option terakhir. Yakni, income sedikit untuk awalnya, tapi keluarga tetap nomor satu. Toh, kalau diseriusi? insyaallah rejeki akan bertambah. 

Menurut mbak Sinta, untuk satu potong muffin yang ia buat, bisa meraup keuntungan 40%.  Jika sehari laku 50 potong saja, bisa mendapat untung Rp 100.000,-  Tinggal dipikirkan saja, berapa jika laku 100 potong dalam sehari, berapa penghasilan yang didapat dalam sebulan, dsb. Selain itu, dengan berwiraswasta di rumah, investasi pendidikan anakpun tetap tertata. Maaf, bukannya menganggap miring pekerjaan kantoran. Aku malah sangat salut dengan para wanita karir yang tetep bekerja, dan membagi waktu untuk keluarga. Energi, serta tingkat emosional mereka pasti lebih teruji. Capai saat kantor, tapi tetap harus mengurus rumah dan suami. Itu bukan pekerjaan yang mudah. 

Yap..terimakasih kakak-kakakku. Aku berlatih dari kalian. Semoga aku cepat bisa menyusul kalian, untuk bisa menerjunkan diri dalam dunia wiraswasta. Semoga juga, kelak suamiku meridhoi jalanku untuk berwiraswasta. Entah itu di awal,ataupun ketika sudah di tengah pernikahan kami kelak.


No comments:

Post a Comment