Friday, August 13, 2010

Ramadhan Bukan Hanya Rutinitas

Masjid Jogokaryan
Alhamdulillah, Ramadhan 1431 H sudah datang. Entah mengapa, ramadhan kali ini lebih berasa di hatiku. Banyak kejadian yang membuatku kian merasa, aku sangat bersyukur bisa bersua dengan bulan ini kembali. Bersyukur masih berada di lingkungan kampungku yang islami. Seperti biasa, tahun ini pun kampungku mengadakan acara ramadhan. Bahkan Ramadhan di kampungku jauuh lebih terasa hingar bingarnya, daripada Agustusan. Apalagi tahun ini, Ramadhan bertepatan dengan Agustusan, wah..kian tak terasa Agustusannya. Bukan karna tak cinta negara sih, tapi memang atmosfer islam lebih terasa di lingkunganku ini, Yap, Kampoeng Jogokaryan. 

Aku memang belum keluar kota di waktu bulan Ramadhan. Tapi, waktu ramadhan hari pertama, aku bersms ria dengan beberapa orang terdekatku, yang notabene sudah pada bekerja semua. Jakarta, Bandung, Yogyakarta. Itulah ketiga kota tempat mereka berada saat ini. 

" miss my 1st tarawih @masjid :( "
[itu status FB, beliau yang berada di Jakarta]

Macetnya Jakarta
Berdasar penuturannya waktu itu, Jakarta pada taraweh pertama amat sangat macet total. Dengan jam kantor yang masih sama, yakni pukul 17.00 WIB, dan tampaknya orang-orang juga berebut ingin sholat taraweh tepat waktu, membuat jalanan ibukota yang sudah macet, kian macet saja malam itu.  Lebih mellow lagi waktu pukul 21.00 beliau sms,

apa ya bisa memaksimalkan Ramadhan di kota seperti ini?? :(


Di saat yang nyaris bersamaan, aku juga sedang bernostalgia dengan temanku yang ada di Bandung. Ini merupakan kali pertama dia ada di kota itu untuk bulan Ramadhan. 

"Sepi. G krasa ad ramadhan.haha.Djan djan" 

Itu sepenggal sms yang kuterima darinya, tatkala dia bertanya dengan kondisi jamaah taraweh di masjid kampungku. Alhamdulillah sekelilingku memang masyarakatnya gemar memperkaya masjid, jadi walaupun tidak Ramadhanpun, jemaahnya sudah banyak. 

Di sisi lain, aku juga menerima sms dari kawanku di Yogyakarta. Ini Ramadhan pertamanya di dunia kerja. Hanya Yogyakarta sih, tapi rutinitas kerja tampaknya juga berdampak pada kehidupan Ramadhannya. Jam kerja terkadang juga sampai malam, begitu kata temanku waktu kutanya soal perubahan rutinitas tahunan ini.

"Jd agk susah ki mo khusuk untuk ibadah, yh insyaallah aku krja jg dihitung ibadah. Tapi pengen meluangkan bnyk wktu untuk ibdh, nyore ning jogokaryan, makan ta'zilan, ditraktir burger, minum dan ngaso di 43- B, trs trawih. Jiahhhhh....kpn maning yak "

macet pasar sore
Yaa..tahun lalu dia masih sempat bergerombol datang sore-sore di Kampungku. Menikmati kemacetan akibat Pasar Sore Ramadhan, dan suasana islami di kampung Jogokaryan. Jogokaryan, suatu kampung di wilayah Yogya Selatan,  3 km dari pusat kota, yang berniatkan diri untuk menjadi salah satu Kampung Islami di wilayah Kota Yogya. Sehingga  salah satunya, untuk menguatkan niat tersebut, di setiap Ramadhan, selalu digelar bermacam-macam acara, yang diangkat dalam satu judul : Kampoeng Ramadhan Jogokaryan.

"Maaf kawan, Ramadhan bukan HANYA sebatas rutinitas belaka..."

Pawai Bedug Keliling Yogyakarta
sepenggal status FB dari tetangga depan rumahku itu kian mengingatkanku. Yaa, tak kupungkiri bahwa ada orang yang menganggap bahwa Ramadhan itu hanya rutinitas tahunan. 1 bulan puasa, dan taraweh. Tak ada rasa lebih. Sepertinya, taun - taun lalu aku pun juga masih sperti itu. Belum seutuhnya mencintai Ramadhan. Entah, ini perasaanku saja, atau tidak. Semua terasa seperti rutinitas. Tapi? tahun ini..ntah mengapa, aku merasa berbeda. Alhamdulillah, Allah swt mengingatkanku, menajamkan hati ini, membuat hati kian peka. Sehingga tatkala aku melihat opening Kampoeng Ramadhan tahun ini, ada yang berbeda di hatiku. Malu.. Ya aku malu, pada teman-temanku di rumah. Aku tak ikut andil dalam mencari pahala di event akbar ini. Aku malu pada Allah swt, dan tak terasa aku pun merasa sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan Ramadhan kali ini. 


Terlebih lagi, di waktu malam, 3 orang sekaligus mengeluhkan Ramadhan mereka. Sedikit mengeluhkan rutinitas Ramadhan dengan kondisi mereka saat ini yang sudah berubah daripada tahun lalu. Aku harus lebih bersyukur. Banyak Fasilitas di sekelilingku untuk bisa lebih memaksimalkan Ramadhanku. Masjid yang hanya 300 meter dari rumahku. Imam dengan bacaan yang baik dan pelafalannya sudah serasa di Mekah (katanya..aku belum pernah ke Mekah sih, hehee..). Suasana Ramadhan yang sangat kental, harus lebih kusyukuri. Ditambah lagi, masih terlintas di benakku, ada 1 temanku yang tak bisa berpuasa karena opname di Rumah Sakit dalam waktu yang tampaknya masih aga lama

"Aku gur pengen mari, njuk iso poso koyo mbiyen" 
(aku hanya ingin sembuh, dan bisa puasa seperti dulu_

Itu kalimat yang terucap dari temanku, tatkala aku menjenguk dia, terakhir, sebelum Ramadhan datang. Astagfirullah.. betapa aku kurang bersyukur. Ya, alhamdulillah Allah swt masih membukakan pintu hatiku.  

"Alhamdulillah masih diberikan nikmat kesehatan..Marhaban Yaa Ramadhan, mohon maaf atas sgala khilaf ^^ smoga bisa menjalankan ibadah dengan lebih baik dan diterima Allah swt, smoga ini juga menjadi momen untuk lebih bersyukur dan dekat padaMu Ya Rabb ^^

Itu status FB ku terakhir, sebelum memasuki bulan Ramadhan. Nikmat kesehatan, itu yang sering kita lupakan. Aku juga demikian. Tahun lalu aku sehat, namun sepertinya Ramadhanku masih kurang maksimal. Aku malu. Sementara di luar sana banyak orang-orang yang ingin menikmati Ramadhan dengan lebih bermakna. 

"Selamat mengoptimalkan Ramadhan anda kali ini dengan sebaik-baiknya. Masih ada teman-teman kita di luar sana yang tak bisa menikmati indahnya Ramadhan. Tetep semangat yaaa!"
Kurang lebih itu isi sms yang kuberikan pada ketiga orang yang ada di Bandung, Jakarta, Yogyakarta. Yaaa..walaupun kondisi sedikit membuat mereka (merasa) kurang bisa memaksimalkan Ramadhan, tapi aku sekedar mengingatkan, bahwa bersyukurlah. Karna masih bisa menjalani Ramadhan dengan sehat, sementara di luar sana ada yang tidak sehat dan tak bisa puasa ataupun melangkahkan kaki ke Masjid.

Lebih bersyukur lagi, alhamdulillah kita semua masih diberikan kepekaan hati, kecintaan pada Allah swt dalam menjalani Ramadhan ini. Sehingga bisa terucaplah kalimat keluhan itu tadi. Bagi sebagian orang, bisa saja kan? Ramadhan ini tak ada bedanya dengan bulan lain. Sahur-tak makan tak minum tak merokok- Buka- Taraweh. 
Rutinitas tahunan.
Naudzubillahi min dzalik..

Ramadhan kali ini..? buatku terasa lebih bermakna. Semoga Ya Allah, aku bisa lebih baik selepas ini. Sebagaimana yang kutulis dalam status FB ku tersebut. Semoga Engkau senantiasa menjaga kami Ya Rabb..dalam nikmat islam..

" Yaa muqolibal qulub, tsabit qolbi ala dinnika wa tha'atik" 

masjid Jogokaryan lante 3
karna kami tak akan pernah tahu...
sampai kapan iman ini ada dalam hati kami..
karna kami tau,
hanya Engkau yang maha membolak - balikkan hati..
jagalah kami selalu Ya Allah..dalam nikmat iman dan islam ini.. amin.. ^^
 

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum..

    Alhamdulillah tahun kemarin dpt kesempatan i'tikaf 10 hari full di Jogokariyan..
    Subhanallah ukhuwahnya...

    salam kenal ya.. nice post

    ReplyDelete
  2. waalaykumsalam ukhti mifta.. ^^
    salam kenal jua..nyasar ke blog saya ya? :)
    makasih sudah menyempatkan baca..bsk tak kunjugan balik ke miftachuljannah.wordpress.com deh.. ^^

    ReplyDelete