Monday, July 12, 2010

Cakap - Cakap dengan Customer

"Ternyata memang benar ya mbak..
Allah yang menuntun hati saya biar saya bayar disini.
Memang, kalau sudah rejeki? tidak akan lari kemana
"
begitulah sepenggal kalimat yang kuingat dari customerku, waktu itu.


Rutinitas harianku, setiap jam dan hari kerja ialah di rumah. Sebagai frontliner alias garda depan. Tapi bukan satpam, tentu saja. Dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 WIB, hari Senin sampai dengan Sabtu. Yap! pasca Bapak kembali pada Allah lebih dahulu daripada kami, keluargaku membuka usaha pembayaran online listrik dan telpun di rumah depan. Juli 2010 ini, tepat 1 tahun 2 bulan usaha ini berdiri. Pasca kakak pertamaku melahirkan, praktis yang menjadi garda depan hanya aku dan ibu.

Yaa..namanya saja masih usaha kecil, dengan modal (yang aga) kecil, dengan resiko kecil. Maka? kami belum bisa dan belum siap untuk rekrut pegawai. Alhasil, bergantianlah kami berdua menjaga usaha YK00063 ini. Masih kuingat jelas dalam ingatan, betapa minimnya pendapatan di awal bulan. Sedih rasanya. Tapi memang kami belum melakukan marketing apapun agar orang percaya datang kemari. Semakin menyadari betapa susahnya mencari uang. Semakin menyadari bahwa rejeki itu harus slalu disyukuri.

Bulan berganti bulan, ketika kami merekap laporan keuangan, ternyata pendapatan kami slalu naik. Perlahan, tapi pasti. Alhamdulillah. Mungkin memang tidak seberapa besar seperti pegawai kantoran. Tapi? untuk suatu kerjaan yang dilakukan di rumah, tidak terlalu mengeluarkan energi? aku rasa ini lebih dari cukup. Alhamdulillah, Allah memberikan rizki lebih pada kami. Allah yang mengatur hati orang-orang untuk percaya melangkahkan kaki ke rumah kami, untuk melakukan pembayaran. Membuat perlahan tapi pasti? income kami slalu bertambah tiap bulannya.

Dari pergantian bulan itu, kami belajar dari setiap masalah. Bagaimana menghadapi customer yang rese' sampai menghadapi transaksi yang error. Menghadapi uang palsu? juga pernah. Semua kesalahan, kekurangan ini slalu membuat kami terpacu untuk melakukan dan memberikan yang terbaik ke depannya. Demikian pula aku. Aku merasa bersyukur, tidak menganggur setelah selesai kuliah. Aku jadi belajar banyak dari kerjaan ini. Database. Kesabaran. Ketelatenan. Knowing my customer. Masih banyak lagi pelajaran yang mungkin tak kan kudapatkan bila aku hanya menganggur semata. Berada di samping bunda? itu juga tak ternilai buatku. Yah, daripada aku bekerja jauh di luar sana, mendapatkan banyak uang, namun bunda sendirian? hmm..aku belum bisa.

Selain itu? ada lagi yang lebih menyenangkan. Selama menjadi garda depan, aku bertemu dengan banyak orang. Macam-macam orang. Dari yang cuek, hingga yang ramai abis-abisan. Dari bapak-bapak tua hingga mas ganteng. #ahemm..#

Mereka kemudian secara garis besar, kubedakan menjadi dua golongan. Customer bubble dan customer tetap. Customer bubble? hehehee...nasabah yang datang dan membayar tagihan, karna sekedar lewat saja, bulan berikutnya? belum tentu datang. Sementara customer tetap? yang snatiasa datang, dan lambat laun malah menjadi teman baru buatku, dan ibuku tentunya.

Customer bubble inilah yang harus diberikan pelayanan ekstra. Ya! kami kan bagaimanapun juga bekerja di bidang jasa pembayaran. Senyum, sapa, ramah, santun, dan cepat dalam pelayanan? is a must! Dengan demikian, aku berharap, mereka akan terkesan dengan sikap frontliner, nyaman, dan bulan berikutnya? datang lagi deh ke rumah untuk melakukan pembayaran.

Banyak hal yang menarik kupetik dari cakap-cakap dengan customer. Singkat, namun terkadang banyak makna. Seperti halnya siang itu. Seorang ibu, berjilbab. Dilihat dari cara pakaian? tampaknya ia seorang PNS. Betul saja, ia mengulurkan tagihan listrik untuk suatu kelurahan. Customer baru nih,pikirku. Wajahnya yang tak familiar di ingatanku membuatku berfikiran sperti itu. Aku tak banyak ucap. Maklum, cuaca sangat panas, ditambah rasa kantuk karna kurang tidur semalam? cukup mengganggu. Namun walau begitu, aku masih bisa untuk mengulaskan senyuman di wajah, dan berusaha bersikap ramah pada ibu itu. Ternyata ibu itu kemudian bertanya.

Ini penghargaan dari Takmir Masjid ya mbak? tanyanya seraya membaca piagam yang tertempel di dinding rumah. Yang kujawab dengan senyuman dan anggukan kepala. "Beliau ini ya yang dapat?sampun almarhum?" tanyanya lebih lanjut sambil melihat ke arah foto Bapak yang juga terpajang tak jauh dari piagam. "Iya ibu..sudah setaun yang lalu".

"ow..wajahnya kok familiar, nyambut damel wonten pundi".. begitulah kira-kira percakapan awalku dengan ibu yang belakangan kutau bernama Bu Retno, yang beralamatkan hanya 500meter dari rumahku. Dan ternyata, beliau juga pernah satu forum dengan Bapak di Kepatihan.

"Enak ya mbak,buka usaha gini. Ga usah keluar rumah. Daerah sini juga belum banyak yang buka pula." Kata Bu Retno beberapa menit setelah kujawab pertanyaan yang awal.

"Alhamdulillah ibu..dulu juga tak terlintas akan sperti ini. Yaa..daripada rumah ini nganggur, eh ternyata alhamdulillah prospek ke depannya cerah. Tapi, di sekitar sini sudah ada banyak kok buk, yang buka loket sperti ini. Ada lima, malah." Jawabku sambil sesekali membereskan berkas di meja.

"Woiyaa? dimana, saya malah tidak tahu."

" Sebelah rumah saya itu, juga bisa lho bu.." jawabku sambil tersenyum dan menunjuk rumah tetanggaku, yang hanya selisih 1 rumah saja. "Bahkan, kalau ibu mau, disana spertinya malah bisa untuk bayar Kartu Hallo dan kredit motor".

"eh..iya po mbak? saya pikir itu warung kelontong saja"

"Ya..warung kelontong iya..tapi usaha online juga iya. Deket masjid juga ada kok bu.. dekat rumah ibu juga ada, setau saya. Di BNI, serta BPD sekarang juga bisa. Yah..yang pasti, sekarang customerlah yang diuntungkan. Mau bayar dimana saja yang dirasa nyaman, dan dekat? bisa. Sudah ada banyak pilihannya."

"Lagipula..yang namanya rejeki kan sudah ada yang mengatur, betulkan bu? kemarin kami sempat tidak enak hati dengan tetangga, karna usaha kami kok mirip. Tapi, alhamdulillah.. tetangga juga laris, walau dari dagangan kelontongnya. Dan kami alhamdulillah juga dipercaya orang-orang, di bagian payment online ini"

"Waduh mbak..ngomongin soal rejeki sudah ada yang mengatur. Kok saya tiba-tiba jadi merinding ya tangannya. Bener ini mbak. Tadi itu, sebelum kesini, saya sudah pergi ke BPD dan juga BNI. Tapi saya tidak tahu kalau disana ternyata bisa dilakukan pembayaran juga. Rencananya mau ke BRI dekat rumah saja, tapi tidak tau kenapa, saya teringat tempat ini. Seingat saya, struk dsini lebih besar mbak, daripada yang di BRI. Soalnya kalo kecil-kecil kan repot buat SPJ nya nanti. Lagipula tidak pakai antri. Maka walaupun jauh, dan panas, ga tau kenapa saya pilih kesini. Ternyata memang benar ya mbak.. Allah yang menuntun hati saya biar saya bayar disini. Memang, kalau sudah rejeki? tidak akan lari kemana." kata Bu Retno panjang kali lebar sambil tersenyum ke arahku.

"Yasudah mbak..maaf, dengan mbak siapa ini? biar besok kalau misalnya saya kesini lagi kan, juga bisa tau nama mbak." Katanya sambil mengulurkan tangan, dan menutup pembicaraan singkat kami, namun bermakna.

"Saya fitri,bu..Terimakasih juga, telah membayar disini, dan juga malah sedikit berbagi cerita dengan saya. Mohon dicek ulang ibu, nota pembayaran serta uang kembaliannya, daripada nanti ada yang salah, dan harus bolak balik." Jawabku sambil senyum.

"Sudah semua mbak, terimakasih.. assalamualaykum"
seraya menganggukkan kepala dan membalikkan badan. "waalaykumsalam bu..terimakasih, selamat siang"

Coba saja aku tadi tidak bersikap ramah..coba saja aku tadi menunjukkan wajah ngantuk ataupun judes
. Pasti ibu itu tidak akan mau berlama - lama di tempat ini. Bahkan bisa saja ibu itu tidak akan bertanya-tanya dan sharring sperti ini. Terimakasih Ya Allah, lewat Bu Retno, Engkau kembali mengingatkanku, bahwa Engkaulah yang Maha Segalanya. Termasuk soal rejeki, dan menggerakan hati orang-orang sehingga mereka melangkahkan kaki kemari. Ingatkan kami slalu untuk slalu bersyukur Ya Allah..dan pastinya ingatkanku tuk lebih berusaha lagi menjemput rizki yang barokah di jalan ini. ^^









No comments:

Post a Comment